BAB 10

32.3K 1.1K 14
                                        

Malam minggu ini, suasana kamar Alana dipenuhi kehangatan dan kenyamanan. Lampu-lampu kecil di sudut ruangan bersinar lembut, menciptakan nuansa hangat yang menenangkan. Di layar TV, sebuah episode serial kesukaan mereka tengah diputar, tapi perhatian Leon sudah lama tidak tertuju pada tayangan tersebut.

Mereka berdua berbaring santai di atas ranjang Alana. Alana bersandar di dada Leon, tubuhnya setengah tenggelam dalam pelukan pria itu, sementara tangan Leon mengusap punggungnya secara perlahan, seperti refleks yang sudah terbiasa ia lakukan. Selimut tipis menutupi mereka berdua dari ujung kaki sampai perut, membuat posisi mereka terasa semakin dekat dan nyaman.

Leon menunduk sedikit, menatap wajah Alana dari atas. Tatapan matanya penuh kelembutan, campuran antara rasa sayang dan kekaguman. Dia bahkan tidak bisa menahan senyum kecilnya saat melihat ekspresi serius Alana yang fokus pada layar TV.

Namun, beberapa detik kemudian, Alana seolah menyadari tatapan itu. Ia mengangkat kepalanya, perlahan, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Matanya langsung bertemu dengan mata Leon. Tidak ada kata-kata. Hanya keheningan yang manis, ditingkahi detak jantung yang seolah melambat namun berdentum kuat di dada masing-masing.

Leon mendekat. Begitu pelan, seolah memberi ruang pada Alana untuk mundur jika ia tak menginginkannya.

Tapi Alana tidak mundur.

Dan saat bibir mereka bertemu, rasanya seperti waktu berhenti sejenak.

Ciuman itu lembut di awal, sebuah sapaan hangat dari hati yang saling mengenal begitu dalam. Leon mengecup bibir Alana berulang kali, ringan, menggoda, seolah ingin menguji berapa lama ia bisa menahan untuk tidak sepenuhnya kehilangan kendali.

Alana mendesah pelan, lalu menangkup wajah Leon dengan kedua tangannya dan membalas ciuman itu. Kali ini lebih dalam, lebih berani. Seakan ada yang meledak perlahan dari dalam dada keduanya.

Leon bergerak pelan, membalik tubuhnya sedikit agar ia bisa menindih sebagian tubuh Alana tanpa menekannya. Tangannya kini berada di pinggang Alana, menahannya dengan lembut namun mantap. Ia kembali mencium Alana, kali ini lebih panas. Lebih menuntut. Seolah ingin menyampaikan semua kerinduan dan rasa yang selama ini tertahan.

Alana merasakan napasnya mulai tidak beraturan. Jari-jarinya kini meremas lembut bagian belakang leher Leon, mendekatkannya lebih lagi, seolah tidak cukup dekat. Ciuman mereka kini penuh gairah, tapi tetap diliputi rasa cinta dan penghargaan.

Di antara kecupan-kecupan itu, Leon sesekali berhenti untuk menatap Alana. Matanya bicara, penuh perasaan. Tangannya mengusap sisi wajah Alana, jemarinya menyusuri garis rahang gadis itu dengan pelan, penuh kelembutan.

"Leon.." Alana mendesah saat dirasakan Leon menurunkan ciumannya pada lehernya. Tangan Leon berada di paha Alana.

Leon menghisap leher Alana dengan kencang. Tangan Leon membuka hoodie Alana. Dan sekarang Alana hanya terbalut bra dan celana dalam.

Leon menatap wajah Alana. Leon terpana. Alana sangat cantik dengan wajah sedikit memerah dan rambutnya yang berantakan.

Mata leon menatap Alana dengan sinar matanya yang gelap. Alana merona malu dibawahnya.

Tangan Leon menyusup ke belakang punggung Alana, mencari kaitan bra Alana. Lalu membukanya. Sekarang, Alana terbaring dibawah Leon dengan setengah telanjang.

Alana berusaha memeluk dadanya dengan tangannya sendiri. Leon menahan tangan Alana. Menatap Alana dengan gairah yang sudah tidak bisa dia tahan.

"You're amazing baby." bisik Leon dengan serak.

love, Alana (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang