Jemputan tak terduga

48 10 1
                                    

*****

Nada sedang berdiri di baggage claim area, menunggu satu kopernya lagi yang belum muncul, koper yang mendadak ia harus beli karena barang-barang yang dibelinya tidak cukup muat untuk di masukkan ke dalam koper yang mulanya ia bawa saat pergi liburan ke Australia.

Sesuatu hal yang biasa terjadi ketika pergi liburan adalah bertambahnya isi koper atau bahkan koper itu menjadi bertambah jumlahnya.

Nada sedikit bergegas ketika melihat sebuah koper yang dia yakini adalah miliknya, serta menyiapkan tenaga untuk mengangkat koper itu dari atas Carousel.

Akhirnya, Nada bisa bernafas lega saat ada petugas yang dengan sigap membantunya untuk mengangkat kopernya, dia sudah khawatir dengan lengannya sendiri, ia tidak memungkiri bahwa koper itu berat dengan segala macam isi di dalamnya.

"Makasih ya, Pak." Ucapnya ramah pada petugas yang membantunya.

"Iya. Sama-sama, Bu. Permisi."

Nada mulai mendorong troli yang di atasnya berisi dua koper besarnya menuju pintu keluar terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Di sisi kanannya, Zoeya berjalan dengan riang sambil memeluk boneka barunya, sesekali bernyanyi lagu pengisi film kartun dari Disney itu, anak perempuannya itu senang sekali bisa mendapatkan boneka Fancy Nancy Clancy, tokoh kartun kesukaannya.

"Kita di jemput siapa, Mamu?" Tanya Zoeya pada Nada saat sudah sampai di area penjemputan, rupanya mereka sudah menunggu sekitar lima belas menit, tapi mobil ibunya belum juga datang.

"Nenek yang jemput." Jawabnya. Kemarin malam Nada telah memberitahukan pada ibunya jam kedatangannya di Jakarta hari ini dan sempat mengingatkan kembali sebelum ia take off dari Bandara Tullamarine tadi pagi.

Zoeya mengangguk. "Oh. Sekarang udah jam berapa, Mamu?" Tanyanya lagi.

Nada melihat jam tangannya. "Jam sebelas."

''Kok nenek lama, Mamu." Keluh Zoeya, anak itu merosot duduk pada space troli yang masih tersisa. "Naik taxi aja yuk, Mamu."

"Bentar lagi, Sayang. Sabar ya." Bujuknya. Padahal dia sendiri sudah ingin sekali merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Tidak mungkin ibunya lupa untuk menjemputnya hari ini kan? .. "Biar Mamu telpon nenek, ya?"

Sekali, nada sambung terdengar. Ibunya tidak mengangkat telponnya.

Nada mencoba lagi, dan lagi hingga nada sambung berakhir, ibunya tidak mengangkat telepon darinya lagi. Sedang apa ibu sebenarnya? Sesibuk itukah? Atau ibunya sedang menyetir menuju kemari? Atau terjebak macet, tapi jika iya, maka ibunya punya kesempatan untuk mengangkat telpon darinya.

Nada akan memilih naik taxi jika usaha ketiga menghubungi ibunya tidak juga mendapatkan jawaban.

"Udah lama nunggunya, ya?"

Sebuah suara dari arah samping kanannya membuat gerakan tangan Nada terhenti, suara yang tak cukup asing membuatnya cepat menoleh, seketika Nada tertegun saat melihat seorang pria yang kini sedang berjalan ke arahnya. Nada melihat sekitarnya, memastikan bahwa pria itu mendatangi orang lain, bukan dirinya, tapi tidak ada siapa-siapa di sana.

"Maaf telat." Ucapnya lagi saat sudah berada tak jauh dari tempat Nada berdiri, dan memang benar, pria itu datang untuknya. Lalu pria itu berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Zoeya. "Kamu pasti, Zoeya?" Tanyanya.

Singgah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang