Selamat malam, sebelumnya maaf baru update karena memang sekarang aku cukup sibuk.
Jangan lupa vomment ya~~*****
Your Side
*****Aku terbangun dengan pandangan sedikit kabur dan kepala yang cukup pusing. Kosong! Hampa! Aku tidak merasakan apapun sekarang, kecuali rasa sakit yang mendominasi.
Sejujurnya, ketika melihat mobil yang datang dari arah berlawanan, aku berharap semua berakhir di tempat. Kenangan dan rasa perih dapat menjadi abu karena ledakan mobil yang hebat tapi sepertinya tuhan punya rencana yang lebih hebat daripada itu.
Rencana yang membuat aku bertanya-tanya apakah yang akan terjadi padaku kelak? Atau --- bagaimana aku bisa menjalani hidupku yang tidak berguna ini?
"Seul, mianhae."
Aku tersentak saat mendengar suara yang aku benci sekali. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Suaranya, segala tentang dirinya.
"Minaheyeo, saranghaeyeo."
Park Jimin tidur sambil menggenggam tanganku. Matanya terlihat sembab dan bengkak. Apakah kau menangisiku? Mengigaukan permintaan maafmu? Mulai mencintaiku?
Aku juga mencintaimu, tapi itu --- dulu. Seulgi yang dulu sudah mati saat kau menyakitinya terakhir kali. Dan, pernyataan cintamu sudah terlambat.
Kembali pada fikiranku tentang rencana Tuhan, dan sepertinya inilah alasan kenapa aku dibiarkan hidup yaitu untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin bisa aku dapatkan jika aku tidak kecelakaan. Walaupun tubuhku penuh luka sekarang, kabar baiknya aku dapat terlepas dari dua orang dengan tenang.
Aku memandang pintu yang terbuka dan seorang perawat yang mengecek keadaan. Sungguh sesuai dengan harapan, aku pun menyampaikan maksud kepada perawat untuk minta di ambilkan kertas dan sebuah pena. Perawat terheran, mungkin sangat bingung ketika aku sudah sadar dan bahkan meminta alat tulis segera. Dia pun memberikan alat tulis berupa buku kecil dan pena dari saku seragamnya.
Suster memegang kertas dan aku memegang pena dan menuliskan beberapa kata yang sepertinya cukup jelas. Sebuah memo berisi permohonan untuk dokterku.
Help!
Tell all of them i lost my memory.
Or i'll killing my self.Tak lama setelahnya suster pergi dan hanya butuh beberapa menit seorang dokter datang. Buru-buru dia memasang ekspresi minta penjelasan dan aku tidak bisa bersuara takut Park Jimin terbangun dan mendengar semuanya. Tapi rasanya air mata jauh lebih dari cukup menunjukkan betapa aku membutuhkan bantuan segera.
Hanya butuh dokter untuk mengatakan bahwa aku kehilangan ingatan. Dua kata yang bisa membantuku melepaskan kesedihan, yaitu: Hilang Ingatan.
Dokter menghela nafasnya, apalagi ketika aku menggenggam kuat tanganku hingga jemari kuku ku yang panjang melukai telapak tangan. Beberapa tetes darah pun lolos dari sela gengamanku, membuat dokter panik akhirnya mengangguk pasrah. Mungkin karena dokter bisa melihat tatapanku yang lekat juga ekspresi kacauku yang butuh obat. Obat berupa pertanyaan dokter seperti yang aku inginkan.
Setelahnya aku kembali tertidur dan hanya merasakan ada yang memberikan obat pada telapak tanganku yang tertancap kuku-ku yang tajam.
"Seulgi?! Kau akhirnya siuman, Nak!" Teriak ibu, dia pun segera berjalan keluar meneriakkan dokter tentang kesadaranku. Hingga beberapa menit kemudian, ibu datang bersama dengan dokter yang dini hari tadi datang dan melakukan pemeriksaan untukku.
Aku gugup, apakah sang dokter akan membantuku bersandiwara ataukah menjelaskan keadaan sebenarnya. Aku tidak tahu apa yang ada difikiran dokter sekarang tapi yang jelas dia terlihat professional dan memeriksa tanpa beban.
"Bagaimana Dok?!" Tanya ibu, "Baik kan?"
"Iya. Sudah jauh lebih baik," jawab dokter.
"Baiklah, Ibu akan memberi kabar pada Jimin dulu, dia baru saja pulang untuk setelah seharian menemanimu, Nak!"
"Siapa Jimin?"
"Seulgi, ada apa denganmu Nak?"
"Aku tidak kenal dia, kenapa ibu harus menghubunginya?"
Ibu terheran dan dokter mengatakan ada bahwa ada gejala amnesia pada diriku. Fix, dokter membantuku dan kemudian dia mengatakan akan ada pemeriksaan lanjutan untuk memastikannya. Setelah malamnya, ibu datang dengan wajah lesu dan menceritakan bahwa aku mengalami amnesia pada sebagian kisah yang penting dalam hidupku.
Ibu menangis sambil mengucap maaf, pertama kali aku melihat ibu sesedih ini. Tak lupa ibu memelukku erat sambil berjanji untuk memperbaiki hubungan kami.
Adapun Jimin, ibu akan menjelaskannya perlahan karena menurut ibu, Jimin pasti sulit menerima masalah ini dengan lapang dada. Apalagi ibu sudah bisa melihat ketulusan cinta Jimin.
Tapi -- aku tidak peduli.
Aku tidak ingin menjadi Seulgi yang dulu, never. Aku ingin membahagiakan diriku sekarang, born to the new Seulgi. Someone who don't know everything about Park Jimin.
***
TBC!Sudah aku ketika dan krtiduran, jadi up nya.pas kebangun lagi. Ketiduran jam 11 an dan masih kebuka ini wattpad, jadi pas bangun jam 1 malam aku lanjutin lagi terus up, baru tidur lagi. Wkwjkwwk