Dua Puluh

260 21 29
                                    

Pagi ini cuaca begitu cerah. Lelaki berlesung pipi itu sudah rapi dengan pakaian kasual. Padahal jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, dan lelaki itu ada jadwal di jam sepuluh. Masih ada waktu dua jam lagi untuknya berangkat ke kampus. Sambil menunggu jam sepuluh, ia berkunjung ke rumah Johnny. Katanya lagi tidak ada jadwal. Lelaki itu mengeluarkan mobil dari garasi dan mulai membelah jalanan. Sambil menunggu lampu merah, ia bersenandung kecil mengikuti suara musik dari radio dalam mobil. Lagu Fine Today milik Ardito Pramono mengambarkan suasana hatinya saat ini menjadi lebih baik setelah menceritakan semuanya pada gadis itu. Tak lama lampu merah mulai berganti hijau, ia menginjak pedal gas melanjutkan perjalanan menuju rumah temannya. Tak sampai sejam, mobil yang dikendarai olehnya tiba di kediaman Johnny.

Lelaki itu memarkirkan mobil, lalu melangkah ke dalam tanpa disuruh masuk oleh tuan rumah. “Permisi, paket,” ujarnya sembari tersenyum.

Johnny yang ada di dalam menaikkan alis bingung. Setaunya ia tidak memesan apa-apa, tumben sekali ada paket yang datang ke rumahnya. Apa jangan-jangan itu punya Mark yang dititipkan ke rumahnya? Dari pada menduga-duga yang tidak jelas lelaki itu bergegas keluar mencari tahu. Saat diambang pintu ia terkejut melihat sosok temannya tengah tertawa meledek.

Sialan! Ngeselin lo, Jef. Gue kira kang paket beneran,” ujarnya kesal.

Jeffrey tertawa kencang. Temannya ini mudah sekali ditipu.

“Diem! Mau ngapain?”

“Main,” jawab Jeffrey datar.

“Kuliah sana kayak enggak ada kerjaan aja main tempat orang pagi-pagi begini,” usir Johnny.

Tanpa disuruh, Jeffrey langsung saja masuk ke dalam rumah lelaki itu dan mendudukkan bokongnya di ruang tengah.

“Gak tau diri ini orang,” sindir Johnny pada lelaki itu yang tengah menikmati cemilan yang ada di atas meja. “Jef,” panggilnya.

“Hem.”

“Enggak kuliah?”

“Nanti.”
“Tumben banget, sih, lo ke sini. Tempat pacar lo sana.”

“Nanti.”

“Eh, lo pacaran enggak, sih, sama Natasya?” tanya Johnny penasaran.

“Nanti.”

Johnny kesal mendengar lelaki itu yang terus-menerus mengatakan “nanti”. Ia mengelus dada seraya menahan emosi. Bener-bener punya temen gini amat, batinnya.

Jeffrey meletakkan toples yang berisi kacang di atas meja. Ia menoleh memandang ke arah temannya. “John,” panggilnya.

Johnny sengaja tidak menjawab agar lelaki itu kesal. Ia ingin balas dendam dengan kelakuannya yang tadi.

“John, lo enggak punya kuping, ya? Kuping lo nyangkut di penggorengan?”

“Sabar banget gue punya temen kayak lo, Jef. Kenapa, sih?”

“Cara nembak cewe gimana?” tanya Jeffrey polos.

Johnny tertawa ngakak mendengar pertanyaan dari temannya. “Lo kayak baru puber aja, sih, Jef.”

“Gue serius. Kok lo malah ketawa.”

“Lo, kan, pernah nembak cewe. Kenapa pake tanya ke gue,”

“Gue udah lama enggak pacaran seketika lupa,” ujar Jeffrey sembari memasang wajah tanpa dosa.

“Tinggal tembak aja pake pistol,” jawab Johnny sembari menyengir.

“Matilah dodol.”

“Ya udah, tinggal beli bunga sama boneka aja gampang. Enggak usah ribet.”

Met With You | Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang