Sebuah Fakta

57 4 1
                                    

*****

Nada memarkirkan mobilnya di deretan tempat yang di sediakan untuknya. Hari ini dia memakai kemeja berwarna putih dan di padukan dengan celana jeans, serta sepatu sneakersnya. Pakaian ngantor yang sangat santai karena kebetulan ada acara kantor yang mengharuskan karyawannya memakai seperti itu dan hari ini dia memilih untuk mengurai rambutnya.

Nada hanya menenteng salah satu koleksi tas  branded nya, tidak membawa berkas-berkas atau gulungan-gulungan kertas pekerjaannya.

"Mbak Nada." Sapa beberapa karyawan yang kebetulan datang bersamaan dari lift basement. "Selamat pagi."

"Pagi semuanya."

Beberapa karyawan berjalan ke arah yang berbeda dengan Nada saat sampai di lobby, dua lainnya masih satu lift dengannya untuk naik ke lantai atas, hingga berpisah saat Nada sudah sampai di lantai ruangan kerjanya. "Saya duluan ya temen-temen."

"Iya Mbak silahkan."

Nada melambaikan tangan sekilas sebelum dia melanjutkan langkahnya. 

Dari dia bangun tidur dan bersiap berangkat dari rumah, di jalanan menuju sekolah Zoeya, berlanjut hingga sampai di kantor, Nada rasa hari ini begitu cerah, kebahagiaan sejak kemarin siang entah kenapa masih bisa dia rasakan hingga sekarang. Apalagi mengingat kejadian semalam saat Edgar mengantarnya sampai gerbang rumahnya, entah karena lagu yang diputar dalam mobil hingga membuat dia dan Edgar terbawa suasana atau ...

"Aku tahu semuanya ZAKIAL." Suara yang cukup kencang terdengar dari ruangannya, Nada tahu pemilik suara itu, detik berikutnya dari ruangan yang sama, terdengar suara dari barang yang dibanting, apa yang terjadi.

Awalnya, Nada akan segera masuk dan akan tahu apa yang terjadi di ruangan itu, dan setelah sampai di depan pintu, langkahnya terhenti ketika dia mendengar, melihat dan mengetahui apa yang selama ini ia cari tahu, ucapan Gea memperjelas semuanya, Nada sempat mengundurkan langkahnya lalu mematung di sana, sama sekali diluar dugaannya.

"Kamu nggak usah bohong lagi sama aku Zaki. Barang-barang yang di berikan untuk Nada dari manusia misterius itu, dari kamu, kan?" Ucap Gea, suaranya terdengar sedikit emosi. "Aku sudah tahu, tapi aku diam, karena aku ingin lihat seberapa jauh kamu akan berbohong!"

"Gea dengerin aku dulu." Pinta Zakial, memohon, tangannya ingin meraih tangan Gea, namun wanita itu cepat menepisnya. "Please. Aku mohon."

"Kamu adalah orang terjahat yang pernah aku kenal." Kata Gea lagi. "Aku sahabatnya Nada, kamu tahu itu!"

"Aku tahu, Ge."

"Lalu kenapa kamu lakuin ini semua sama aku?"

"Aku cuma mau mencoba move on."

Gea mendengus. "Dan aku, kamu jadikan korbannya? Dengan minta aku jadi pacar kamu? SIALAN!"

Zakial menggeleng. "Sama sekali nggak kayak gitu, Ge."

"Lalu apa!" Suara Gea makin tinggi, seperti bukan Gea yang selalu Nada kenal, "Kenapa harus aku yang kamu jadikan alat move on? Dan nyatanya kamu nggak berhasil move on dari Nada."

"Ini kan lagi proses, Ge."

"Proses kamu bilang? Sampai kapan?"

Singgah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang