Aileen menyadari kesalahannya. Tangis terus terdengar dengan ditemani rinai hujan yang kini membasahi bumi. Walau tadinya, hatinya merasa bingung untuk menuntun tungkainya karena ia merasa tidak memiliki seseorang selain suaminya sendiri.
Pertengkaran mereka memang sangat panas. Manalagi, membuat Vhi yang kini mengajukan perceraian saat mendengar dirinya yang mengatakan tersiksa dengan pernikahan ini dan juga kedekatannya dengan Jean yang katanya lebih dari kata teman.
Aileen benar-benar tersiksa kala ketakutannya akhir-akhir ini kini menyeruak.
Semuanya telah berakhir.
Semuanya hancur begitu saja.
Sekali ia mencoba untuk menghentikan perkara itu, bahkan ia harus memahami apa yang diketahui mengenai masa lalu suaminya yang bahkan tidak ia ketahui, dikala itu juga, mereka seakan benar-benar tidak bisa bersatu setelah janji terikrarkan.
Menangis hebat pun, mungkin ia tidak akan mendapatkan hasil saat Vhi memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memberikan rumah itu kepadanya. Sungguh, ia tidak meminta apapun selain suaminya itu menarik kata-katanya. Mana bisa ia hidup di rumah super megah dengan percikkan kebencian yang ada?
Ia tidak bisa.
"Oh God! Aileen? Kenapa kau ada disini? Dan ke-" gadis berambut merah itu langsung mengulum kedua bibirnya saat Aileen memeluknya dan terisak. Siapa yang tidak terkejut saat temanmu berkunjung ditengah malam seperti ini, hujan juga menemani dan menangis dikala ia ingin menanyai alasannya dari itu semua. Namun, maniknya yang menemukan keberadaan sebuah koper, membuat kedua bibirnya membentuk o. Ia sangat mengerti dan langsung saja membalas pelukan itu.
"Lucy, semuanya benar-benar berakhir," isaknya. Lucy kontan menatap pekarangan rumah dengan penuh amarah. Pun jemari mengepal kuat dan menarik satu kesimpulan atas apa yang terjadi.
***
Lucy menatap intens Aileen yang kini memejamkan mata dengan tenang. Walau terkadang, Aileen terus saja memanggil Vhi dalam mimpinya. Itu menyedihkan dan membuatnya tersiksa sendiri. Aileen telah menceritakan semua perkaranya dan harus ia mengetahui satu hal adalah, temannya itu sedang mengandung. Hoh! Memperumit keadaan karena pada ujungnya, Aileen menyuruhnya untuk tidak memberitahu soal kehamilannya beberapa saat ini karena keadaan yang tidak memungkin.
Sungguh, itu sangat membuatnya kesal. Apalagi, Jean memiliki peran disini-bersama dengan seorang wanita pada waktu itu. Mengingat itu semua pun, membuatnya menggeleng didetik itu juga. "Mereka tidak boleh berpisah. Apapun caranya!" sambil merogoh ponselnya dan berkutat beberapa saat. Lantas beranjak ke meja riasnya untuk mengambil stick note dan pena. Ia ingin menulis dimana ia harus pergi menemui seseorang.
Tidak butuh waktu lama setelah ia menulis stick note dan menaruhnya di atas nakas, ia pun mengambil tas selempang di atas meja rias, mengamati Aileen sejenak lalu menuntun langkahnya untuk menjauh.
Sementara Aileen, ia tampak merasa gelisah dengan tidurnya. Serasa pengap yang membuatnya berkeringat dingin. Pun maniknya terbuka dengan isakannya yang menghampiri. Mengetahui kenyataan dimana semuanya benar-benar nyata.
"Vhi ..." isaknya tertahan dan sekilat, mengamati sekitar dimana ia tidak melihat presensi temannya. Stick note yang dilihatnya, membuat ia mengambilnya dengan lesuh dan membacanya.
Aku ada urusan sebentar, Leen. Sarapan ada di dapur dan kau harus makan! Setidaknya, bayimu membutuhkan asupan yang sehat. Yakin dan percaya saja, badai ini akan reda. Tinggal menunggu waktu saja.
Love, Lucy.
"Aku mengharapkan badai itu akan benar-benar berakhir, Lucy."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARK
Romance(BELUM DIREVISI) [SUDAH TERBIT] Aileen masih mengingat bagaimana awal kisahnya dengan Vhi dimulai. Berawal dari percikan rasa yang menjalar luas tanpa henti, membuat ikatan itu akhirnya terjadi. Namun ia tidak menyangka jika percikan itu nyatanya m...