Part 17 | Sialan!

1.7K 116 7
                                        

Rey berdiri di tembok putih sembari mengotak-atik layar ponsel. Bingung ingin melakukan apa, ia curiga pada pria misterius yang duduk di kursi plastik itu. Entah apa yang dipikirkannya, sesekali menyulut rokok dan bersandar.

Hawa yang dingin, ditambah jauhnya ia dari lokasi restoran, membuat Rey bergidik ngeri. Kawasan ini belum pernah ia pijak, bahkan terbesit rasa heran dan tanda tanya. Sejak kapan ada rumah kosong di sini?

Gubrak!

Rey menoleh ke arah rumah, ia bersembunyi dan mengintip di balik jendela. Seorang wanita muda diikat dan mulutnya disumbat dengan kain. Rey memicingkan mata, berusaha menangkap wajah wanita yang sedang memberontak itu.

Astaga!

"Shit!" umpatnya ketika melihat netra Keyra yang penuh kepasrahan. Tangan kakinya dipegangi lima orang pria asing. Rey mengepal geram, wajahnya memerah menahan amarah. Keyra dalam bahaya, jika ia melawan sendirian, kemungkinan kecil bisa selamat.

Ya, penjahat itu memegang pisau sebagai ancaman.

"Kalau aku teriak minta tolong pasti bakal terjadi apa-apa," ujarnya.

"Bajingan!"

Rey menjauh dan menelepon seseorang. Mau tidak mau dia harus meminta pertolongan. Keyra dalam bahaya, pria kurang ajar itu mungkin berniat memperkosanya.

Sembari menunggu orang itu datang, Rey mencari kayu atau apa pun yang bisa digunakan nantinya. Samar-samar, terdengar suara jeritan. Keyra menangis histeris di sana. Rey semakin khawatir dan panik.

Mobil hitam itu terparkir di samping restoran. Rey tersenyum lega ketika melihat Zaky dan papanya berlari-lari kecil. Merasa situasi semakin menegangkan, Zaky dan Rey berniat memancing penjahat itu keluar dan Alan menyelamatkan Keyra.

"Permisi, Pak, ada toilet?" tanya Alan berbasa-basi. Pria itu berdiri, menunjuk ke rumah kecil seberang jalan.

"Oh, itu, Pak? Dibayar nggak?"

"Bayar, Mas," jawab pria itu singkat.

"Boleh pinjam uangnya, Mas? Saya lupa bawa uang tadi," ujar Alan berusaha terlihat ramah.

Pria itu mengangguk pelan. Ia menunduk dan meraih dompet hitam di atas kursi tadi.

Bruk, bruk!

"Rasakan!" kata Alan setelah memukul kepala pria itu dengan balok kayu. Alhasil, Alan berhasil mendapat kunci rumah di kantong jaket sang pria.

"Kalian berdua masuk! Langsung hajar mereka!" titah Alan yang langsung menendang pintu itu hingga ambruk.

Zaky susah payah menelan salivanya. Keyra terbaring tak berdaya, habis sudah air mata dan teriakan meminta pertolongan. Baju Keyra sobek, hingga menampakkan tubuhnya yang putih mulus. Zaky melepas jaketnya dan menendang dua pria lain hingga terjatuh. Setelah itu, Rey dan Alan menghajar lima pria tadi hingga babak belur.

Keyra menangis, hampir saja diperkosa pria bejat tadi. Zaky menutupi tubuh Keyra dengan jaketnya dan menggendong wanita itu keluar. Namun ....

"Aaakh! Sial!" pekik Rey ketika perutnya ditinju beberapa kali. Bibir Alan pun berdarah, ia terjatuh setelah wajahnya ditendang.

Zaky yang melihat kondisi membingungkan ini, ingin membawa Keyra keluar dari rumah. Namun, melihat Rey dan papanya dihajar habis-habisan, Zaky tak tega meninggalkan mereka berdua.

"Cepat pergi! Nggak usah pikirkan kami!" teriak Rey sembari terus membalas pukulan pria-pria itu.

"Bawa Keyra ke tempat aman, Nak! Telepon polisi!"

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang