*****Kicauan burung terdengar sangat nyaring dari biasanya, angin yang basah sayup-sayup menyapu kulit tubuhnya yang hanya berbalut baju tidur berbahan satin, dan sinar hangat yang dengan berani mengganggu tidur lelapnya, menyilaukan, ada yang telah menyingkap gorden jendela kamarnya, serta membuka jendelanya.
Nada menarik selimutnya untuk menutup wajahnya, berharap dia bisa melanjutkan kembali tidurnya, karena dia tahu hari ini adalah hari Minggu, waktunya tidur lebih lama dari hari biasanya. Namun sepertinya ada seseorang yang tak mengindahkan niatnya, dan siapa lagi yang berani selain Ibu.
Nada akhirnya menyingkap selimutnya, menyingkirkan beberapa helai rambut yang terurai ke wajahnya, mengikatnya asal, setelah itu dia menoleh ke meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya, jam yang ada di sana menunjukkan pukul delapan, lalu dia keluar kamar tanpa mengganti pakaian tidurnya atau sekedar mencuci mukanya, lagian tidak ada siapapun di rumah selain ibu, Nala dan Zoeya, dia hendak ke dapur untuk mengambil air hangat.
Aroma harum yang Nada kenali menyerbak indera penciumannya pertama kali saat baru saja keluar kamar, aroma kue yang sedang di panggang, sepertinya Ibu sedang mendapatkan orderan, hingga sepagi ini sudah membuat kue.
"Ibu." Sapa Nada pada Ibunya, yang sesuai tebakannya, beliau sedang sibuk memindahkan kue yang sudah dingin ke dalam kotak. Dan di atas meja makan sudah ada banyak kotak-kotak yang berisi kue kering. "Ada pesanan, Bu?"
"Eh, Nada. Akhirnya bangun juga. Nggak shalat Subuh?" Tanya Ibu tanpa menjwab pertanyaan dari Nada.
"Lagi datang bulan." Jawab Nada sambil lalu, menuju dispenser untuk mengisi mugnya dengan air hangat. "Zoeya udah bangun, Bu?"
"Zoeya lagi jalan-jalan keliling komplek."
"Jalan? Sama siapa?"
Nada duduk di salah satu kursi, yang di depannya ada secangkir kopi, tidak ... ada dua cangkir kopi di sana, pasti salah satunya milik Ibu, lalu siapa pemilik satunya lagi. "Ada Bapak, Bu?"
Ibu menoleh, "Hah?"
"Bapak datang sepagi ini? Tumben banget." Nada menerka, siapa lagi orang yang datang ke rumah dan meminum kopi, dan tidak ada orang yang diijinkan ibu untuk mengajak Zoeya pergi kecuali Bapak dan anak-anak ibu.
"Kata siapa Bapak datang?" Jawab Ibu.
"Hah?" Seru Nada kaget. "Terus yang ngajak Zoeya jalan siapa? Nala?" Namun tebakannya langsung pupus ketika mendengar suara orang muncul dari lantai atas, menuruni tangga, dan itu Nala.
"Kenapa mukamu, Kak? Kaget gitu lihat aku." Tanya Nala ketika melihat ekspresi wajah kakaknya tidak terkontrol. "Bu kenapa kak Nada, Bu?"
Ibu hanya menggeleng. Lalu tersenyum jahil.
Nada berdiri, menghampiri ibunya, "Bu, yang ajak Zoeya jalan siapa kalau bukan Bapak dan Nala? Nggak mungkin kak Naya, kan?" Tanya Nada sedikit panik.
"Tunggu aja, sebentar lagi pasti pulang."
"Bu, siapa?" Tanya Nada sambil menggoyangkan tangan Ibunya.
"Udah kamu tenang aja." Ibu menurunkan tangan Nada dari lengannya. "Jangan ganggu ibu. Ibu lagi kerja."
"Gimana bisa tenang, sih!" Ucap Nada putus asa. Siapakah manusia yang beraninya membawa anaknya jalan sepagi ini, tanpa ijin darinya pula.
"Makanya, kalau ibu bangunin itu mbok ya langsung bangun." Sahut ibu.
Nada memilih duduk kembali. Tanpa sadar dia meminum kopi yang entah punya siapa, menenggaknya sampai habis.
"Kopi orang itu." Seru ibu. "Punya ibu yang ini." Ucap ibu seraya mendorong cangkir kopi yang satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [On Going]
RomanceSebuah kewaspadaan diri terhadap rasa, karena cinta terkadang datang hanya untuk bersinggah. Tergantung seberapa besar dua hati berusaha untuk membuatnya tetap menetap dengan sungguh. Namun, bagaimana jika hati pernah mengalami kecewa dan kehilangan...