Menepati Janji

117 12 1
                                    

*****

Dengan secepat kilat Nada membereskan berkas- berkas yang ada di meja kerjanya, menumpuknya menjadi dua bagian di tepi meja. Dan memasukkan barang-barang ke dalam tasnya yang semestinya ia bawa pulang, hanya handphone, notebook, Tumbler yang sudah kosong, sementara kunci mobil ia memilih menentengnya agar tidak perlu mencari-cari lagi saat sampai di basement.

"Nggak lembur lagi, Nad?" Tanya Gea sambil memundurkan sedikit kursinya agar bisa melihat Nada. Gea adalah teman sekaligus rekan kerjanya yang duduk satu kubikel dengannya, mereka satu divisi namun beda bidang, Gea dan dirinya seumuran namun Gea masih single, perawan ting-ting tepatnya.

Nada mengangguk. "Iya nih. Udah seminggu pulang malam terus, kasihan anak gue, udah bisa protes emaknya pulang malam terus dia."

"Iyalah anak lo udah gede gitu, by the way projects Lo yang di kasih sama Mas Edgar gimana? Udah kelar?"

Nada menggeleng. "Belum Ge, Lo tau sendiri itu projects terbesar gue selama gue kerja disini. Lagian kalau udah kelar juga Lo pasti tau."

Gea mengangguk-angguk. "Iya ya. Oke Lah sukses deh, Nad."

"Dan Lo sendiri tumben belum pulang, biasanya jam pulang kantor kurang satu jam aja udah siap-siap pulang. Lembur Lo ?"

Gea menggelengkan kepalanya. "Nggak ya Nad, di hidup seorang Gea Anandita mana ada kata lembur." Gea lalu tertawa, melanjutkan memulas lipstick pada bibirnya sebelum melanjutkan berbicara lagi. "Inget Nad, ngapain pakai lembur kayak gak ada hari esok aja."

"Ya..ya..ya. Terus Lo ngapain masih di sini?"

Gea menunjuk kubikel sebelah dengan dagunya. Di sana ada Zakial yang masih sibuk dan mungkin merasa sedang di perhatikan, jadilah si Zakial itu menengok ke arah Nada dan Gea, lalu tersenyum pada Gea dan mengangguk pelan pada Nada.

Nada mengangguk paham. "Oh.. ya udah gue balik duluan deh." Ucap Nada sambil bangkit dari kursi kerjanya, menaruh tas yang berisi laptop pada bahu kirinya.
"Hati-hati Lo berdua jangan macem-macem kalau gue tinggal."

"Iya Sister, lagian Lo lupa itu CCTV dimana-mana." Ujar Gea sambil mengedarkan matanya pada tiap sudut ruangan.

Nada menimpalinya dengan tertawa. "Ya udah, gue balik ya."

"Iya hati-hati di jalan, bawa mobilnya gak usah ngebut-ngebut. Kalau kenapa-kenapa kan sayang Lo belum nikah lagi." Sahut Gea sambil tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang baru saja di veneer kemarin.

" Sialan Lo."

Gea tertawa. " Udah sana balik, salam buat anak Lo ya."

" Iya Ge. Assalamualaikum."

" Waalaikum salam sister."

Sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu Nada berhenti sejenak di kubikel yang di tempati oleh Zakial dan menepuk pundaknya. "Zaki, buruan tuh si Gea udah nungguin. Kelamaan keburu lipstik nya luntur lagi." Nada terkekeh.

"Eh Nada, iya nih bentar lagi. Dia yang maksa pulang bareng kok Nad."

Ya kalau yang ngajak situ emang apa urusannya sama gue. Dan Nada tidak perlu memikirkan hal semacam itu.

" Oh... Ya udah gue mau pulang dulu."

"Iya Nad. hati-hati di jalan ya."

"Hmm. Thanks ya." Lalu Nada benar-benar keluar dari ruangan itu. Pulang lebih awal seperti ini setelah satu minggu pulang ketika langit sudah gelap adalah hal yang paling membahagiakan untuknya. Malam ini bisa memasak buat makan malam, lalu makan bareng sama ibu dan Zoeya serta Nala adiknya, bacain buku cerita untuk Zoeya dan melihat senyuman serta mendapat kecupan manis dari putrinya itu sebelum benar-benar terlelap. Ah, baru membayangkan saja udah membuat hatinya hangat.

Singgah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang