*****"Pakai mobil saya saja, kan biasanya begitu kalau pergi meeting di luar."
"Mobil saya aja mas, saya lagi nggak bisa nyium aroma pengharum mobil mas Edgar, deh."
"Duh nggak bisa saya naik mobil kamu."
"Ya udah kita sendiri-sendiri aja berangkatnya. Bawa mobil masing-masing."
"Itu saya lebih tidak setuju."
"Kenapa?"
Sebuah perdebatan kecil yang terjadi di parkiran sebelum Nada dan Edgar pergi dari kantor mereka di daerah Kuningan menuju ke sebuah cafe di daerah warung buncit, sama-sama di Jakarta Selatan.
Yang pada akhirnya mereka mengendarai mobil Edgar, X-Trail hitamnya.
Kok bisa? Tentu bisa.
"Kenapa masih di tutup sih tuh hidung? Kan udah saya ganti pengharum mobilnya." Demi Nada tetap mau berangkat bersama dengan mobilnya, alasannya agar mereka tidak berselisih waktu saat tiba di cafe, Edgar rela mengganti pengharum mobilnya dengan aroma kopi yang ada di mobil Nada.
"Aroma Honey Wood nya belum ilang sepenuhnya mas."
"Memang kenapa si?""Kenapa apanya?" Nada menoleh, menatap bingung pada Edgar yang sedang menyetir.
Edgar menoleh sekilas sebelum kembali fokus ke jalanan. "Ya itu kamu. Biasanya juga gak apa-apa sama pengharum mobil saya. Hari ini kok aneh."
"Ya gak tau. Tiba-tiba mual banget ." Keluh Nada.
Edgar mengangguk-angguk kecil. Membuat Nada bertanya. "Kenapa, Mas?"
"Bukan hamil kan, kamu?"
Nada menatap Edgar dengan tajam. "Hah? Hamil? Hamil sama siapa saya? ciuman aja gak pernah, mana bisa hamil. Mas Edgar ini tahu nggak sih, proses perempuan bisa hamil kayak gimana?"
Edgar terkekeh geli mendengar respon Nada atas pertanyaannya yang ngasal, dan tentu saja Edgar sangat tahu bagaimana perempuan bisa hamil. "Mau coba dengan saya?"
Nada menatap tajam. Sekaligus tiba-tiba merinding dan merasa harus waspada. Biar bagaimanapun dia bukan anak kemarin sore yang masih polos. Dia tau arah perkataan laki-laki dewasa di sampingnya saat ini. "Hah? coba apa?"
"Ya apalagi." Jawab Edgar santai tanpa melihat Nada. "Ciuman. Kamu udah lama kan nggak ciuman, nanti lupa lagi caranya. Saya coba bantu ingetin."
Nada melepas telapak tangannya yang sedari tadi di gunakan untuk menutup hidungnya. Beralih untuk memukul lengan kiri Edgar. "Ngawur! Jangan macam-macam deh!"
Lalu Nada menyandarkan tubuhnya ke kursi. Memilih melihat jalanan di sebelah kirinya. Malas menatap Edgar lagi.
Edgar malah tertawa terbahak-bahak, merasa berhasil mengerjai wanita yang dia pikir bertambah cantik kalau sedang cemberut seperti sekarang. "Akhirnya nggak di tutup lagi hidungnya."
Nada bergeming. Tidak peduli dengan suara tawa Edgar yang terdengar sangat menggema di dalam mobil.
"Kamu marah?"
"Nggak." Jawab Nada, terdengar ketus.
"Udah mau sampai. Jangan marah, nanti klien bisa ngerasain aura negatif dari kamu dan nggak jadi ngasih tender ke kita." Ujar Edgar. Membelokan mobilnya dari jalan raya ke kafe yang berdiri di sebelah kiri. "Kenapa udah seramai ini sih." Gumamnya saat hanya mendapatkan tempat parkir yang sedikit menyusahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [On Going]
RomanceSebuah kewaspadaan diri terhadap rasa, karena cinta terkadang datang hanya untuk bersinggah. Tergantung seberapa besar dua hati berusaha untuk membuatnya tetap menetap dengan sungguh. Namun, bagaimana jika hati pernah mengalami kecewa dan kehilangan...