Prolog

8K 583 56
                                    

Shollu Ala Muhammad
Shollu Alaihi Wasallim
Yaa Nabi salaam alaika
Yaa Rasul salaam alaika
Yaa Nabi salaam alaika
Sholawatullah alaika.....

"Bershalawatlah kepada nabi, niscaya rahmat Allah akan dilimpahkan kepadamu, salah satu keutamaannya adalah dikabulkan doa, seperti Hadist Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, "Apabila salah seorang di antara kamu membaca shalawat, hendaklah dimulai dengan mengagungkan Allah Azza wa Jalla dan memuji-Nya. Setelah itu, bacalah shalawat kepada Nabi. Dan setelah itu, barulah berdoa dengan doa yang dikehendaki," ustadz Jafar memulai kajiannya yang bertema shalawat itu dengan nada tegas dan jelas seperti biasa.

"Berarti kalau aku berdo'a supaya berjodoh dengan seseorang, Allah pasti akan dikabulkan, ustadz?"

Seorang gadis mengangkat tangan dan langsung bertanya saat ditunjuk sang ustadz.

"Insya Allah, Allah akan seperti prasangka hambaNya...." jawab Ustadz Jafar sambil tersenyum.

"Walaupun seseorang itu sudah punya pilihan?" Gadis itu bertanya lagi. Sepertinya ia sangat tertarik membahasnya.

"Kalau takdirnya begitu!" Sahut ustadz lagi tanpa menanggalkan senyumnya.

"Aamiin, semoga aku berjodoh dengannya, ustadz, selamat dunia dan akhirat bersamanya, aku akan amalkan shalawat seperti kata ustadz, jazakallah khairan!" Seruannya membuat ruangan hening. Ada teriakan Aamiin mendukungnya dari jemaah lain.

Astagfirullah. Tak sengaja pria yang ada disebelah ustadz Jafar, menangkap pandangan gadis yang sedang berbicara itu mengarah padanya. Lalu ia menunduk, menolak terhipnotis netranya yang jernih.

Digo Abdul Ali, bertemu dengannya beberapa kali dikajian, zikir dan shalawat yang diikuti selepas kembali dari Tharim.
Yang membuat gadis itu mudah sekali dikenali terutama ketika ia selalu bertanya disaat kajian berlangsung. Kelihatan cerdas dan sangat ekspresif. Dia sempat menyebut namanya, Sisila Tsabina.

"Dia melirikmu!" Senggol pak Haji Sholeh, pengurus mesjid, setelah acara berakhir, sebelum pamit dan bersalaman pada ustadz Jafar.

"Pak haji bisa aja!"

"Cantik dan enerjik yaa, anak siapa sih dia?" Pak Haji Sholeh bertanya seperti pada diri sendiri.

Yang penasaran justru pak haji Sholeh. Digo Abdul Ali, hanya tersenyum menanggapi beliau. Dia juga tak tahu. Dia siapa, darimana, anak siapa? Belum pernah berkenalan. Meskipun sudah beberapa kali bertemu disana. Namanya juga ia tahu saat ia bertanya pada ustadz dan menyebutkannya.

"Nanti jumat ada zikir dan shalawatan mingguan, kalau nak Da'i bersedia, mohon bantu ya memimpin!"

"DA'I?"

"Digo Abdul Ali. Biar lebih enak disingkat," Pak Haji Sholeh terkekeh.

"Ohhh, yaya," Digo Abdul Ali ikut terkekeh, "Insya Allah pak haji, saya akan datang!" Lanjutnya.

"Alhamdulilah, jadi gak bingung lagi sejak nak Da'i ada, jazakallah khairan Da'i," Pak Haji Sholeh menepuk bahunya.

"Wa iyyaka, pak haji!" Sahut Digo Abdul Ali pada ucapan terima kasih pak haji Sholeh yang merasa terbantu sejak kepulangannya dari Tharim dan sering kemesjid.

"Ilmu yang didapat di Tharim, bagi-bagi saja, nak, mulai saja berdakwah, dari skala kecil dulu!"

Ucapan pak Haji Sholeh, mirip seperti ucapan Abinya.

"Mulailah berdakwah Abdul, dimulai dari rumah-rumah yang sedang mengadakan acara, lalu kemushola dan mesjid, jika diundang jangan pernah menolak, jika ditanya bayaran, jangan mematok harga, seikhlasnya atau bahkan kalau perlu tidak usah dibayar, biar Allah yang bayar!"

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang