Wanita itu tersenyum licik saat ia mengamati sebuah video yang terputar dari ponselnya. Video dimana titik kehancuran hubungan Aileen dengan Vhi---sosok pria yang sangat ia cintai.
"Ah, ternyata sangat mudah untuk melakukannya saat mangsa sendirilah yang memberikannya tanpa sadar," kekehnya yang spontan menatap dirinya dari pantulan cermin. "Jean … Jean …. Kau pikir, aku tidak bisa melakukannya seorang diri, hem? Kau datang dihadapanku dengan imingan untuk mengakhiri ini semua, bukanlah tipe seorang Alice Klous."
Alhasil, wanita itu menatap dirinya penuh bangga. Bahkan, kedua sudut bibirnya makin terbentang saat menemukan layar ponselnya yang menyala. Melihat nama pria yang membuatnya terus dilanda rasa cinta disetiap saat. Maniknya menatap lekat layar ponsel itu.
[Vhi]
Alice, aku tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan. Aku akan mengurus perpisahanku dengan Aileen secepatnya.Alice sontak tersenyum. Ini kabar yang baik, walau dirinya sempat gelisah saat otaknya malah menuntun bibirnya untuk mengatakan agar Vhi merenungi keputusannya dan mencoba berbicara dengan baik pada Aileen.
Ia sempat takut. Bagaimana jika mereka tiba-tiba saja kembali bersatu? Akan tetapi, berita yang ia dapat hari ini, menghapus kegelisahannya disaat itu juga.
Sekarang, ia tinggal melakukan beberapa tahapan dan ia tentu akan melakukannya dengan mulus karena mengingat, Jean kini menjadi musuhnya yang kapan saja akan menyerang dititik kelemahannya.
***
Vhi merasakan pelipisnya yang agak berdenyut, mengingat bagaimana Aileen yang nyatanya benar-benar memiliki hubungan dengan teman prianya itu. Bahkan, saat mereka belum resmi bercerai. Ia sungguh tidak habis pikir dengan pola pikir Aileen yang membuatnya amat stress. Apalagi, beberapa tugasnya harus ia alihkan kepada Jimmy karena benaknya yang tidak bisa memikirkan apapun lagi dan mungkin akan berakhir menginap di perusahaan untuk kesekian kalinya.
Ia merasa tidak tenang jika tetap tinggal di rumah itu dan lebih memilih memberikannya pada Aileen walau berita yang didengar rungunya, membuat ia sangat gundah. Aileen tidak tinggal di rumah tersebut. Itu alasannya, kenapa ia memilih mencari tahu keberadaan Aileen karena ketakutannya begitu mendominasi, ditambah Alice yang menyuruhnya untuk kembali memikirkan keputusannya setelah ia menceritakan kisah hidupnya yang mendadak rumit.
Awalnya, ia mencoba untuk mengikuti nasihat Alice. Akan tetapi, sudut pandangnya saat melihat kemesraan yang tercipta, membuat dirinya seperti terjatuh menyentuh ubin. Semuanya seperti berjalan dengan cepat saja---bahkan saat ia memilih menguarkan satu keputusan dimana mereka harus benar-benar berakhir.
Dengan kilat, ia kini meremas rambutnya karena pening. Hingga secara bersamaan, rungunya dapat mendengar ketukan pintu yang membuatnya sontak menoleh. Padahal, ia telah memastikan semua karyawan telah meninggalkan perusahaan ini.
Ya, itu mungkin, tetapi Alice terkecualikan.
Alice sontak memberikan sapaan formal dan manik Vhi pun, harus mendapati sebuah kotak makanan yang Alice bawa dimana itu untuk dirinya.
"Kenapa kau merepotkan dirimu sendiri?"
Alice hanya tersenyum tipis. "Aku tidak merasa direpotkan oleh dirimu. Aku hanya khawatir saja. Apa kau sudah makan apa belum? Dan kenyataannya, kau melewatkan makan siang dan juga makan malammu setelah aku mendengar penuturan dari William. Bahkan, kau tidak mengizinkan siapapun lembur untuk hari ini," ujarnya yang membuat Vhi menghela napas tidak enak. Apalagi, saat ini sudah sangat larut dan Alice, seperti tidak takut akan terjadi sesuatu pada dirinya sendiri, karena menurut sudut pandangnya, Alice lebih takut jika ia mencoba untuk menghancurkan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARK
Romance(BELUM DIREVISI) [SUDAH TERBIT] Aileen masih mengingat bagaimana awal kisahnya dengan Vhi dimulai. Berawal dari percikan rasa yang menjalar luas tanpa henti, membuat ikatan itu akhirnya terjadi. Namun ia tidak menyangka jika percikan itu nyatanya m...