Part 4 | Kau Berubah?

1.7K 111 6
                                    

Belakangan, Zaky terlihat berbeda. Ia agak acuh dan jarang memberi perhatian untuk Keyra. Padahal istrinya itu sedang mengandung. Seharusnya perhatian lebih menghujani hati Keyra. Namun, entah ada apa, Zaky berubah menjadi lelaki yang dingin. Keyra murung, tak semangat menjalani hidup. Feeling wanita itu kuat. Ia yakin ada yang disembunyikan suaminya.

"Kak, mau makan apa nanti?" tanya Keyra. Zaky masih fokus pada ponselnya.

"Kak? Nanti mau makan apa?" tanya Keyra sekali lagi. Tetap saja, Zaky bahkan tidak menoleh ke arahnya.

Keyra menunduk, ia berbalik badan dan menuju ke dapur. Hatinya yang candu akan perhatian dari suaminya, mendadak pilu. Perih ketika Zaky tidak menyadari kehadirannya. Keyra tidak menyangka, Zaky akan memperlakukannya seperti ini.

"Apa ini sifat asli Kakak? Selama ini perhatian itu cuma akting belaka?"

Ia tak peduli. Selesai memasak, Keyra membuka celemek dan keluar lewat pintu belakang. Teduh, semilir angin membelai jilbab panjangnya. Berharap Zaky akan datang dan meminta maaf.

Satu jam.

Dua jam.

Harapan musnah. Berganti dengan perih yang luar biasa. Sesibuk apa Zaky hingga tega mengabaikannya?

Ia memutuskan untuk masuk ke rumah. Sebelumnya bendungan air mata itu ditahan, ia tidak ingin menangis di depan suaminya. Ia tidak mau terlihat lemah, meski hatinya hancur berkeping-keping. Terbiasa dihujani kasih sayang, lalu dibiarkan seperti ini. Sangat sakit, bukan?

Langkahnya terhenti ketika mendengar Zaky mengobrol dengan seseorang. Di balik tirai ia mengintip. Zaky tidak menelepon, ponselnya tidak berada didekatkan ke telinga. Ia berbicara sendiri dengan benda pipih itu. Tidak lama kemudian, ia tersenyum manis. Siapa yang membuat Zaky bahagia hingga melupakan istrinya sendiri?

"Sampai kapan pun, aku gak bisa lupain kamu, Lun. Kamu cinta pertamaku, ciuman pertamaku," ucap Zaky yang samar-samar terdengar di telinga Keyra.

Wanita itu tak bisa menahan lagi. Ternyata ini yang disembunyikan Zaky. Lelaki yang sudah meminangnya, mengucap kata cinta kepadanya. Namun, mengapa tega menduakan? Bukankah cinta Keyra tulus? Hanya saja, Keyra belum bisa mengungkapkan itu secara langsung.

"Kak ...," lirih Keyra sembari mengibaskan tirai. Ia berjalan pelan menuju sofa tempat Zaky bersantai. Zaky yang terkejut dengan kehadiran Keyra pun tersentak. Ia mematikan ponsel itu dan menaruhnya di atas sofa.

"Eh, ke-kenapa? Mau beli sayur? Mau dianter?" tanya Zaky. Biasanya Keyra akan senang jika ditawari seperti itu. Namun, entah mengapa kali ini terdengar sedikit berbeda. Ada nada kegugupan dan keterpaksaan. Raut wajahnya bak pencuri tertangkap basah.

Ya.

Zaky telah mencuri hati Keyra, lalu dalam sekejab saja ia menjatuhkan wanita itu dalam harapan semu; tak berarah.

"Keyra gak butuh itu," jawab Keyra menggeleng pelan. Ia mendekat, menepis jarak dengan suaminya. Mata memerah, tangan mengepal geram.

Apa maksudnya? Semua itu kebohongan? Jika memang tidak ada cinta di hati, mengapa nekat memiliki? Keyra tidak sepolos itu. Ia tahu mana yang baik untuk dirinya sendiri. Mungkin ini jalan yang akan membuka hati Zaky. Ia harus meninggalkan wanita lain selain istrinya.

"Ayo kita cerai."

Deg!

Wajah Zaky merah padam. Ia bangkit dan mencengkram bahu Keyra lagi. Kali ini lebih kuat hingga membuat istrinya kesakitan. Zaky menatap wajah kesedihan itu, ia tahu istrinya sakit hati. Ya, suatu saat akan begini dan benar saja, Keyra akan marah.

"Apa kamu bilang? Cerai?" tanya Zaky penuh emosi. Keyra menunduk, tak berani menatap wajah suaminya. Ia terlalu sakit menerima kenyataan bahwa Zaky belum melupakan cinta masa lalunya.

"Ya! Aku bilang cerai! Kenapa, Kak? Kenapa baru sekarang! Apa aku hanya dijadikan pelampiasan? Apa semua ucapan janji dan mesra itu kepalsuan belaka?" Napas Keyra memburu. Ia tak peduli lagi, hatinya sakit sekali.

"Kakak selingkuh selama ini! Pantes aja aku nggak boleh cek HP Kakak! Ternyata ini yang disembunyikan," lanjut Keyra sambil terisak.

"Kalau memang ada yang lain, aku yang pergi, Kak. Aku yang mengalah," ucapnya lalu menepis tangan Zaky dan pergi. Sela yang sedari tadi melihat pertengkaran ini pun menghampiri Zaky. Ia kecewa dengan anaknya yang sudah menyakiti Keyra.

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan pria itu. Wajah Sela penuh amarah karena sebagai wanita ia paham rasanya diduakan. Entah apa yang ada di pikiran Zaky. Tega menyakiti Keyra yang baru saja dikabarkan hamil.

"Ma! Kok nampar aku, sih?" protes Zaky tidak terima. Sembari menatap mamanya, ia meng-aduh mengusap pipinya yang merah.

"Bodoh! Kenapa nggak terbuka aja sama Keyra waktu itu? Itu sama aja menusuk hatinya lebih dalam, Zaky! Keterlaluan kamu jadi anak!" bentak Sela dengan napas tidak beraturan.

"Ma, dengerin aku dulu. Mama tau sendiri ceritanya, 'kan? Apa yang sebenarnya terjadi? Ma, bagaimanapun Luna itu cinta pertamaku," kata Zaky membela diri. Sela berdecih kesal. Ia memalingkan wajah saking kecewanya.

"Luna? Kamu masih aja cinta sama pelacur itu, Zaky! Buka matamu! Masih bagus Keyra dari segi apa pun!" Suara Sela yang lantang cukup mengejutkan Keyra. Wanita itu keluar kamar dan diam-diam mendengar percakapan suami dan mertuanya.

"Ma, cukup! Luna bukan pelacur! Aku yang tau masa lalunya gimana. Mama jangan asal ngomong!"

Sakit.

Itulah yang dirasakan Keyra. Bagai palu godam menghantam dadanya saat ini. Zaky membela perempuan lain yang merupakan cinta masa lalunya. Dianggapkah Keyra selama ini? Begitu manis ucapan lelaki, bangkai yang ditutupi pun perlahan tercium juga. Siapa Luna? Mengapa Zaky enggan terbuka pada istrinya?

"Sampai kapan pun, pelacur tetap pelacur, Zaky! Keyra istrimu! Dia lebih baik, dia tulus mencintaimu. Lupakan Luna!" bentak Sela sekali lagi. Zaky terdiam, sudut matanya menangkap Keyra yang menangis di sana.

Sela ikut melihat Keyra di sudut sana. Ia mengabaikan Zaky dalam penyesalan. Keyra tertunduk lesu, ia mengusap air matanya yang jatuh.

"Key, kamu ...?" Sela memegang bahu menantunya.

"Bu, siapa Luna? Kenapa kalian berdua nggak pernah cerita tentang dia? Kenapa Kak Zaky belum melupakannya?" tanya Keyra dengan suara bergetar. Zaky datang menghampiri, berniat menjelaskan. Namun, tatapan Sela yang tidak enak itu membuat Zaky mengurungkan niatnya.

"Keyra, siapa Luna itu nggak penting. Luna hanya masa lalu suamimu. Yang terpenting sekarang adalah, kamu yang ada di hati Zaky," jawab Sela dengan senyuman. Keyra tersenyum getir.

"Keyra sudah dengar semuanya, Bu. Untuk apa berbohong lagi? Kak Zaky masih mencintai Luna, wanita pertamanya," kata Keyra.

Dalam hati, Zaky ingin mendekati dan memeluk wanita yang terluka itu. Namun, melihat situasi sekarang, rasa-rasanya akan sia-sia. Keyra marah besar, ia bahkan tak sudi menatap suaminya. Benar-benar tak rela!

"Kalau memang masih cinta, kenapa menikahi Keyra? Keyra sudah memberikan semuanya. Cinta, mahkota suci yang selalu dijaga," lanjutnya. Sela menitikkan air mata. Ia geram melihat perlakuan Zaky ke menantunya.

"Keyra jangan marah dulu, Sayang. Pasti ada alasan di balik semua ini," kata Sela menengahi.

Keyra menggeleng pelan, tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Ingin pergi tapi kondisinya yang sedang hamil, apa sanggup hidup sendiri? Ia tak ingin bayinya lahir tanpa ayah.

"Aku mau istirahat," ucapnya lalu meninggalkan Sela dan Zaky di ruang tengah. Sedangkan kedua orang itu hanya melempar tatap satu sama lain.

BRUK!

PRANG!

"Keyra!"

🌹🌹🌹

BERSAMBUNG

Jangan lupa share-nya ya☺💋

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang