Hate Me, Please!

982 200 35
                                    

Chapter 9

Sooyoung mengusap-usapkan atasan blouse nya yang sempat terkena sedikit rintikan air hujan saat ia harus keluar dari taksi yang ia tumpangi tadi, "Ck... Aku benci hujan!"

"Oh... Apa benar ini rumahku?" Sooyoung yang memang baru menapakan kakinya selangkah masuk ke dalam flat yang ia yakini adalah miliknya, melototkan matanya sebesar-besarnya yang ia bisa diiringi dengan mulut yang membuka lebar sepenuhnya. Ia seperti takjub dengan apa yang ia lihat saat ini.

Victory tersenyum bangga melihat ekspresi Sooyoung yang sudah ia bayangkan sebelumnya sambil duduk bak seorang raja diatas sofa baru berwarna merah yang terlihat mewah.

"Memangnya kau pikir ini rumah siapa?"

Sekarang Sooyoung mengedipkan matanya beberapa kali dengan tempo lambat. Ekspresi lucu itu membuat Victory semakin melebarkan untasan senyumnya.

"Kemarilah dan berhenti menunjukan wajah bodoh itu!" Victory berkata angkuh kemudian tangan kanannya melambai ke arah Sooyoung agar Sooyoung mau mendekat dan duduk disampingnya.

Sooyoung yang masih seperti orang bingung, melangkah maju mendekati Victory. Kepalanya masih saja menengok ke kanan dan ke kiri melihat sekeliling isi rumahnya yang dihiasi seluruh perabotan baru, yang benar-benar terlihat mewah. Ini benar flat miliknya yang tadi pagi ia tinggalkan agak terlihat kosong karena barang-barangnya telah hancur beberapa minggu lalukan? Fkatnya yang beberapa minggu lalu terlihat seperti kapal pecah itukan?

Sooyoung duduk tepat disamping Victory. Kepalanya menoleh ke kiri, pada Victory yang sudah lebih dulu menatapnya. "Dari mana kau mendapatkan semua barang-barang ini? Kau habis menang lotere yah?"

Victory menganggukan kepalanya, yang anehnya membuat Sooyoung semakin bingung saja. Ia betulan menang lotere atau tante yang memeliharanya lah yang telah membelikan semua barang-barang ini sih?

Sooyoung memiringkan kepalanya ke kiri dengan mata memincing ke arah Victory curiga, "Kau benar-benar  menang lotere?"

Victory berdecak sebelum menjawab, "Aku kan tadi sudah menganggukan kepalaku saat kau bertanya untuk pertama kali. Memangnya kau tidak percaya yah?"

Sekarang gantian, Sooyoung yang menganggukan kepalanya. Victory yang melihat, entah kenapa kali ini hanya bisa tersenyum memerhatikan setiap ekspresi yang ditunjukan Sooyoung malam itu padanya.

"Jangan lupa kalau aku ini bukan manusia biasa! Menghasilkan uang yang begitu kau sukai begitu mudah untuk ku!"

Sooyoung masih saja diam, tenggelam dalam ketakjubannya.

"Jangankan hanya satu lotere! Aku bahkan bisa memenangkan sepuluh lotere sekalipun! Aku bisa mengambil seluruh uang yang ada di muka bumi ini jika kau mau!"

Sooyoung seketika memanyunkan bibirnya, merasa tidak setuju dengan ucapan Victory yang terakhir ia dengar, "Memangnya kau pencuri! Jangan berani-beraninya kau mencoba mengambil uang! Aku akan melaporkanmu pada polisi dan memastikan kau masuk di dalam buih jika kau berani melakukannya!"

"Siapa juga yang mau menjaid pencuri!" Victory bangun dari duduknya, membenarkan celana parlentenya yang terlihat keren ditubuhnya kemudian berjalan mendekati Meja cabinet yang di atasnya sudah tersedia berbagai macam makanan enak. "Ayo makan! Kau belum makan malamkan?" Victory menolehkan kepalanya pada Sooyoung lalu tersenyum pada Sooyoung, terlihat sangat tulus dan penuh perhatian.

Sedang Sooyoung, ia hanya terpaku. Terpaku pada senyum sang malaikat kegelapan yang begitu indah, yang kali pertama ia hadirkan hanya untuknya, membuatnya terpesona setengah mati.

Dan sebelum Sooyoung mencoba mendekati Victory, diam-diam ia meletakan tangan kanannya diatas dada kirinya dan mengusapnya. Sooyoung berbicara didalam hatinya, lebih untuk membuat peringatan untuknya. "Jangan sampai kau terpesona pada iblis sepertinya, Park Sooyoung! Sekali iblis, ia tetaplah iblis! Walau ia menyebut dirinya malaikat, walau ia memang benar terlihat seperti malaikat sekarang, ia tetaplah iblis. Iblis yang akan menjeratmu kedalam penderitaan! Benar! Jangan terjerat pada senyum tampan itu!" Sooyoung mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan, seiring dengan langkah kakinya yang mulai mendekati Victory.

The Lucky of the Unlucky LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang