Selamat membaca, jangan lupa vote dan comment.
Aku berharap cerita ini juga mendapat respon yang baik karena aku juga mengusahakan yang terbaik pada cerita ini, sama dengan cerita aku yang lainnya. Makasih.***
Setiap weekend pada akhir bulan, Korea University khususnya jurusan manajemen mengadakan Outbond yang ditaja oleh mahasiswa Pascasarjana.
Kalau berbicara tujuan, katanya adalah untuk mempererat solidarity antar mahasiswa. Sedangkan menurut Seulgi, kegiatan ini tidak lain sebagai ajang pamer bagi pascasarjana dan ajang mencari jodoh bagi seluruh mahasiswi yang setingkat dengannya. Dan, jangan lupakan adik-adik tingkat yang tidak berhenti memoles wajah mereka.
Jadilah Seulgi yang hanya duduk seorang diri di bawah pohon rindang sambil memandang beberapa wanita yang berkerumun sambil mendengarkan arahan untuk permainan berikutnya.
"Seul, ga ikutan?" Wendy keluar dari kerumunan. Melihat betapa susahnya gadis itu melewati adik tingkat yang berkeliling rapat membuat Seulgi menghela nafasnya.
Adalah pilihan yang tepat ketika dia hanya duduk seorang sendirian dengan tenang.
"Engga," Seulgi menggeleng. "Mau minum?" Wendy menyambut botol minum yang diberikan Seulgi kemudian duduk di samping wanita itu sambil meluruskan kakinya yang sedikit pegal.
"Gila sih, itu adek-adek kecentilan bikin badan gue remuk tau ga!" Decak Wendy, dia memang tak sesabar Seulgi dalam mengatasi masalah. Itulah kenapa dia mengoceh sepanjang jalan kenangan.
"Emang siapa yang di dalem? Maksud gue yang mimpin permainan selanjutnya?" Seulgi berbicara tanpa menoleh pada Wendy. Entah kenapa melihat gadis-gadis yang antusias seperti itu cukup menghibur dirinya.
Seharusnya bulan ini tidak ada yang akan jatuh pingsan kan?
"Kak Taehyung," jawaban Seungwan membuat Seulgi mengangguk.
Kim cukup populer apalagi keramahannya yang dominan. Wajar sekali ketika antusias gadis-gadis itu meningkat.
"Tapi Seul, dimana Kak Jimin?" Tanya Wendy dengan tak sabaran. Wajah tampan yang dia puja-puja tu tak terlihat sejak pagi.
Memang sih ada fakta menyedihkan bahwa Park Jimin tidak pernah setuju mengambil kelas mereka untuk dibimbing. Setiap bulan selalu seperti itu. Tapi hari ini Park Jimin bahkan tidak terlihat sama sekali.
Seulgi menoleh pada Wendy kemudian menjawab dengan datar, "Apa kau pikir dia akan suka dengan respon dari tim yang terdiri anak-anak sarjana yang baru menetas dari SMA?" Setelah mengatakannya Seulgi kembali memandang ke depan.
"Tidak salah aku bertanya padamu, kau lah yang paling mengenal Kak Jimin, Seul. Dia pasti memilih membimbing anak Pascasarjana kan? Yang lebih elegan dan dewasa, begitu kan?" Wendy menghela nafas sama seperti Seulgi sebelumnya.
Kembali sadar bahwa harapannya mendekati Park Jimin tidak lebih dari 0,001%. Mengingat bahwa dia yang semrautan dan bertolak belakang dengan idolanya itu.
Adapun Seulgi, dia sangat tenang dan cukup dewasa. Hanya saja Wendy tidak habis pikir apa yang kurang dari sahabatnya itu sampai Kak Jimin tidak melirik Seulgi sama sekali.
"Wen," panggil Seulgi.
"Mau main, ga?"
"Ini playing fox tau. Emang lu mau mati muda? Berdiri di balkon aja gemeteran," Ledek Wendy.
Jika orang yang paling mengenal si beku Jimin adalah Seulgi, maka orang yang paling mengenal princess se lembut Seulgi adalah Wendy.
Seulgi menoleh tiba-tiba. Apa? Kenapa? Senyuman Seulgi terlihat menakutkan sekarang.