Part 8 | Kejujuran

1.7K 110 2
                                    

"Key, mas kangen."

Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Zaky ketika melihat Keyra tertidur pulas. Ia mengelus pelan rambut istrinya. Lama tak bermanja, bercumbu, apalagi bersenda gurau bersamanya. Entah siapa yang paling egois, tapi intinya hati Keyra belum mau memaafkan. Salah siapa? menyembunyikan hal sebesar ini?

"Kamu tau sendiri, 'kan, mas orangnya gak bisa menutupi sesuatu terlalu lama. Pada akhirnya kamu sendiri yang tau hal itu," lanjutnya bernada sendu.

"Maaf banget, mas belum bisa terbuka soal ini. Akan ada masanya, kamu akan paham. Siapa Luna, kenapa hati mas belum bisa melupakan dia."

"Akan ada masanya, hati mas sepenuhnya untuk kamu. Belum sekarang, semua butuh proses. Jadi, tolong, jangan main-main di luar sana. Jangan egois."

Zaky menaruh tangan sang istri di atas tempat tidur dan ia pergi. Memang bila hati terlanjur mencintai yang lain, sulit sekali melupakan. Namun, haruskah menjadikan dia sebagai pelampiasan? Wanita itu lemah, hatinya mudah rapuh meski terlihat baik-baik saja.

Air mata Keyra terjatuh, ia membuka mata perlahan. Ia juga rindu, sangat. Rindu cara Zaky menyenangkan hatinya. Namun, jika mengingat Luna, hatinya kembali teriris. Seberapa bagus Luna dibandingkan dia?

Keyra mengibas selimut dan pergi ke kamar mandi. Usai membersihkan diri, ia berniat pergi mencari tahu sesuatu. Hal yang akan terus menghantui pikirannya, sampai kapan pun.

Ketika membuka pintu, ia terkejut melihat keberadaan Zaky di depannya. Pria itu tersenyum manis, menatapi sang istri dari atas hingga ke bawah. Benar-benar cantik dan memesona. Matanya tak lepas dari mata bulat Keyra, bibirnya yang tipis berwarna pink muda, juga pipi chubby yang semakin hari semakin menggemaskan.

"Mau ke mana?" tanya Zaky membuyarkan lamunannya sendiri.

"Em, mau belanja," jawab Keyra berbohong. Ia terus menunduk, enggan menatap suaminya.

"Mau ditemenin?" tawar Zaky lalu mendekatkan dirinya. Dinding pembatas yang menghalangi, berusaha dihancurkan. Keyra gugup dan menahan tubuh Zaky dengan kedua tangan.

"Mau ditemenin?" tanya Zaky sekali lagi. Keyra menggeleng cepat, ia ingin keluar dari suasana yang canggung ini.

Zaky tidak ingin mencegah, memang wajar ia mendapatkan balasan seperti ini. Sedangkan Keyra diam-diam mengusap air matanya. Mau sampai kapan seperti ini? Menunggu Zaky benar-benar melupakan masa lalunya itu? Lalu, apa kabar dengan hati Keyra sekarang?

Entahlah, Keyra tidak ingin apa-apa kecuali berdiam diri untuk sementara.

....

Taman kota, tidak jauh dari rumahnya. Ia duduk di salah satu bangku panjang berwarna putih. Di depannya dedaunan jatuh diterpa angin. Emosi yang ditahan setengah mati akhirnya meluap. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, lalu menangis sesenggukan.

"Kenapa hatiku belum bisa menerima kenyataan? Siapa Luna? Masih adakah dia di hati Kakak? Apa cinta dan perhatianku selama ini belum bisa menggeser posisi Luna?"

***

Keyra menatap lalu lalang orang di balik jendela bus. Ia bersandar pasrah, tidak peduli apa pun lagi. Perjalanan ke kampung sebelah tidak terlalu jauh. Ia ingin mencari di mana ibunya sekarang, ingin tinggal sementara di sana supaya ia tenang. Berbekal alamat yang diberikan Bi Asih padanya, Keyra berjalan menuju tempat yang disebutkan.

Tok, tok, tok!

"Assalamu'alaikum," ucapnya.

Beberapa saat kemudian, pria bertubuh gemuk membuka pintu. Menatap heran ke arah Keyra. Perempuan itu hanya menyungging senyum sambil merunduk.

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang