Nyapa readers tercinta, apa salahnya? Panas banget, ya. Happy reading!
***
Luna menangis dalam perjalanan pulang. Zaky mengiba, ingin rasanya memperbaiki kehidupan wanita ini. Penampilan Luna saat itu memang terbilang seksi. Rambut dipirang, make-up tebal, juga tato yang menghiasi sebagian tubuhnya. Dingin, Zaky membeli pakaian tidur dan menyuruh Luna berganti baju di toilet.
"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Luna dengan nada kasar. Zaky tersenyum simpul, ia menoleh sekilas lalu kembali menatap jalanan.
"Pulang. Rumahmu di mana?"
"Bisa nggak jangan kasih tau apa-apa ke orang tuaku nanti? Selama ini aku berbohong kalau ada kuliah malam, padahal ...."
"Iya, aku janji. Asal kamu mau pulang. Rumahmu di mana?" tanya Zaky sekali lagi.
"Rumahku di Kalimantan, jauh dari sini."
Zaky tertegun, perkiraannya salah. Mau tidak mau mengantar Luna sampai ke kontrakannya saja. Urusan kantornya juga belum selesai dan ia harus segera pulang lima hari lagi.
"Kebetulan, aku juga tinggal di Kalimantan. Samarinda."
"Wah, kok bisa kebetulan gini?" tanya Luna terkejut.
"Benarkah? Wah, bagus dong. Kalau gitu kamu sama aku aja nanti pulangnya. Lima hari lagi."
Luna menerima tawaran itu. Mereka berdua tinggal di apartemen milik Zaky. Luna sengaja memilih kamar terpisah, ia tak mau dituduh telah melakukan hal buruk. Zaky pun suka membeli pakaian tertutup dan jilbab untuk Luna. Ya, pria itu ingin Luna hijrah di jalan Allah dan berhenti berbuat maksiat.
"Kamu cantik kalau pakai jilbab. Ayo hijrah dan berhenti jadi PSK," kata Zaky usai mendudukkan Luna di sampingnya.
"Sejak dulu aku nggak mau kerja begini, Mas. Tapi keadaan ekonomi memaksa aku masuk ke dunia malam. Berhenti sekolah," terang Luna yang membuat Zaky menghela napas.
"Ya, sudah. Kalau aku nikahin kamu gimana? Mau?"
Luna menelan salivanya dengan susah payah. Apakah ini semacam lamaran tidak langsung? Mengapa tiba-tiba Zaky ingin menikahi wanita sepertinya?
"Mas bercanda atau mau nipu aku? Zaman sekarang mana ada cowok yang mau nikah sama bekas-"
"Aku nggak peduli kalau kamu sudah nggak perawan, Lun. Asal kamu mau tobat dan kita hijrah sama-sama di jalan Allah."
Pipi wanita itu memerah. Wajah putihnya bercahaya di balik terangnya lampu malam. Setelah lama berbincang dan merencanakan, keduanya sepakat menikah satu bulan kemudian. Ketika itu, perusahaan ada yang menangani. Jadi, Zaky bisa merencanakan pernikahan dan berbulan madu tanpa khawatir tentang usahanya.
Luna meminta izin ke kamar karena malam semakin larut. Wanita itu tidak langsung memejamkan mata. Ia senyam-senyum sendiri membayangkan betapa bahagianya ia dinikahi pria mapan seperti Zaky. Meski ada sedikit keraguan jika sewaktu-waktu Zaky berkhianat, tapi ada sesuatu yang membuatnya percaya.
Ya, ketika Zaky menolongnya dari pemerkosa.
***
"Gak, mama nggak akan restuin kamu sama mantan PSK itu. Kamu mapan, ganteng, bisa cari cewek yang lebih jelas asal-usulnya daripada dia! Buka matamu, Zaky! Atau jangan-jangan ... kamu sudah berzina dan dia hamil?!"
Seketika, darah Zaky mendidih. Tuduhan mamanya itu kejam, mana mungkin ia berani melakukan dosa sebesar itu. Ekspresi bahagia Luna berubah masam. Baru kenal saja sudah difitnah. Bagaimana nanti jika sudah menikah? Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Pikirannya berkata bahwa, pergi saja dari sini. Tolak lamaran Zaky dan kembali bergelut di dunia malam. Namun, benih cinta itu tumbuh perlahan, membuat Luna berpikir dua kali untuk menolak. Siapa tahu ini jodoh yang diciptakan Tuhan untuknya.
"Astagfirullah, Ma! Jangan suka memfitnah! Kami baru mengenal dan Zaky sudah cinta sama Luna."
Luna mendekat, menyejajarkan tubuhnya dengan Zaky. Cukup sudah ia mendengar hinaan yang keluar dari mulut Sela. Meski begitu, Zaky menahan tangan Luna agar tidak berbuat ceroboh.
"Mas, aku pulang saja. Ibumu sudah jelas menentang hubungan ini," bisik Luna yang masih terdengar samar oleh Sela. Wanita itu berkacak pinggang dengan angkuh.
"Ya, ya tunggu apa lagi? Emang gak seharusnya kamu berdiri di sini, Jalang!"
"Jaga ucapanmu, tak bisakah dibicarakan baik-baik?" Alan datang berusaha menengahi debat di antara ketiganya. Sela mendengkus kesal. Mengapa suaminya harus datang di saat-saat seperti ini? Ia hanya ingin mengumpati wanita seperti Luna.
***
Sejak penolakan secara terang-terangan itu, Luna jarang menegur Zaky. Rencananya setelah menikah, Luna dibiarkan tinggal di rumah bersama Sela. Namun, apa yang harus diperjuangkan jika seperti ini? Sela menolak, tidak mau merestui. Padahal kedua insan itu sudah jelas jatuh hati. Ingin melindungi.
"Harus cari cara supaya Luna bisa diterima. Tapi apa?"
"Bro, ortu udah jelas nolak, dan kamu masih mau memaksa?" Galang-bawahan Zaky yang setia-tiba-tiba datang merangkul bahu.
"Mau gimana lagi, Lang? Aku udah cinta banget sama Luna. Harus menikah pokoknya," jawab Zaky memaksa. Galang hanya berdecak kagum sekaligus kesal. Ya, kagum dengan sifat Zaky yang berpendirian, tapi kesal juga jika terlalu keras kepala.
"Masalahnya di sini adalah, semua ortu pengen yang terbaik, dan mama kamu berusaha mewujudkan itu. Cobalah berpikir realistis. Kamu cowok, mengedepankan logika," jelas Galang dengan nada tegas.
Benar, lelaki itu bermain dengan logika. Jika memaksa pernikahan ini terjadi, bukankah itu berpengaruh pada usahanya juga? Seantero perusahaan akan menggunjingkan Luna, istri Zaky Alamsyah yang ternyata seorang mantan PSK. Entah apa yang ada di pikiran pria itu sekarang. Seolah-olah buta mata oleh cintanya pada Luna.
Sesampainya di rumah, Zaky sudah disuguhi oleh drama pertikaian kedua orang tua. Sela menolak mati-matian, sedangkan Alan berusaha membujuk. Pria itu menurunkan koper hingga terjatuh ke atas lantai. Alan dan Sela menoleh, mata mereka bertiga beradu tatap.
"Apa lagi, sih?" tanya Zaky kesal.
"Denger mama, ya, Nak! Kalau kamu nikahi pelacur itu, apa nggak berpengaruh sama karir kamu? Mau usahamu bertahun-tahun jadi hancur karena wanita nggak jelas itu? Jangan terlalu bucin, Zaky! Wanita bukan dia doang!" ucap Sela memanas.
"Tapi, Ma, itu masa lalu dia! Selama dia mau berubah, kenapa nggak dikasih kesempatan? Allah aja Maha Pengampun," terang Zaky.
"Masa lalu, ya masa lalu! Masa bodoh sealim apa dia nanti. Intinya dia udah kotor!"
Sela bangkit dan beranjak pergi. Alan terduduk di sofa, bingung melihat istri dan putranya yang keras kepala. Ia tak mempermasalahkan pernikahan ini. Baginya rumah tangga Zaky yang menjalani. Jika ia sanggup mengubah Luna, mengapa tidak? Orang tua seharusnya tidak terlalu ikut campur. Meskipun restu dan rida juga harus didapatkan.
"Terserah, Pa. Restu nggak restu, aku akan tetap menikahi Luna. Minggu depan, catat itu!"
Pria itu membanting pintu kamar. Enggan berbicara pada siapa pun untuk saat ini. Suasana hati yang buruk, ditambah banyaknya berkas bertumpuk, membuat ia ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Ia meraih ponsel di atas meja, kemudian mencari nama Luna.
"Calon istri."
***
Bersambung!
Part tentang Luna masih 1 bagian lagi. Sekalian info. Keyra bakal ada dua versi ending, ya. Sad ending di Wattpad. Happy ending di novel. Jadi, buat yang nggak pengen sedih, nabung yuk dari sekarang wkwk.
:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendiang [END]
RomanceTELAH TERBIT || Part Masih Lengkap! Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dikenai sanksi. *** "Aku mencintaimu, tapi maaf. Keberadaan dia di hati untuk pertama kali belum bisa tersisih. Aku menyayangimu, tapi cint...