SPARK - Part 11

42 8 7
                                    

Aileen menepati janjinya untuk tetap menjadi bagian Luvetaria Corp hingga dirinya menemukan seseorang yang tepat untuk mengisi posisinya. Beruntung, teman setimnya dengan senang hati memberikan dukungan setelah dirinya memposting brosur lowongan pekerjaan diberbagai media massa. Sehingga ia tak merasa dibebani.

“Sebenarnya, aku sangat menyayangkan keputusanmu tetapi aku mencoba mengertinya. Toh, kau pasti telah mempertimbangkan banyak hal, bukan?” Ava berkomentar sesaat dirinya melirik komputer di meja Aileen. Bahkan, Milly dan Killian turut nimbrung untuk melihat brosur itu—hingga dimana sekilat, satu persatu telah mengirim lampiran pekerjaannya yang membuat Milly berdecak kagum. 

“Dan sepertinya kau akan menemukannya.” Milly berkata tatkala angka itu terus berubah dan bertambah. Aileen yang melihatnya, tentu merasa tenang. Setidaknya, apa yang dikerjakannya tidak memerlukan banyak waktu. Kini, hal yang akan dikerjakannya ialah, mempersiapkan diri untuk mewawancarai pekerja baru.

*****

“Kau tampak kacau, Vhi? Jika kau merasa tidak enak badan, kau tidak perlu hadir dipertemuan nanti.” Jimmy berkicau sesaat melihat keadaan teman sekaribnya itu yang terus memijit keningnya setelah membaca separuh inti pembahasan—mengenai peluncuran game bertema adventure yang akan rilis bulan depan. Dalam rapat, tentu akan membahas beberapa masalah yang tentunya harus dikuasai dengan tenang. Bukan karena apa, Jimmy hanya khawatir dimana temannya itu akan tidak sadarkan diri di tengah rapat—itu bisa saja terjadi.

Sekilat, Vhi memberikan tepukan kecil dibahu Jimmy. “Aku baik-baik saja setelah Aileen membuatkanku minuman herbal. Tidak perlu mengkhawatirkanku sampai sana, itu menggelikan, Jim.” 

Alhasil, Vhi mendapatkan pukulan cukup keras dari jari jemari gagah Jimmy akibat titik lidah seorang Victory yang seakan melebih-lebihkan ucapannya. Jimmy akui, ia memang masih melajang hingga kini, tetapi bukan berarti kesukaannya terhadap sejenis. Melajang, karena ia pribadi mempertimbangkan beberapa hal sebelum melangkah ketitik yang lebih serius lagi.

"Hei, Jimmy! Sialan kau!" 

Mendadak, di tengah-tengah lalu lalang para pekerja di perusahaan, mereka berdua berperan aktif saling membalas seakan menganggap usia bukanlah penghalang. Bahkan, saat Jimmy harus berada di posisi atas tubuh Vhi seraya terus meluapkan kekesalannya. Membuat kehebohan di lantai dasar yang mengikut-sertakan beberapa orang yang berteriak untuk mendukung masing-masing kubu kesukaan mereka. Hingga dimana, Vhi dan Jimmy sadar dengan apa yang mereka lakukan.

Dengan segera, Vhi menyuruh Jimmy untuk menyingkir dari tubuhnya. Lantas mereka kembali pada wibawa mereka yang khas sebelum akhirnya Vhi memberikan tatapan serta tutur kata yang membuat para pekerja yang mampir untuk menyaksikan, merinding ketakutan---semuanya kembali pada alur yang seharusnya.

"Ais, Jim!" Tangan Vhi hendak menggampar ke arah Jimmy tetapi belum mendarat, pribadi itu melesat begitu saja dan meninggalkan Vhi yang kini menahan kekesalannya. "Beruntung, kau sudah kuanggap sebagai saudara. Kalau tidak, hanya Tuhan yang mengetahui nasibmu ditanganku." 

Pribadi itu mendesis yang kemudian menuntun tungkai menuju lift khusus yang diperuntukkan menuju lantai bagian inti perusahaan. Namun, Tuhan sepertinya menguji tekanan batin Vhi saat seseorang menyenggol lengannya cukup keras. Ia dapat menahan postur tubuhnya, tetapi pribadi yang menyenggolnya, sepertinya terjatuh saat terdengar suara meringis dari belakang.

Serta-merta, kepalanya menoleh ke belakang. Ingin memastikan sebelum memberikan ocehan---menambahinya atas kekesalannya terhadap Jimmy. Akan tetapi, titik matanya yang mengetuk lensa mata itu langsung membuat kedua bibirnya terkatup dengan erat, seakan telah diberikan perekat cap tikus yang membuat kedua bibirnya kelu untuk bertutur kata.

"Sir, aku benar-benar meminta maaf, aku tidak sengaja. Aku … apa sir terluka?" 

Sial, kenapa harus seperti ini? Batinnya bertanya. Serasa kesal dengan keadaan yang begitu rumit.

Kenapa takdirnya kembali mempertemukannya dengan Alice? Bahkan, wanita itu menjadi bagian dari perusahaannya dan kenapa ia tidak menyadarinya? Sungguh, ingin sekali bibirnya mengatakan banyak hal, entah itu bertanya ataupun basa-basi. Namun, kenyataannya semuanya begitu sulit untuk ia lakukan.

Dengan kilat, kepalanya menggeleng sesaat lamunannya dibuyarkan oleh vokal itu yang mengisi rungunya. Vhi mengerjapkan maniknya setelah itu. "Eh, aku---aku baik-baik saja. Seharusnya aku yang harus mengatakan hal itu kepadamu. Apalagi, aku baru saja menabrakmu dan kenapa kau bisa ada disini? Memangnya, kau bagian darimana? Aku belum pernah melihatmu."

Alice yang mendengarnya hanya menampilkan senyum tulusnya, menghangatkan bagi siapapun yang melihatnya---termasuk Vhi sendiri, tetapi itu dulu---sekarang sudah berbeda. "Aku semakin membaik, sir. Sedikit ngilu saat mencoba mempercepat langkah," ujarnya seraya melirik kakinya yang berbalut celana kain hingga tumit. "Dan aku bagian dari Personalia. Awalnya, aku ditugaskan di daerah Manchester, tetapi sebulan kemudian, tuan Mikhel selaku Direktur Personalia menitahkanku ke bagian utama. Sudah 2 bulan aku bekerja disini dan sungguh, aku tidak tahu jika kau pemegang saham Next Out karena seingatku, nama perusahanmu itu Victory Again Corp."

Vhi yang mendengarnya memberikan anggukan. Itu memang benar. Ia sempat menggunakan namanya sebagai label perusahaannya. Akan tetapi, ia langsung saja menggantinya karena suatu alasan yang sulit untuk dijelaskan. Ia menggunakan nama label sekarang pun karena rekomendasi dari Aileen dimana nama label sekarang, memiliki makna yang begitu mendalam.

"Ouh, bagian personalia, yah? Oke, sebelumnya, aku meminta maaf lagi." 

Alice seketika menggeleng. "Ini juga karena kecerobohanku, sir. Tidak apa-apa dan aku izin pamit untuk kembali bekerja. Permisi."

Pribadi itu meninggalkan Vhi yang membeku dengan pemikirannya. Dengan sorot mata yang tidak terbaca, terus menjadikan pribadi itu sebagai objek pemandangannya hingga helaan napas mengudara dengan diiringi gelengan kepala.

*****

Hari ini, Aileen akan mewawancarai beberapa pekerja yang ingin menjadi bagian dari Luvetaria Corp, tentunya ia didampingi oleh Jean. Semuanya sudah ia persiapkan. Tinggal menunggu calon pekerja yang akan memasuki ruangan ini dan menjawab seluruh pertanyaan yang akan diberikan dengan seksama.

"Aku berharap, hari ini posisiku akan diisi," gumamnya yang membuat Jean yang tengah membaca beberapa kertas lampiran para calon pekerja kini berhenti membolak-balikkanya. Lantas memilih melirik kearah Aileen yang tengah mengoceh banyak hal. Namun apa yang Aileen bicarakan, membuat Jean tidak nyaman.

Ya, jujur, Jean sebenarnya tidak menyetujui pengunduran diri yang Aileen ingin lakukan. Itu membuatnya tersiksa sesaat harus merasakan perpisahan sekali lagi. Jika bisa, ia ingin Aileen tetap di perusahaanya. Jean memang tidak bisa mengharapkan lebih pada Aileen untuk menjadi miliknya. Namun setidaknya, ia tetap bisa melihat paras itu setiap saat. 

Apapun caranya.

Tbc.

Jangan lupa berikan voment, teman-teman.

Purple u💜

SPARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang