Last Chapter
"Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku ! Bukan hanya kau yang sakit, tapi aku juga. Tidak pernah kah kau berpikir kalau tuhan terlalu baik dalam menghukum kita? Dia memang membuat kita merasakan kematian untuk beberapa kali. Tapi dia juga membuat kita hidup, bertemu kembali dan menjadi lebih baik disetiap kalinya. Tidak bisakah kita berdua bersama-sama mencoba mencari akhir yang bahagia? Maukah kau berjuang bersamaku?"
Victory menundukan kepalanya, tak peduli pada air matanya yang berjatuhan. Air paling brengsek menurutnya!
"Aku tidak peduli kau membunuh seribu orang atau bahkan satu juta umat manusia sekalipun, aku tidak peduli! Aku hanya peduli padamu. Persetan dengan gengsiku! Aku memang masih menyukaimu, manyayangimu, mencintaimu layaknya seorang budak cinta yang nyawa dan hidupnya terbelenggu selamanya hanya pada satu tuan. Kau! Kim Taehyung, Victory atau siapapun dirimu sebelumnya yang belum aku ketahui. Tidak bisakah kau mengerti? Tidak bisakah kau termakan bujuk rayuku ini?"
Victory sempat menyinggungkan sebelah bibirnya sebelum ia membalikan tubuhnya kasar , capat hingga membuat Sooyoung melepaskan pelukannya. Kemudian tanpa Sooyoung harapkan, Victory segera memeluk balik tubuh Sooyoung. Sangat erat bahkan sampai Sooyoung sulit bernafas rasanya. "Benar, kau benar! Lupakan saja semuanya! Jalani saat ini dan berbahagia. Kau benar!" Victory mengecup kepala Sooyoung.
Sooyoung menangis meraung dalam pelukan Victory. Kali ini tangisannya pecah bukan karena sedih. Tapi karena ia tak percaya pada apa yang dikatakan Victory untuknya. Victory mau menuruti perkataannya, mau mencoba mencari sebuah kebahagian untuk mereka. Sebuah akhir yang bahagia.
***
"Jadi kemana kau selama enam hari ini?" Sooyoung membelai poni rambut Victory hingga dahinya kini terpampang.
"Ladang bunga Canola."
Sooyoung masih membelai-belai rambut halus Victory kemudian ia menggeser tubuhnya yang sedang berbaring semakin mendekati Victory, "Sebenarnya itu ada di mana?"
Victory tersenyum, "Tempat yang jauh!"
"Aku tahu itu tempat yang jauh. Tapi setidaknya kau kan bisa memberitahuku dimana letak strategisnya. Belahan negara mana?"
Victory meraih satu tangan Sooyoung yang sedang memainkan rambutnya, memegangnya kemudian menciumnya, "Aku tidak tahu!" Victory kemudian masih memegangi satu tangan Sooyoung itu.
Sooyoung tertawa, "Bodoh! Lalu kenapa kau bisa kembali hari ini? Apa Seulgi yang memberitahumu?"
Victory menjawab sambil memainkan tangan Sooyoung, mengusap-usapnya dan memerhatikan jemari lentiknya, "Dewa angin yang berhembus padaku dan memberitahuku bahwa kau merindukanku."
"Dewa angin? Siapa dia?" Sooyoung bangun dari rebahnya dan duduk disamping Victory yang masih membaringkan tubuhnya. Melihat Sooyoung duduk, Victory menggerakan tubuhnya dan membuatnya sekarang berbaring lurus, tidak miring menghadap Sooyoung seperti sebelumnya. "Kenapa dewa itu sok tahu sekali? Padahal aku tidak pernah mengatakan aku merindukanmu."
Senyuman angkuh Victory kembali muncul, "Tidak kau katakan saja semua orang mengetahuinya!"
Kepala Sooyoung terjulur mendekati wajah Victroy, "Benarkah?"
Taehyung memainkan bibirnya untuk memberikan kode kalau jawaban dari pertanyaan Sooyoung barusan ialah benar adanya. Lalu ia menggapai satu tangan Sooyoung lagi, "Seulgi bilang semua manusia harus memiliki cincin jika ingin menikah."
"Seulgi mengatakannya? Kapan?"
Victroy tidak berniat menjawab pertanyaan Sooyoung, ia malah balik bertanya, "Benar tidak, kalau aku ingin menikahimu aku harus memberimu sebuah cincin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky of the Unlucky Lady
Fanfiction"Kau harus mati!" Sosok yang bersayap hitam itu menatap tajam ke dalam mata Sooyoung penuh dendam. Kemudian dengan sangat cepat, sepeti sebuah kilat, sosok itu sudah ada dihadapan Sooyoung yang bahkan belum sempat mengedipkan matanya. Dengan menampi...