Part 23 | Perjuangan

2K 143 12
                                    

Kayaknya cuma 25 part. Wkwk

***

Zaky mondar-mandir tak jelas sambil memikirkan sesuatu. Lama tak mengunjungi Keyra membuatnya rindu. Tiada kabar bahwa sang istri menikah lagi atau pergi entah ke mana. Antara khawatir, menyesal, dan tak tahu harus berbuat apa. Seharusnya ia berusaha melupakan.

"Zak."

Seseorang menepuk bahu Zaky. Pria itu dengan malas menoleh. Rey, dokter itu menatapnya sejuk.

"Kangen sama Keyra?"

"Bukan urusanmu!" Zaky tak suka jika ada orang yang campur tangan. Siapa Rey? Ia hanya dokter yang kebetulan dekat dengan Keyra.

"Keyra bentar lagi mau lahiran. Saran saya, kamu harus menemani dia," ucap Rey sembari melepas stetoskop yang ia kenakan.

Zaky menatapnya penuh kebingungan. Kandungan Keyra memang sudah menginjak sembilan bulan. Seminggu atau beberapa hari lagi bayi itu lahir. Seharusnya keluarga kecil ini akan bahagia. Namun, nyatanya Zaky harus menelan kenyataan pahit. Keyra tidak lagi mencintai.

"Oh, iya. Waktu saya ke rumah itu saya ada lihat bunga ranuculus. Siapa yang nanam?" tanya Rey mengalihkan pembicaraan.

"Mama, dia suka bunga mawar," jawab Zaky.

"Mawar? Jadi ... kalian berpikir itu bunga mawar?"

Zaky menoleh lagi, kali ini dengan wajah serius. Kalau bukan bunga mawar, lantas apa?

"Haha, memang bentuknya seperti mawar, tapi jangan terkecoh. Bunga ini beracun!"

Rey menjelaskan tentang bunga ranuculus yang tertanam indah di depan rumah Zaky. Bunga itu dirawat Sela sejak lama, tapi mulai tak terurus karena banyak kesibukan. Bunga ini beracun jika tertelan atau mengenai rongga mulut. Efeknya mulut terasa terbakar, perut panas, hingga gangguan pencernaan akut.

"Bisa aja Luna gak sengaja meletakkan kelopak bunga di mulutnya. Bukankah wanita suka pada bunga? Dia juga gak tau sepertinya," lanjut Rey.

"Hm, bisa jadi begitu. Pantas aja dokter gak menemukan racun jenis apa pun di kue buatan mama. Rupanya bunga ini ...."

"Tapi apa dosisnya separah itu? Maksudku adalah ... jika Luna menciumi bunga sampai keracunan, apa itu sedikit janggal? Seharusnya gak berefek banyak, 'kan?"

"Ini hanya perkiraan, Zaky. Masalah ini juga sudah lumayan lama. Ikhlaskan saja dia, yang penting bukan ibumu yang sengaja meracuninya."

Rey benar, Sela tidak bersalah. Wanita itu memang suka membuat kue. Terlebih untuk acara spesial anaknya nanti, apa tidak ingin membuat sesuatu sebagai kenangan? Meski nyatanya ia tak menyukai calon menantu yang kini telah tenang di alam sana.

Sela ceroboh. Ia mendapat bunga itu di depan rumah kosong di pinggir jalan. Indah, memikat mata, sekilas mirip mawar. Ia pun menanamnya karena si pemilik rumah sudah pergi entah ke mana. Daripada tidak dirawat dan kering, lebih baik dibawa, bukan?

Ia tidak tahu bunga itu beracun. Tanaman hias yang indah, tapi mematikan. Orang yang keracunan bunga ini bisa meninggal.

***

Seseorang menepuk bahu Keyra. Wanita itu menoleh dengan tatapan malas. Terkejut, ada rasa yang aneh menjalar di tubuhnya.

"Kak ...? Ngapain di sini?" tanya Keyra datar, tanpa menatap wajah suaminya.

"Nemuin kamu, lama kita gak ketemu. Apa kamu gak kangen, Key? Kenapa selalu berusaha menjauh?" Zaky mendekat, menepis jarak di antara mereka. Untung saja tidak ada orang di taman ini.

"Aku gak pernah usaha menjauh, Kakak sendiri yang menyuruhku menjauh, secara gak langsung."

Wanita itu menepis tangan Zaky yang hendak menggenggam erat. Zaky melenguh, hendak pasrah. Keyra keras kepala, susah untuk dibujuk.

"Apa pun itu, mas tetap ingin nemenin kamu pas lahiran nanti. Kamu istri mas."

"Nggak perlu, Kak. Aku bisa sendiri."

***

Sudah dua hari Keyra mengalami sakit perut yang lumayan menyiksa. Siwi pun mengantar Keyra ke rumah sakit karena khawatir. Takut jika kandungan sahabatnya bermasalah. Belakangan memang Keyra terlihat stres, telat makan, seperti tidak ada gairah hidup.

"Pasien akan bersalin, panggil dokter kandungan!"

Teriakan itu sontak membuat Rey gelagapan. Ia menelepon Zaky dan memintanya untuk segera datang ke rumah sakit. Beberapa saat menunggu, Zaky terlihat khawatir dengan berlari menuju meja resepsionis. Ia bertanya di mana kamar tempat Keyra akan melahirkan.

Ia berpapasan dengan Rey. Dokter itu menepuk pelan bahu Zaky, memberi semangat dan do'a terbaik. Sejatinya, persalinan adalah pengorbanan hidup dan mati. Hanya mampu berserah diri, meminta kekuatan dari Sang Maha Kuasa.

"Semoga ia dan bayinya selamat."

Zaky masuk ke ruang bersalin. Didapatinya Keyra yang terbaring lemah. Ia mendekati sang istri perlahan. Pria itu duduk di samping sang istri, mengelus pelan rambutnya yang mulai basah karena keringat. Lenguhan, jeritan, kepasrahan menahan sakit membuat hati Zaky teriris.

Pecah ketuban, Keyra mulai menjerit kesakitan. Zaky memejamkan mata, tak kuasa melihat istrinya yang rela menahan sakit demi sang buah hati.

"Minta kekuatan sama Allah, Sayang, kamu pasti bisa," lirih Zaky sembari menggenggam tangan Keyra.

"Mas ... sakit ...."

Untuk pertama kali, Keyra memanggil Zaky dengan sebutan 'mas'. Di situ Zaky tertawa dalam tangis, tersenyum dalam kekhawatiran. Akhirnya Keyra tak malu lagi memanggilnya dengan sebutan itu. Meski ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan.

"Bertahan, ya. Demi anak kita."

"Cairan ketuban masuk ke aliran darah! Siapkan ruang operasi!"

Deg ....

Jantung Zaky terasa hampir berhenti berdetak. Ada apa dengan istrinya? Mengapa tiba-tiba dokter memindahkan Keyra ke ruang operasi?

"Ma–maaf, Dok, ini ada apa, ya? Istri saya—"

"Pak, istri Anda mengalami komplikasi. Emboli cairan ketuban. Air ketuban pecah dan keluar dari kantung, lalu masuk ke aliran darah ibunya. Kami harus melakukan operasi sesar sekarang," jelas dokter yang langsung pergi tanpa menunggu respon Zaky. Pria itu tertunduk lemas, hanya pasrah melihat sang istri dibawa ke ruang operasi.

Cemas, khawatir, was-was.

Dua jam lamanya ia menunggu penuh harapan. Sesekali mengintip di jendela, melihat bayang-bayang dokter yang sibuk melakukan tugasnya. Zaky menelepon mama dan papanya, meminta agar mereka segera menyusul ke rumah sakit. Jujur saja, perasaannya mulai tidak enak.

Iseng mencari apa itu emboli ketuban, Zaky menemukan sebuah fakta bahwa komplikasi ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa. Tak mau risau, ia menutup tab pencarian dan mematikan ponsel.

Rasanya tidak tenang, barulah sekarang ia merasa rindu pada seseorang yang manja dan kekanakan. Selalu ceria dan jarang menampakkan kesedihan. Sekarang, orang itu sedang terbaring, berjuang antara hidup dan mati.

"Ya Allah, selamatkan istri dan anak hamba. Hamba berjanji akan menjaga dan mencintai mereka."

Zaky memutuskan untuk berwudhu dan salat di mushala rumah sakit. Usai bersujud menghadap Sang Pencipta, Zaky menengadahkan kedua tangan. Menangis, harap-harap cemas menunggu operasi selesai.

"Kak."

Zaky menoleh, suara yang ia rindukan berdiri di depan pintu. Tersenyum manis sembari menggendong bayi. Apakah itu anak mereka?

"Keyra ...?"

***

Sebenernya otor bisa dinegosiasi soal ending. Ya, terserah kalian aja. Pasti mau happy ending, 'kan?

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang