Part 24 | Bayang Rindu

3.5K 169 43
                                    

Di taman yang rimbun, Zaky tertawa kecil melihat sang buah hati yang tumbuh besar. Gadis kecil itu berlari kecil di antara bunga-bunga mekar, sesekali mencabutnya untuk dicium. Harum, manis, indah dipandang. Kopiah dan baju koko yang ia kenakan menjadi pertanda, bahwa hari ini adalah hari kemenangan. Di mana umat Muslim merayakan hari lebaran.

Zaky tersenyum lebar, anaknya semakin besar. Tentu tanggung jawab akan terus ia pikul. Sendirian ....

"Keyra, sini!" teriak Zaky sambil melambaikan tangan.

"Iya, Abi!"

Keyra Althafunnisa.

Zaky sengaja memberikan nama itu untuk sang buah hati, agar cintanya pada mendiang istri tidak habis dimakan waktu. Setelah kejadian lima tahun lalu, ketika perjuangan melahirkan sang buah hati membuat sang istri akhirnya menghadap Allah. Keyra-istrinya-mengalami komplikasi parah, dokter hanya mempunyai dua pilihan ketika itu. Menyelamatkan ibu atau anaknya.

Keyra tidak sempat menyentuh bahkan melihat sang buah hati sebelum pergi. Hati Zaky lega ketika melihat suster membawa bayinya keluar. Namun, kebahagiaan itu musnah, lututnya lemas seketika. Istri yang dicintai terbaring kaku tak berdaya.

Tidak ada kata, tidak ada ucapan cinta terakhir kali. Hanya sebuah panggilan 'mas' yang ingin didengar Zaky sejak lama. Ya ... Keyra mengucapkan panggilan itu untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Penyesalan selama lima tahun ....

Perasaan hampa yang benar-benar menyelimuti raga ....

Zaky memang terbiasa sendiri sejak Keyra memutuskan untuk menjauh. Namun, ia tak menyangka jika Keyra egois. Ya, egois meninggalkannya sendiri, selamanya. Tidak akan pernah bersama lagi, meski hati teringin menapaki rindu.

Siapa yang salah?

Jika rindu menggebu, ia hanya bisa memandang foto Keyra di galeri ponselnya. Ketika Keyra tersenyum manis saat hari pernikahan, ketika wanita itu bahagia karena sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Hatinya kembali pilu. Betapa tulusnya cinta yang ia dapatkan. Namun, selama ini disia-siakan demi seseorang yang sudah tiada.

Pakaian bayi di rumah Siwi ia bawa pulang sambil berderai air mata. Siwi yang tak menyangka sahabatnya pergi secepat ini. Masih teringat kata-kata terakhir sebelum Keyra dirujuk ke rumah sakit waktu itu.

***

"Banyak banget kamu beli, Key," kata Siwi sembari membuka dompetnya. Keyra tertawa kecil, melihat satu per satu pakaian bayi yang lucu dan menggemaskan.

"Nggak papa, Wi. Buat anak sendiri apa salahnya? Lagipula belum tentu besok-besok aku bisa beli pakaian buat anakku lagi," jawab Keyra yang tiba-tiba terdengar sendu. Siwi menatapnya serius, mengabaikan kasir yang sudah menghitung jumlah belanjaan.

"Maksudmu?"

"...."

"Key!"

"Total belanjaannya, Mbak. Tertera di layar monitor," ucap kasir itu. Keyra mengambil uang di dompet dan mengambil plastik belanjaan.

Sepanjang perjalanan, Siwi terus menatap Keyra yang seperti orang kebingungan. Hendak bertanya, tapi takut suasana hatinya sedang buruk. Jangankan Siwi, angin puting beliung di hadapan pun bisa saja diabaikan.

Keyra melipat rapi pakaian itu dan menaruhnya di dalam lemari. Ditatapnya kaus kaki, pakaian tidur, hingga baju yang lucu-lucu itu. Sesekali ia mengajak bicara si buah hati.

***

Zaky tertunduk lemas. Air matanya kembali luruh tepat di depan pintu rumah. Seharusnya kini ia tertawa melihat Keyra kesusahan memakaikan baju untuk anak mereka. Seharusnya hari ini mereka bahagia sebagai keluarga kecil yang penuh cinta. Harusnya Zaky sadar, bahwa cinta yang tulus itu sudah pergi untuk selamanya ....

Mendiang [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang