*****Nada memacu perlahan mobilnya untuk keluar dari basement swalayan di Jakarta Selatan, dia pikir tidak terlalu siang saat dia pergi berbelanja atau dia yang terlalu lama memilih barang belanjaan menjadikan dia harus sabar mengantri hanya untuk membayar parkir.
Bukan hanya itu, hal yang selalu orang hindari terjadi padanya hari ini saat sampai di depan mesin pembayaran parkir elektronik.
"Sial." Gumamnya sambil mengacak-acak isi tas dan dompetnya. "Dimana si e-money card gue."
Nada sedikit frustasi saat melihat tak ada petugas satupun yang berjaga, di tambah ada beberapa kali bunyi klakson mobil bersahutan di belakangnya. "Bisa sabar dikit nggak sih orang-orang itu. Nggak ngerti gue lagi susah apa!" Umpatnya.
Satu ide terbesit dalam pikirannya. Dia menengok kebelakang, berfikir sebentar, lalu akhirnya keluar dari mobilnya, memberanikan diri menghampiri mobil yang tepat di belakangnya, kaca mobilnya tertutup dan sepertinya bukan pemilik mobil tersebut yang membunyikan klakson sedari tadi tetapi mobil dibelakangnya lagi yang sampai sekarang masih bising dan mengeluarkan kepalanya dari jendela hanya untuk berteriak memaki. Gila pikirnya.
Nada mengetuk kaca jendela mobil Pajero sport exceed berwarna putih.
Satu ketukan tidak di buka.
Nada mengetuknya lagi.
Tetap tidak di buka.
Gue bukan perampok kali, buka bentar kenapa?. Nada mencoba sekali lagi dan akhirnya kaca jendela tersebut terbuka, menampilkan sosok laki-laki berperawakan tinggi, badannya proposional dan yang pasti pelukable. Jangan lupa brewok tipis yang menghiasi rahangnya yang baru membayangkan menyentuhnya saja sudah membuatnya lupa tujuan.
Dan sorot matanya yang tidak asing saat menatapnya.
"Kenapa?" Tanyanya seketika Nada hanya diam. "Ada yang bisa di bantu?"
Nada tergagap lalu sedikit tersenyum untuk menghilangkan rasa gugup. "Oh itu iya. Saya mau minta tolong."
Laki-laki itu sepertinya bisa membaca pikiran Nada. Terbukti tanpa Nada harus mengatakan apa yang dia mau. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari samping kirinya, mengulurkannya pada Nada.
"Saya pinjem." Nada menerima e-money card laki-laki itu kemudian berlari cepat ke mobilnya. Menempelkan kartu itu pada mesin parkir elektronik dan palang di depan mobilnya terbuka. Nada kembali berlari ke mobil laki-laki itu, mengembalikan e-money card nya.
"Makasih banyak ya, Mas." Nada menyerahkan card- nya beserta selembar uang lima puluh ribu.
Laki-laki itu mengambil kartunya, hanya kartunya. "Uangnya gak usah. Saya tidak perlu lagian gak seberapa. Dan maaf saya mau pergi."
Sombong amat si nih orang. Gantengnya jadi berkurang tau nggak. " Oh oke. Thanks kalau gitu." Dalam hidup Nada tidak akan memaksa seseorang jika sudah satu kali menolak. Pasti orang akan berfikir jika dia gak ada usaha banget ya, tapi bukan gitu. Cuaca hari ini cukup panas dan Nada hanya memakai t-shirt lengan pendek serta rok selutut. Pokoknya berasa banget deh itu sengatan matahari ke kulitnya.
"Kalau gitu ini aja." Nada membuka dompetnya, mengeluarkan satu lembar kartu namanya dan menyerahkan pada laki-laki itu. " Ini kartu nama saya, ya...siapa tahu mas nya butuh jasa konstruksi buat bikin rumah atau apa gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah [On Going]
RomanceSebuah kewaspadaan diri terhadap rasa, karena cinta terkadang datang hanya untuk bersinggah. Tergantung seberapa besar dua hati berusaha untuk membuatnya tetap menetap dengan sungguh. Namun, bagaimana jika hati pernah mengalami kecewa dan kehilangan...