Sebelas

120 25 10
                                    

Double Up!

Hari ini weekend. Calista sengaja untuk kembali melanjutkan tidurnya. Ia ingin membalaskan dendam pada dirinya sendiri karena kemarin malam ia begadang demi menyelesaikan tugasnya. Akan tetapi, baru saja ingin memejamkan mata, dering ponselnya berbunyi. Gadis itu menghela napas. Baru saja ia ingin menikmati tidurnya tetapi cobaan datang kepadanya. Mau tak mau ia mengangkatnya. Kali ini ia menghela napas lagi karena yang menelepon adalah sahabatnya.

“Iya, Sya. Ada apa?” tanya gadis itu tidak bersemangat.

Kenapa, Cal? Sakit?” sang penelepon malah bertanya balik.

“Gara-gara lo.”

Kok jadi gue?

“Lo ngapain, sih, pagi-pagi begini telepon? Ganggu waktu tidur gue tau.”

Sorry, deh. Ya udah gue tutup aja teleponnya.

“Dih, engga jelas sumpah lo, Sya.”

Abisnya lo marah-marah sama gue. Gue, kan, takut. Padahal gue cuma mau main aja ke rumah lo,” jelas Natasya.

Gadis itu menghela napas. Padahal hari ini ia ingin menikmati waktu tidurnya, kenapa sahabatnya ini selalu mengganggunya? Ia tidak enak jika menolak. Akhirnya, ia memutuskan meminta waktu yang tepat agar sahabatnya ini dapat main ke rumahnya.

“Sya, nanti aja, deh, siang gimana?” tawar gadis itu.

Emang sekarang kenapa?

“Sayangnya aku yang paling cantik. Aku mau tidur dulu, ya, ngantuk banget sumpah,” ujar gadis itu dengan nada yang dibuat sedikit berlebihan.

Di sana Natasya menghela napas sejenak. Bagaimanapun juga ia kasihan dengan sahabatnya. Mungkin sahabatnya ini menghabiskan malamnya dengan sekumpulan tugas dari dosen sama seperti dirinya waktu itu. Jadi, gadis itu ingin mengganti jadwal tidurnya di saat sekarang ini.

Ya udah, Cal. Nanti aja, deh, gue ke rumah lo. Tidur dulu, sana,” suruhnya.

“Oke. Terima kasih pengertiannya kesayangan aku. Muach.”

Jijik, Cal.

Bye-bye.

Calista langsung memutus sambungan telepon. Ia meletakkan kembali ponsel di nakas. Tak lupa ia juga mematikan daya ponselnya agar tidak ada lagi yang mengganggu. Baru saja memejamkan matanya, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Gadis itu menghela napas kasar. Ada lagi cobaan yang datang, pikirnya. Ia pun bergegas menuju pintu pagar rumahnya.

“Siapa, sih?” tanya gadis itu sembari membuka pintu pagar.

“Ini paket, Mbak” jawab sang kurir pengantar paket.

Gadis itu mendengus kesal. “Mas, kalau nganter paket tuh jangan jam segini. Saya masih tidur tau.” Gadis itu memarahi tukang kurir.

“Ya, maaf, Mbak. Saya engga tau kalau si Mbak masih tidur,” ujar sang kurir sambil memasang wajah tanpa dosa.

“Ya udah siniin paketnya!” pinta gadis itu.

Sang kurir memberikan paketnya. Lalu, berpamitan dan bergegas pergi dari kediaman gadis itu.

Calista kembali masuk ke dalam rumah dengan sebuah paket di tangannya. Saat sudah sampai di kamar, gadis itu tidak langsung membukanya melainkan ia langsung merebahkan tubuh di tempat favoritnya. Kali ini jika masih ada yang mengganggunya, ia tidak akan lagi meresponnya.

---

Matahari sangat terik menyinari se-isi bumi. Sedari tadi Natasya masih terus di kamarnya berdiam diri untuk menghilangkan rasa panas yang ada di tubuhnya. Ia sudah mengganti suhu pendingin ruangan sampai yang paling dingin, tetap saja hawa disekitarnya masih terasa panas. Ia sudah berjanji jika siang ini akan ke rumah sahabatnya karena cuaca panas yang sangat terik membuat dirinya enggan meninggalkan kamar. Gadis itu menghela napas sejenak. Sambil berpikir, ponselnya berbunyi tanda ada panggilan masuk. Panggilan itu dari Calista.

Met With You | Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang