***
Park Jimin: Cant u see me?
****Jangan lupa vomment ya cin.
Seulgi sedang mengerjakan skripisnya. Sudah lama sejak terakhir kali dia bimbingan, dan maafkan karena sedikit banyak dia melupakan alur penelitiannya yang ketika dia tulis sekarang malah menjadi aneh dan tidak berkesinambungan.
Lima bulan ini apa saja yang dia kerjakan? Seulgi memukul jidatnya keras. Sepertinya dia benar-benar sudah disibukkan dengan kegiatan pacarannya sampai tugas akhir syarat wisuda pun dia lupakan.
Tadi pagi saat mood sedang tinggi-tingginya, datang pengacau yang membuat idenya buyar entah kemana. Orang itu --- setelah Seulgi rasakan ternyata masih berefek padanya. Tidak! Seulgi tidak mau lagi! Tidak boleh!
Brak! Pintu dibuka paksa
Seulgi terkejut bukan kepalang, dia memegang jantungnya yang hampir terbang. Dia sudah berniat bersembunyi di balik tempat tidur, kalau-kalau yang datang adalah maling karena ibunya sedang mengunjungi Tante di Busan dan kakaknya sedang lembur di kantor.
"Siapa ka---- Jimin?"
Seorang pria yang berjalan gontai mencoba mengangkat kepalanya sambil tersenyum miring. Perlahan tapi pasti dia mendekati Seulgi yang mematung dengan tubuh yang bersandar di kepala kasur.
"Ke--kenapa kau disini?" Seulgi hendak menjauh namun ternyata Jimin yang oleng lebih cepat gerakannya daripada dia yang sangat sadar. Sekarang Jimin sudah memegang kedua pipinya dengan telapak tangannya yang dingin dan beraroma alkohol.
Alkohol?
Seulgi mencoba melepaskan tangan Jimin dari wajahnya tapi dia kalah kuat, Jimin menekan tangannya lebih dan lebih sehingga bibir Seulgi terpoutkan dengan sendirinya.
Belum sempat Seulgi memperkuat tenaga, Chu! Jimin mencium bibirnya yang kaku. Dilumat bergantian namun Seulgi tidak melawan karena posisi pipinya membuat bibirnya menjadi konstan. Diam dan menerima sapuan.
Adapun yang bisa Seulgi lakukan adalah memukul dada Jimin berkali-kali agar pria itu melepaskan ciuman mereka. Kerena ini termasuk bentuk pelecehan, dan juga mengarah pada pembunuhan. Jimin sudah lama melumat bibirnya sampai dia hampir kehabisan nafas.
Huh, hah. Seulgi meraup udara sebanyak yang dia bisa. Jimin sudah melepaskan ciuman mereka dan mengusap sudut bibirnya sendiri layaknya seorang pria brengsek yang sesungguhnya.
Ah! Salah! Maksud Seulgi dia telah menjadi bajingan sejak dulu. Sejak dia memaksa Seulgi menari dan menggodanya layaknya seorang jalang.
Plak!
Tamparan untuk ciuman tadi dan juga untuk membangkitkan kenangan yang tidak ingin dia ingat lagi.
"Kau tidak waras!" Ucap Seulgi lantang. Biar saja! Biar orang tahu bagaimana busuknya sosok pria yang katanya cool dan keren ini. "Keluar dari kamarku sekarang juga!"
Jimin terkekeh, sedangkan Seulgi memanas. "Aku bilang, kelu-----"
Chu!
Tangan Jimin sudah menjelajahi leher Seulgi sedangkan satunya lagi menahan wajah gadis itu supaya tidak menjauhkan wajah dan bibirnya yang bikin candu. Dadanya bidangnya yang dipikul berkali-kali tidak membuat Jimin lengah.
Seulgi meronta, dia menunjukkan amarahnya dengan menutup mulutnya rapat hingga Saliva Jimin hanya menyapu di bagian bibir luarnya. Seperti itu hingga tak lama kemudian Jimin mengigit bibir bawahnya dan membuka paksa mulutnya. Memaksa ciuman datang pada Seulgi. Ciuman panas orang yang kesetanan. Tidak! Ini bukan Jimin! Ini sangat berbeda dengan ciumannya yang di mobil yang sangat lembut.