SPARK - Part 10

49 9 8
                                    

Aileen mengatupkan kedua bibirnya, sesaat ia menyetujui pengunduran bersyarat dimana ia akan benar-benar berhenti menjadi bagian dari Luvetaria jika posisinya telah diisi, bahkan Jean memberikannya tanggung jawab untuk menemukan pekerja tersebut. Itu adalah kendala terbesarnya. Ingin menolak, tetapi Jean membuatnya tidak bisa memberikan penolakan. Namun, bagaimana caranya menghadapi Vhi nantinya?

Akh! Serasa ingin mengcelupkan dirinya ke dalam bathtub.

Sekilat, ponsel langsung berdering---menandakan sebuah pesan yang masuk.

[Vhi]
Aku akan pulang terlambat. Tidak perlu menungguku. Have a nice dream, love♡

Helaan napas kini terdenger tatkala maniknya memotret deretan kata itu. Mendadak, kepalanya menoleh kearah jam dinding, menilik jarum jam yang kini menunjukkan angka 8.

Pria itu lembur. Lubuk dan benaknya mendadak tenang untuk beberapa saat. Setidaknya, ia masih bisa memilih untaian kata manis agar terhindar dari kemarahan suami tampannya itu. 

*****

"Jim, aku bertemu dengan Alice. Dia kembali lagi." Kedua bibir tipis itu bergetar setelah menyesap wiski dengan kadar sedang, menolehkan kepalanya setelah itu menatap presensi Jimmy yang mencoba menjadi pria berjuta solusi. "Dia masih sama seperti dulu …."

Jimmy yang mendengar kelanjutan ucapan dari sekaribnya sontak menoleh, memberikan lirikan tajam. "Jangan konyol yah! Kau sudah memiliki Aileen. Sungguh Vhi, kenapa harus memilih kelab dan berkutat pada ini semua. Apa kau tidak memikirkan Aileen yang kini khawatir dengan suami pekerja kerasnya, tetapi berbohong dan malah menyusuri masa lalunya?" 

Skat! Penuturan itu menamparnya. Namun, mau bagaimana lagi? Masa lalunya begitu terkesan, walau satu perkara yang menghancurkan itu semua.

"Entahlah, Jim. Aku ingin lari dari ini semua sebentar saja." Vhi berujar dengan lirih yang kembali meneguk wiski yang membuat tenggerokannya kembali memanas. "Lagipula, aku hanya mengungkapkannya. Tidak berniat kembali kepada masa lalu. Aileen kini berharga bagiku--"

"Terus, apa yang menjanggal pada dirimu?" pangkasnya dengan suara oktafnya. Beruntung, mereka memesan ruangan VVIP sehingga tidak ada yang berniat menganggu ataupun menyela jika itu bukan diantara mereka yang melakukannya.

"Aku tidak mengerti."

Akh sial! Ingin sekali Jimmy menggantung Vhi di atas pohon, dan menjadikannya sebagai bahan kajian. Sungguh, Vhi selalu mengetuk titik emosinya. Pria dengan wibawa dingin itu terkadang membuat Seorang Jimmy mengangkat kedua tangan karena lelah. "Baiklah, Vhi. Terserah kau saja tetapi pada intinya kau harus mengingat siapa pelabuhanmu saat ini dan seterusnya. Aileen! Kau harus memahami hal ini dan jangan membiarkan masa lalumu kembali menyeruak ke dalam kehidupanmu." 

Itu memang benar. Vhi sudah memiliki Aileen dan mereka terikat untuk saling membutuhkan. Ya, Alice hanya masa lalunya dan akan tetap seperti itu.

*****

Manik itu terbuka dengan pelan ketika merasakan jemari gagah kini bertengger di pinggangnya. Mempersempit ruang yang membuat Aileen menahan napas karena aroma tak sedap mengetuk rungunya.

"Kau mabuk yah?" Aileen bertanya tetapi pria itu tak mengindahkannya, membuatnya mengambil kesimpulan setelah melihat penampilan suaminya yang berantakan dengan aroma alkohol yang begitu melekat. Dengan cekatan, jemarinya meraih ponsel yang kini menampilkan pukul 5 pagi. 

Kini, benaknya beradu, pukul berapa suaminya itu pulang dan alasan kuat apa yang membuat suaminya itu memilih untuk meneguk alkohol sebelum kembali ke rumah? Aileen ingin marah dan mengoceh secara bersamaan, tetapi melihat keadaan Vhi yang tampak letih dan berantakan, membuat nyalinya melemah dan akhirnya memilih memindahkan jemari itu dari pinggangnya untuk berbenah diri---banyak hal yang harus dikerjakannya pagi ini.

SPARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang