Part 6 | Dokter Rey

1.6K 115 0
                                    

Zaky tidak berhenti menatapnya. Sedangkan wanita itu tersenyum getir. Tidak ada yang bisa menyembuhkan lukanya saat ini. Setiap kali melihat sang suami, hati Keyra kembali teriris. Sela menunggu Keyra di luar. Zaky tahu mamanya berpihak pada Keyra. Ya, siapa yang mau membela orang yang salah?

'Kak, aku kangen ....'

Keyra mengusap pipinya kasar. Ia menghampiri Sela yang sudah menunggu cukup lama. Zaky hanya mampu terdiam. Ia tak menyangka akan berakhir seperti ini. Siapa Luna? Seberapa cintanya ia pada perempuan lain?

Sepanjang perjalanan, Keyra dan Sela hanya melempar tatap. Tidak berani memulai pembicaraan satu sama lain. Sela takut emosi menantunya belum stabil. Ditambah lagi keadaan Keyra yang sedang mengandung. Tentu saja keseimbangan hormonnya terganggu.

"Habis ke rumah sakit kamu mau ke mana?" Akhirnya Sela angkat bicara. Ia tak suka kecanggungan yang melibatkan mereka. Ia tak suka keheningan yang menghapus jejak harmonis, membuat segalanya bagai terhalang jarak.

Keyra tak menjawab, ia menoleh ke arah jendela mobil. Entah apa yang disembunyikannya tapi isakan itu kembali terdengar. Sela memahami hal ini dan meminggirkan mobil.

"Keyra, kamu jangan terlalu stres, Nak. Kasihan bayi kamu nanti, lihat ibunya sedih terus," kata Sela membujuk. Namun, yang terjadi tangisan Keyra semakin menjadi-jadi. Ia tak suka dikasihani, malah membuat air matanya turun dengan mudah.

Wanita berjilbab ungu itu menutup wajah dengan kedua tangan. Ia menangis, tak peduli orang sekitar yang lalu lalang. Sela mengelus pundaknya, ia turut merasa kasihan.

"Key, mama tau rasanya. Keluarkan semua jangan ditahan."

"Aku nggak nyangka, Bu. Kak Zaky selama ini begitu manis, kata-kata cinta selalu aku dengar. Aku nggak rela dia masih mencintai wanita masa lalunya. Sakit ...."

"Kamu kuat, Nak. Zaky mempunyai alasan untuk ini dan ... dia juga belum menjelaskan semuanya ke kamu. Jadi, tolong jangan terlalu lama marah sama dia," ucap Sela.

"Maaf, Bu. Aku gak bisa sebaik itu. Luka yang ditorehkan di sini lebih sakit dari apa pun. Aku mengabaikannya itu belum seberapa. Harusnya dia lebih menderita dari ini!" kata Keyra sembari menunjuk-nunjuk dadanya. Sela menghela napas. Memang benar, Zaky salah. Harusnya hal ini sudah diberitahu sejak dulu. Ketika bunga cinta di hati Keyra belum tumbuh.

Keyra membuka pintu mobil dan berjalan sendiri menuju rumah sakit. Sela tidak ingin mencegat, karena itu percuma. Wanita bila hatinya tidak sedang baik-baik saja, sangat sulit menerima nasehat. Ia akan merasa seluruh dunia menyudutkannya. Seluruh dunia tidak ada yang peduli padanya.

Sela memutuskan untuk mengikuti Keyra dari belakang. Tentu ia tak mau menantunya terkena musibah. Sebentar lagi sampai, Keyra hanya membutuhkan waktu sepuluh menit.

"Ya Allah, kuatkan hamba. Jangan sampai hamba membenci suami sendiri. Hamba takut berdosa," gumam Keyra sambil mengusap air matanya.

BRUK!

"Ma-maaf, Pak, saya tidak sengaja tadi jalannya nunduk," ucap Keyra tidak berani menatap wajah pria itu.

"Ah, nggak papa, mau masuk, ya?" Suara yang begitu lembut, Keyra mendongak dan senyumnya perlahan mengembang. Siapa pria ini? Begitu tampan dan terlihat pengertian. Keyra mulai kecentilan, ia menggigit bibir sembari tersenyum manis.

"Hu'um!"

"Saya mau cek tekanan darah, Pak, belakangan suka pusing," lanjut Keyra.

"Oh, ya udah masuk aja. Nanti saya nyusul," ucapnya.

Keyra terkejut karena baru tersadar. Ya, dia tadi menabrak dokter umum di rumah sakit ini. Sebentar, untuk apa si dokter berada di luar rumah sakit? Bukankah tugasnya merawat pasien, atau berdiam diri di ruangan sembari mengerjakan sesuatu? Keyra ragu ini dokternya. Sudah lama ia tak ke rumah sakit di kota.

Tidak apa, berkat dokter ini Keyra melupakan kesedihannya. Lihatlah, sejak tadi menatap wajah sang dokter sambil tersenyum genit.

"Keyra! Cepat masuk nanti antre!" Suara yang mengejutkan, Keyra menoleh ke belakang dan mendapati Sela berdiri di sana. Sejenak ia menahan napas. Jangan-jangan ....

"I-iya, Bu. Pak, saya masuk dulu, ya assalamu'alaikum!" ucap Keyra semangat. 

"Wa'alaikumsalam!" teriak dokter tak kalah kencangnya. Keyra berlari menuju ruang tunggu sedangkan Sela mengambil nomor urut.

***

Senyum Keyra padam ketika melihat Zaky menunggunya di depan pintu. Ia mengabaikan Zaky dan langsung menerobos masuk ke rumah. Zaky menahan tangan Keyra, seketika wanita itu memejamkan mata. Ia tidak ingin menangis lagi saat ini. Jangan lagi.

"Mas mau bicara sama kamu," ucap Zaky sembari menarik Keyra dan membuat wanita itu menatapnya. Kini, hampir tidak ada jarak di antara keduanya. Zaky memasang wajah serius, sedangkan Keyra hanya melempar tatapan kosong.

"Kamu gak perlu cemburu atau marah sama Luna karena—"

"Karena Kakak gak cinta sama aku?" potong Keyra begitu santai. Zaky menggeram, mengapa istrinya selalu mengatakan hal yang hanya memperkeruh keadaan?

Wanita itu tersenyum, perlahan menciptakan jarak. Manik mata Zaky memang mengisyaratkan ia takut kehilangan. Namun, dengan menyakiti Keyra dengan kebohongan selama ini, bukankah sama saja mengusir Keyra perlahan dari hidupnya? Kau boleh menganggap Zaky lelaki pengecut karena memang itu kenyataannya.

"Udah berkali-kali mas bilang, mas sayang sama kamu, Keyra! Buat apa mas nikahin kamu kalau gitu, hah? Kenapa masih gak percaya, sih?"

"Kak, sejak aku lihat kontak cewek itu, kepercayaanku mulai pudar. Ternyata benar, ada yang Kakak sembunyikan. Sejak saat itu aku gak bisa percaya lagi sama Kakak. Maaf," jelas Keyra membuat setetes air matanya kembali jatuh. Bendungan yang susah payah ia buat, kini hancur.

"Keyra, mas minta maaf, Sayang. Mas—"

"Soal pernikahan, banyak kasus suami menikahi istrinya hanya karena terpaksa, 'kan? Gak ada cinta di hati mereka. Bukannya Kakak juga begitu, hm? Menikahiku dengan janji yang palsu. Semuanya munafik!"

"KEYRA!" bentak Zaky tak percaya. Berharap istrinya akan takut dan meminta maaf telah berkata seperti itu. Namun, ia salah. Keyra tidak kekanakan seperti yang ia kira selama ini. Tidak selemah yang dipikirkannya selama setahun menikah. Ya, Zaky telah mengusik singa yang tertidur pulas.

"Apa? Itu, 'kan kenyataannya, Kak? Apa aku salah?" Zaky terdiam, ia terpaku dalam keterkejutan.

"Keyra, apa gak bisa kasih mas kesempatan sekali lagi? Mas memang salah, bohong ke kamu, gak terbuka. Mas minta maaf, Sayang. Please ...," ucap Zaky memohon.

Keyra menghela napas kasar, lalu berjalan mendekati Zaky. Pria itu mendekatkan bibirnya. Ia sangat merindukan sang istri, tapi kini hanya tinggal memutar kenangan.

Wanita itu mendekatkan bibirnya ke telinga Zaky dan embusan napas Keyra membuat jantung pria itu berdetak cepat.

"Bagaimana jika ... aku sudah jatuh cinta pada pria lain, Kak?" bisik Keyra yang langsung membuat lutut Zaky terasa lemas.

***

Keyra menutup pintu kamar perlahan, lalu ia jatuh terduduk. Tidak ingin sebenarnya menyakiti hati sang suami. Ia rindu, rindu belaian kasih. Rindu segalanya tentang Zaky. Namun, tetap saja, kesalahan tetap kesalahan. Keyra tidak ingin jatuh lagi untuk kedua kalinya.

"Maaf, Kak, maaf ...."

Ia meringkuk, menangis. Entah berapa tetes air mata yang keluar hari ini. Ia mengadu pada langit, berharap Tuhan memberi kekuatan. Demi bayi yang ada di dalam kandungan.

....

Sedangkan di luar sana, Zaky terus mengetuk pintu, berharap hati Keyra luluh. Ia rindu, benar-benar tersiksa dengan dinding pemisah yang ia ciptakan sendiri.

🌹🌹🌹

BERSAMBUNG..

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang