11 Januari 2019
"Aku udah di depan rumah, siap-siap, ya!"
Tanpa menunggunya menjawab, aku langsung mematikan telepon. Bukan karena marah atau tidak suka. Hanya saja kebahagiaan ini begitu sukar kuungkap dengan kata-kata. Lidah terasa kelu, senyum tak henti-hentinya menghiasi wajahku.
Luna Az-Zahra, aku akan melamarmu, kekasihku.
"Assalamu'alaikum," ucap kami sekeluarga, terkecuali Mama. Papa masuk diikuti aku dari belakang. Ibunda Luna yang sedang duduk di sofa menunggu kami pun bangkit lalu berjabat tangan.
"Wa'alaikumsalam," balas wanita paruh baya itu. Luna keluar sembari membawa nampan berisi minuman dan kue. Aku hanya bisa tersenyum menatap betapa cantiknya calon istriku ini.
"Nak, sebelumnya Ibu mau tanya. Apakah hatimu sudah mantap ingin meminang Luna?" tanya calon mertuaku sambil terbatuk-batuk.
"Insya Allah yakin, Bu. Saya sudah mencintai Luna dengan sepenuh hati. Saya akan membimbing putri Ibu ke jalan yang diridhai Allah," jawabku mantap dan penuh percaya diri.
Kutatap ekspresi Mama yang sangat membenci Luna. Memang wajar seorang ibu ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun, urusan hati siapa yang bisa mencegah? Hatiku sudah terlanjur mencintai Luna. Meski masa lalu gadis itu bisa dibilang kelam. Ya, Luna adalah mantan PSK.
Pepatah mengatakan, jangan menilai orang dari masa lalunya, lihatlah dia yang sekarang. Begitu juga dengan Luna. Meski dulu pakaiannya seksi, suka mengumbar aurat dan menjadi langganan lelaki hidung belang, nyatanya sekarang ia memutuskan untuk berhijrah. Memakai gamis dan jilbab panjang. Ketika masa ta'aruf pun dia mengaku akan memakai cadar jika sudah halal. Ah, aku semakin tidak sabar.
***
"Zak, pikir ulang kalau mau menikahi Luna! Kamu gimana, sih, Nak? Mau menikahi gadis yang udah gak perawan? Udah jadi santapan banyak orang? Kamu rela menikahi bekas pelacur itu?"
Aku geram, suasana hati yang baik tadi tiba-tiba dihancurkan oleh kata-kata Mama. Sedangkan Papa hanya duduk diam sembari memijat keningnya. Pusing mendengar ocehan Mama.
"Udah berapa kali aku bilang, Ma? Itu masa lalu dia. Sekarang Mama lihat, dia sudah berhijrah. Jangan terpaku sama masa lalu dia, Ma!" protesku tak terima Luna selalu direndahkan.
"Ma, restui ajalah hubungan mereka. Toh, dia juga yang memilihnya. Kita sebagai orang tua bisa apa?" celetuk Papa membela.
"Kamu sama aja kayak dia, Mas. Keras kepala. Emang kelihatannya udah hijrah, udah gak jadi PSK. Tapi mana tau ke depannya, 'kan? Bisa aja Zaky diselingkuhi!" cerca Mama tak henti-hentinya mencari kesalahan.
"Astagfirullah, Ma! Jangan suka berburuk sangka!" Aku sudah muak, Mama kali ini sangat keterlaluan.
"Zak, dengar mama, ya. Sekali pelacur, tetap pelacur!"
BRUK!
Pintu ditutup dengan keras. Papa hanya menghela napas panjang. Ia bangkit dan mengelus bahuku, berbisik kalimat agar bersabar dan jangan melawan. Namun, jika terus direndahkan seperti itu, aku tidak bisa diam. Perawan atau tidak bukan masalah. Aku menerima masa lalunya. Asal dia bertaubat dan mau berhijrah.
Berhari-hari Mama tidak menegurku. Ia menyibukkan diri, bahkan tidak mau menatapku. Ketika keluarga Luna sibuk menyiapkan acara pernikahan, keluargaku bak tidak peduli akan hal itu. Dalam hati aku berteriak, betapa bencinya Mama pada Luna. Padahal Luna gadis yang santun, lembut, juga suka menolong.
Akhirnya aku memutuskan segala keperluan diatur wedding organizer. Rencananya makanan dan kue Mama yang buat karena masakannya enak. Namun, melihatnya seperti ini aku harus memutar otak lagi. Memesan makanan jauh-jauh hari sebelum tanggal pernikahan supaya tidak kewalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendiang [END]
RomanceTELAH TERBIT || Part Masih Lengkap! Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dikenai sanksi. *** "Aku mencintaimu, tapi maaf. Keberadaan dia di hati untuk pertama kali belum bisa tersisih. Aku menyayangimu, tapi cint...