Chapter 18
Sooyoung fokus memerhatikan lekukan wajah dan setiap gerak-gerik Victory yang tengah menikmati sarapan paginya, yang letaknya ada disebrang meja lipat makannya.
"Kau tahu, aku rasa ada sesuatu dengan wajahmu itu!?"
Victory menghentikan tangannya yang sedang menyumpitkan lauk, kemudian meletakan sumpitnya begitu saja ke atas mangkuk nasi miliknya. Ia membalas, menatap Sooyoung, "Apa? Wajahku memang tampan sejak milyaran tahun yang lalu. Jadi berhentilah memerhatikan wajahku!" Setelahnya, Victory kembali melakukan kegiatan makannya yang sempat tertunda.
Sooyoung mengedipkan matanya satu kali kedipan. Masih dengan menatapi wajah Victory, ia kembali bersuara, "Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Sooyoung sukses membuat Victory tersedak hingga terbatuk-batuk.
"Uhuk... uhuk..."
Sooyoung melebarkan kedua matanya panik, kemudian ia bergerak cepat mendekati Victory lalu menyodorkan segelas air, "Ini, minum ini!"
Lagi-lagi, Sooyoung masih saja memerhatikan wajah Victory yang sedang menenggak segelas air yang telah Sooyoung berikan padanya. "Jangan batuk dan mengeluarkan darah lagi! Itu merepotkan!"
Victory menelan tetes terakhir airnya, meletakan gelas yang sudah kosong diatas meja lalu melotot tak suka pada Sooyoung, "Jangan sembarangan berbicara! Aku bukan makhluk seperti manusia yang sukanya merepotkan!"
"Aku juga bukan tipe manusia yang merepotkan!"
Victory merubah tatapannya yang melotot pada Sooyoung, kemudian ia tersenyum licik, "Tidak merepotkan, hanya membawa sial. Benarkan?"
Sooyoung reflek memukul bahu kanan Victory, "Aku bukan perempuan sial!"
Victory hanya tersenyum. Toh ia juga tidak merasakan sakit apa-apa pada bahunya. Pukulan Sooyoung tidak ada apa-apanya.
Setelahnya, Sooyoung kembali pada posisi duduknya semula. Diam-diam, ia masih mengamati wajah Victory bahkan hingga Victory menghabiskan sarapannya.
"Apa kau ada acara hari ini?"
Sooyoung menggelengkan kepalanya dan membuat Victory kembali menampilkan senyum cerianya, "Kalau begitu ayo ikut aku bermain seharian ini!"
Sooyoung langsung setuju dan menganggukan kepalanya. Ia juga segera berdiri, "Aku mandi dan bersiap-siap dulu kalau begitu. Kau yang cuci piring dan membereskan mejanya yah." Sooyoung melangkah cepat memasuki kamar mandi sambil bergumam, "Kenapa tidak bilang dari semalam saja sih kalau kau ingin mengajak ku bermain pada akhir pekan ini? Menyebalkan!"
Victory hanya senyum-senyum mendengar setiap celotehan yang keluar dari mulut Sooyoung. Kemudian ia bangun dan mulai membereskan meja serta mengangkut semua cucian piring kotor.
Victory menolehkan kepalanya pada satu bingkai foto yang menampilkan sosok Sooyoung dan calon pengantinnya yang telah meninggal saat tangan kiri dan kanannya membawa piring kotor.
Didalam foto itu, sang lelaki memang tersenyum melambangkan kebahagiaan yang tengah ia rasakan saat itu. Tapi didalam hati sang lelaki, Victory jelas tahu kalau sebenarnya ia sedang berduka. Setidaknya, setragis apapun kisah cinta Victory, perempuan yang ia cintai juga mencintainya bukan? Lalu bagaimana dengan nasib orang yang hanya menjadi pemeran pendukung, yang mencintai dan melindungi si pemeran utama sedangkan si pemeran utama sudah memiliki pasangan utamanya juga? Bukankah itu namanya cinta sepihak? Apalagi jika takdir hanya membuatnya menjadi seorang pelindungnya, setelah itu terlupakan. Kasihan sekali bukan?!

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lucky of the Unlucky Lady
Fanfiction"Kau harus mati!" Sosok yang bersayap hitam itu menatap tajam ke dalam mata Sooyoung penuh dendam. Kemudian dengan sangat cepat, sepeti sebuah kilat, sosok itu sudah ada dihadapan Sooyoung yang bahkan belum sempat mengedipkan matanya. Dengan menampi...