Misterius

39 5 1
                                    

*****

Tepat pukul sebelas malam Nada baru tiba di rumahnya, cuti satu minggunya mengakibatkan pekerjaannya sangat menumpuk, mata dan tangannya sampai terasa pegal dan badannya linu semua.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi di carport, Nada bergegas masuk ke dalam rumah, selain karena angin malam yang dingin menerpa, dia juga ingin segera menyiram tubuhnya dengan air hangat, mungkin itu bisa mengurangi rasa pegalnya.

Setelah membuka pintu dan menutupnya kembali, seisi rumah sudah sepi dan gelap, hanya sedikit pendar cahaya dari lampu ruang tengah, yang sengaja tidak di matikan oleh ibunya, untuk memberi penerangan rumah jika ada yang pulang malam atau tengah malam terbangun membutuhkan sesuatu.

Nada menuju dapur untuk mengambil air minum, lampu di ruangan itu terlihat lebih terang dari malam biasanya, mungkin ibu lupa memadamkannya.

Dia dibuat kaget saat tiba-tiba ada suara dari mini bar. "Baru pulang, kak?"

"Astaghfirullah, Dek." Nada hampir terlonjak, menjatuhkan beberapa barang yang ada ditangannya, menimbulkan suara yang cukup keras, semoga saja ibu tidak terbangun. "Kamu ngapain, belum tidur?"

Nala adiknya, menunjukkan satu mangkuk yang ada di depannya, isinya tinggal kuah mie instan yang tinggal beberapa sendok. "Lapar kak." Ucapnya lalu meringis. "Kak Nada, mau?"

Nada menggeleng. "Emang kamu nggak makan malam?" Tanyanya sambil lalu setelah memungut barangnya yang tadi dijatuhkannya, menaruhnya di atas meja bar, lalu dia beralih ke meja makan, di sana dia sempat membuka tutup saji sebelum pergi ke dapur untuk mencuci tangan dan mengambil gelas.

"Tadi sore makan di kampus. Terus pas makan malam masih kenyang."

"Oh." Nada mengisi gelasnya penuh dengan air hangat, dia butuh sesuatu yang bisa menghangatkan tenggorokan dan perutnya. "Itu ibu masak. Kok malah makan mie instan?"

"Lagi pengin, kak. Lagian udah malam gini masa makan nasi." Ucap Nala seraya menghabiskan kuah mie instan dari mangkuknya. Memang apa bedanya makan nasi sama mie, bukannya sama-sama sumber karbohidrat. "Oh iya, Kak."

"Hmm." Sahut Nada, menempati satu stool di sebelah adiknya. "Kenapa?"

"Aku boleh cerita, nggak?"

"Boleh, cerita apa?" Tanya Nada setelah menghabiskan minumannya, siap mendengarkan adiknya bicara, sampai dia lupa untuk segera membersihkan diri, mungkin nanti hanya akan membersihkan sisa make up nya dan berganti pakaian tidurnya.

"Tadi siang ... Fadhel bilang mau ngelamar aku bulan ini, Kak." Ujarnya dengan menunduk. Fadhel Megantara, yang setahu Nada adalah pacarnya Nala dari mereka masih kelas sebelas, langgeng ya. Dan sekarang apa katanya, mau melamar adiknya.

"Terus tidak lama setelah itu, kalian akan lanjut menikah?"

Nala menanggapinya dengan sebuah anggukan kecil.

"Kalian kan belum lulus?" Hanya itu yang melintas di pikiran Nada saat itu.

"Tahun depan kan aku sama Fadhel udah lulus." Nala menatap wajah kakaknya yang sedari tadi sudah menatapnya lebih dulu. "Bulan ini kita baru tunangan dulu, kak."

"Kan kamu bilang sendiri mau S2 di Jerman?"

"Iya aku tahu."

"Terus?"

"Fadhel juga mau ngambil S2 di Jerman, Kak."

Nada mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oke. Jadi gimana planning kamu dengan Fadhel?"

Singgah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang