Delapan

127 27 8
                                    

“Hari ini lunch di café depan,” ucap Jeffrey dibalik telefon.

“Ada apa, nih, tumben banget ngajakin gue makan siang di café?” tanya gadis yang di telfon. Pasalnya mendadak sekali temannya mengajak makan siang di café. Sebelumnya jika ingin makan di café pasti lelaki itu membuat planning terlebih dulu.

Ask something,” jawab Jeffrey singkat.

Gadis yang menerima telfon mengernyit bingung. Sesuatu apa yang ingin ditanyakan olehnya? Tidak ingin berlama-lama, ia langsung mengiyakan ucapan lelaki itu.

“Oke.”

---

Jeffrey tengah menunggu seorang teman di café. Sedari tadi matanya tak lepas dari melihat jam yang melingkar di lengannya. Biasanya gadis itu selalu tiba lebih dulu, tapi baru kali ini dia datang terlambat. Selama menunggu, Jeffrey meminum ice americano-nya. Sambil memandang ke arah pintu masuk, tepat sekali orang yang ia tunggu-tunggu datang. Lelaki itu melambaikan tangan ke arahnya agar orang itu tidak sulit mencari dirinya.

Gadis itu langsung menghampiri Jeffrey. Ia mendudukkan bokongnya di kursi bagian depan.

“Lama,” cibir Jeffrey.

“Ada urusan, Bro.”

Gadis itu memanggil pelayan, tak lama pelayan datang ke arahnya. Ia memesan makanan serta minuman yang menurutnya ingin ia makan. Setelah pelayan itu pergi, ia bertanya pada temannya, “Tumben ngajakin gue makan di sini. Mau dibayarin, nih?”

“Traktiran mulu yang ada di otak lo,” sindir Jeffrey.

“Maklumlah anak kuliahan pengeluaran banyak.” Calista menanggapi ucapan lelaki itu.

Jeffrey menimang-nimang ingin menanyakan sesuatu pada temannya. Apakah jika ia bertanya tentang sahabatnya, nanti akan diledek habis-habisan? Sambil memikirkan itu ia terkejut dengan pelayan yang datang sambil memberikan pesanan Calista.

“Ngelamun, nih,” ledek Calista. “Ada masalah?” tanyanya.

“Kalau gue tanya ini lo bakal ngeledek gue, ngak?” tanya lelaki itu khawatir.

“Apa dulu, nih?” Sebenarnya ia sudah tau apa yang bakal lelaki itu tanyakan, tapi ia sengaja bertanya apakah tebakannya itu benar?

“Sahabat lo siapa namanya?” tanya Jeffrey. Ia lupa nama gadis yang selalu mengikutinya. Padahal gadis itu sudah mengajaknya berkenalan waktu mereka pertama kali bertemu. Mungkin ingatan Jeffrey mendadak hilang.

Sepertinya tebakan gadis itu benar, pasti temannya ingin menanyakan Natasya. Kalau bukan dia orangnya siapa memang yang merangkap menjadi sahabatnya? Orang lain kah? Sebelum menjawab pertanyaannya, Calista ingin bertanya balik pada lelaki itu.

“Sahabat gue yang mana, ya?” tanyanya sembari tersenyum jahil.

Jeffrey berdecih. “Pura-pura lupa.”

“Lah, mana tau nanti gue salah orang,” cibir Calista.

“Gue serius,” ujar Jeffrey dengan raut wajah sedang tidak ingin diajak bercanda.

“Natasya Arabella,” jawab Calista. “Kenapa sama dia?” tanyanya.

“Dia unik,” jawab pria itu disertai senyuman.

Calista menatap temannya memperhatikan, baru kali ini orang yang ada di hadapannya tersenyum ketika membahas sahabat dekatnya.

“Gue mau cerita,” ujar Jeffrey tiba-tiba.

“Tumben banget lo mau cerita, biasanya juga kalau deket sama cewe lo engga pernah kasih tau gue,” ledek Calista sembari memakan makanan yang tadi ia pesan.

Met With You | Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang