Part 20 | Tak Diterima

1.6K 105 5
                                    

Lg males nulis tapi dipaksa. Komen semangatin authornya dong! :'(

***

Keras kepala.

Sela tak habis pikir dengan anaknya ini. Bagaimana cintanya yang begitu dalam kepada Luna seolah-olah menghilangkan akal sehatnya. Sela membersihkan meja makan lalu bersiap-siap ke salon. Biasa, hobi ibu-ibu jika tidak ada pekerjaan di rumah. Usai meminta izin, Sela masuk ke mobil dan membuka jendela.

"Ngapain dia ke sini?" Sela berdecih kesal. Luna datang sembari membawa ... rantang?

Luna berhenti melangkah ketika ia melihat Sela yang mematung di dalam mobil. Senyum tulus dilukiskan. Sembari mengangkat rantang, Luna memberitahu maksud kedatangannya ini. Sela hanya manggut-manggut tak peduli. Meski dalam hatinya ia tak suka didatangi wanita seperti Luna itu.

"Makasih, Bu," ucap Luna usai diberi izin. Sela tak acuh, ia memilih memacu gas dan pergi secepat mungkin.

Alan dan Zaky sedang bermain play station bersama. Ya, mungkin bagi anak muda zaman sekarang, permainan itu sudah tua dan tidak menarik lagi. Kebanyakan memilih game online. Namun, ayah dan anak itu lebih suka bermain PS. Tidak ada alasan khusus selain bisa mengenang masa kecil dulu.

Usai mengucapkan salam, Zaky mempersilakan calon istrinya masuk ke rumah dan duduk bersama. Melihat calon suami sedang berusaha melawan ayahnya. Luna terkekeh pelan ketika Alan berhasil mengalahkan Zaky. Wanita itu menyemangati, sesekali memberi minum jika Zaky merengek haus. Manja sekali.

"Jadi, kapan mau nikah?" tanya Alan sembari memotong steak.

"Mama gimana? Udah setuju?" Zaky balik bertanya dengan nada pelan, takut jika Luna tersinggung. Namun, tanpa diberitahu pun, Luna sudah peka jika Sela tak suka padanya.

Alan menggelengkan kepalanya, ragu. "Papa nyerah bujuk dia, Ky. Mama kamu 'kan emang gitu. Kalau sekali nggak suka sama sesuatu, ya bakal dibenci terus. Susah," jawab Alan.

Luna merasa suasana hangat ini berubah muram. Ia takut terjebak cinta yang tidak direstui. Ia takut tak bisa hidup bersama Zaky meski pria itu sangat mencintainya. Kalaupun menikah, apakah ia harus bertahan dengan sikap Sela yang semena-mena? Menantu mana yang tahan jika punya mertua seperti itu? Yang ada Luna sakit jantung.

"Mas, aku pulang sekarang, ya? Udah ditelepon ibu," kata Luna.

"Cepet banget? Mau dianter?"

Tepat ketika Luna dan Zaky keluar rumah, Sela baru datang dari acara me time-nya. Tatapan yang ... ah, terlihat sangat merendahkan. Luna hanya menunduk, meremas gamis hijau yang ia kenakan.

"Baru mau pulang?" tanya Sela penuh selidik. Agaknya wanita itu ingin menyindir Luna yang suka berlama-lama di rumahnya.

'Ck, padahal baru calon udah berlagak nyari muka.'

"Biar Zaky yang anter," celetuk pria itu lalu menutup pintu.

"Siapa juga yang mau anter dia!" Sela pergi usai mengatakan hal sejahat itu. Luna menarik napas panjang, hembusannya terdengar kasar. Di balik itu semua, ada cinta yang harus diperjuangkan. Jangan hanya karena mertua kejam, cintanya gugur begitu saja.

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang