SPARK - Part 13

40 8 2
                                    

Lucy memberikan sapaan hangat pada pengunjung kafenya, menilik kekurangan pada tempat ini manakala ada perlu perbaikan agar membuat suasana kafe begitu menenangkan hati.

“Miss, hal-hal yang harus dipertimbangkan di kafe ini telah kuobservasi dan kini, aku sudaj menaruhnya di atas meja Miss.” Salah seorang waiters membuyarkan lamunannya, membuat wanita berambut merah ini memberikan anggukan beserta senyumannya. “Terima kasih. Aku akan meninjaunya dan kau bisa kembali bekerja.” 

Perkataan Lucy membuat waiters itu melenggang. Meninggalkan Lucy yang masih ingin menilik kafe ini. Hingga dimana ia akhirnya menuntun tungkainya untuk menyelesaikan perihal bisnis kecil-kecilannya ini sebelum dirinya kembali ke perusahaan dimana ia bekerja sebagai manajer keuangan. Namun, baru selangkah dirinya beranjak, telinganya tidak sengaja merekam sebuah percakapan dimana suara itu begitu dikenalnya. Lantas ia menoleh ke suara itu yang kenyataannya ada disekitarnya—mungkin sejak tadi.

“Jean?” gumamnya. Lucy dapat melihat paras itu yang tengah berbincang serius dengan seseorang yang berhodie—itu seperti seorang wanita. Beruntung, tempat pilihan pria itu terdapat dinding dari ukiran kayu yang menjadi pembatasnya. Sehingga Lucy  secara tidak langsung dapat menjadi penguping pembicaraan yang tampak serius itu. Tidak masalah baginya jika itu ada kaitannya dengan Aileen, sahabatnya.

“Aku menemukan sesuatu yang bisa menghancurkan dua hatiku itu.” Seseorang berhodie itu ternyata seorang wanita saat pribadi itu berkata pada Jean yang tampak berseringai setelahnya. Lucy dapat melihatnya, walau hanya sedikit.

“Aku tidak dapat membiarkannya tetap berada di Perusahaan, tetapi Aileen akan memantau kinerja pekerja baru selama tiga hari dan pada hari-hari itu aku akan melakukan tugasku. Kau harus selalu sedia setiap saat.” 

Sungguh, Lucy ingin sekali mengcekik pria kurang ajar yang benar-benar ingin menghancurkan kehidupan sahabatnya. Ternyata, dugaanya memang tidak pernah meleset mengenai ekspresi seseorang. Berasa jari lentiknya yang begitu gemulai ingin sekali memberikan tamparan telak pada pipi mulus pria itu. Menjengkelkan sekali!

“Tentu, aku tentu akan melakukannya. Aku pergi dulu, lain kali, pilihlah tempat yang lebih bagus untuk membahas hal yang penting.”

Lucy tampak gelagapan, yang kemudian berbalik dan mencoba untuk menyibukkan dirinya sendiri. Sialan! Ia ketahuan dan itu membuatnya serasa mendapatkan kutukan dari seseorang. Apalagi saat wanita berhodie itu langsung melesat dengan masker dan kacamatanya. Padahal Lucy begitu penasaran ingin mengetahui paras wanita itu yang malah mendukung aksi bejat Jean.

“Kenapa aku bisa melupakan jika pemilik kafe ini adalah dirimu.”

Astaga. Lucy harus dilanda keterkejutan tatkala pria itu kini berada di sampingnya dengan mimik muka yang datar. Lantas pribadi itu memberikannya tatapan seakan ingin membunuh. “Mati kau!” umpatnya yang membuat pribadi itu malah berseringai. Entah apa yang kini bersarang di kepalanya itu.

“Aku tidak ingin berbasi-basi dan aku berharap kau dapat dipercayai  untuk menyimpan sebuah rahasia.”

“Kau mengharapkan hal itu? Jangan mimpi!” desisnya. Maniknya bergerilya sinis dan dapat membuat Jean terkekeh secara beriringan. “Aku akan memberitahukan Aileen soal ini, tetapi aku tahu jika Aileen pasti tidak percaya begitu saja. Jadi, aku akan membuatnya untuk mempercayaiku.” 

Detik itu juga, Jean kini membuat dirinya berhadapan dengan Lucy, seraya menjejalkan jari-jemarinya ke dalam kantong celana lantas tidak lama memberikan tepukan ringan dipucuk rambut itu. “Kalau begitu, semangat, honey. Aku berharap kau tidak melakukan hal aneh yang membuat Aileen malah akan menaruh kebencian kepadamu.” Lantas pribadi itu melesat dan meninggalkan Lucy  Lantas pribadi itu melesat dan meninggalkan Lucy yang mati-matian menahan kekesalannya.

SPARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang