Vhi menatap kosong pada gelas berisi wiski, tidak mengindahkan Jimmy yang hanya bisa diam setelah mendengarnya. Hal yang amat menyiksa tetapi ia lebih memilih menanti temannya itu menyelesaikan perkaranya melalui minuman beralkohol.
“Jim, aku menghancurkannya.” Bibir tipis itu berucap dan bergetar. Ampuh membuat Jimmy menoleh dengan satu helaan napas panjang.
"Aku sungguh tidak tahu harus mengatakan apa, tetapi saat aku mencoba menilik masalah kalian yang seharusnya tidak boleh kuikut campuri, itu hanya karena egomu yang tidak bisa kau tahan. Kau tidak ingin mendengar apapun yang Aileen coba jelaskan dan juga, masalah hatimu yang melukai Aileen dengan masa lalu yang kenyataannya masih kau simpan dengan rapi," ujarnya secara gamblang, membuat Vhi spontan mengulum kedua bibirnya. Jimmy yang melihat itu, kembali menghela napas sebelum melanjutkan tutur katanya.
"Aku tidak memihak pada siapapun karena aku mengungkapkan sesuai dengan sudut pandangku dan kenyataannya memang seperti itu. Ayolah, Vhi! Bukankah kau sudah mengatakan kepadaku bahwa Alice tidak akan memasuki hatimu? Tetapi kenapa malah seperti ini? Bahkan, kau ingin mengakhiri hubunganmu dengan Aileen sebelum mendengarkan penjelasannya."
"Itu karena aku tidak memahami apapun lagi. Aku memang salah pada waktu itu karena mencintai dan melamarnya. Kami memang saling mencintai, tetapi atensi kami berbeda haluan. Bahkan, ada banyak hal yang tidak bisa tersampaikan karena ketakutan timbul dan alasan kenapa aku mengakhirinya, aku memiliki pandangan sendiri, Jim. Aku tidak ingin memaksakan apapun lagi. Dia akan lebih bahagia dan bebas jika aku mengakhiri ikatan ini. Itu pilihan terbaik diantara kita."
Alhasil, Jimmy langsung saja tersenyum kecut, kala Vhi berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan ruangan Jimmy. "Huh, itu sudut pandang yang mengesankan, tetapi aku tidak bisa memberikan demonstrasi karena ini hidup kalian. Hanya saja, pilihan yang kau katakan terbaik itu malah merugikan. Entah itu kau ataupun Aileen tetapi aku hanya bisa mengatakan satu hal; bertindaklah sebelum kata penyelasan menghampirimu. Bahkan saat kau ingin memperbaikinya, disaat itu, tidak ada ruang lagi yang terbuka karena pintunya telah tertutup rapat."
Sungguh, tutur kata Jimmy, membuat maniknya berkedip gelisah dengan napas yang serasa tercekat. Jimmy memahami hal itu. Ia merasakan sakit, tetapi tidak ingin memperkeruh keadaan yang suatu saat nanti, akan surut dan Jimmy menanti hal itu karena telah lelah dengan perasaan ini.
Ia tidak ingin memberikan luka dan merusak banyak hal, karena mencintai seorang Mercier.
***
"Kau pasti tidak pernah mendengar dan melihatnya, tetapi wanita inilah yang melakukannya. Wanita ini bisa melakukan apapun agar apa yang diinginkannya terlaksa."
Suara ketukan sepatu berhak tinggi, terdengar menggema, membuat bulu kuduk meremang kala suaranya yang terdengar menegangkan.
"Dia tidak suka penolakan dan juga pengkhianat. Sungguh, dia benar-benar licik sekali."
Bersamaan dengan irama itu, wanita tersebut, menyelipkan rambutnya ke belakang saat langkahnya berhenti dan memasuki toilet wanita.
"Aku bekerja sama dengan wanita itu karena wanita itulah yang menghubungiku. Katanya, dia memerlukan seorang partner tetapi sekarang, aku tidak lagi melakukannya dan mencoba melupakan ambisi itu dan memilih melangkah dengan atensi yang baru."
Kini, wanita itu menatap wajahnya dari cermen. Mengamati pantulan wajahnya dengan polesan riasan sederhana lalu berseringai sembari berpangku tangan dengan angkuh.
Wanita itu memiringkan kepalanya. Lalu jari telunjuknya kini memilih menulis dicermin itu dengan penuh bangga. Bahkan makin tercurahkam saat tulisan tangannya telah tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARK
Romance(BELUM DIREVISI) [SUDAH TERBIT] Aileen masih mengingat bagaimana awal kisahnya dengan Vhi dimulai. Berawal dari percikan rasa yang menjalar luas tanpa henti, membuat ikatan itu akhirnya terjadi. Namun ia tidak menyangka jika percikan itu nyatanya m...