Dari Asma bin Abu Bakar
"Suatu hari saya datang ke kebun Zubair (suami saya) dan memanggul benih di atas kepala saya. Di tengah jalan saya bertemu Rasulullah bersama sekelompok orang dari Sahabat Anshar. Lalu Nabi memanggilku dan menyuruh untanya (dengan mengatakan "ikh ... ikh") agar merunduk untuk membawaku di belakang Nabi."*****
Membelokkan arah motor mengikuti mobil putih itu bergerak, Ali kini berjarak hanya 5meter dari belakang mobil yang tadi dilihatnya dibawa Iliyah.Harusnya tadi adalah kesempatannya untuk menanyakan kesediaan gadis itu untuk menjadi guru mengaji Sisi, seperti yang Sisi pesankan.
Sisi? Kenapa langsung terbayang dia? Digo Abdul Ali pikir, karna ia baru saja bertemu Sisi, dan gadis itu ingin diajari mengaji lalu ia menyarankan belajar dengan guru perempuan. Dan ia teringat Iliyah.
Bersama Sisi, ingat Iliyah.
Melihat Iliyah, terbayang Sisi.
Ah, Digo Abdul Ali menggeleng."Astagfirullah hal adzim!"
Beristigfar, Ali menepis bayang wajah keduanya yang melintas didepan matanya.
Ciittt.
Brakkk!!"Astagfirullah hal adzim!"
Sekali lagi Digo Abdul Ali beristigfar. Kali ini bukan karna bayangan Sisi dan Ily tetapi karna didepannya, terdengar suara mobil berdecit dan terdengar benturan setelahnya.
Jantung Digo Abdul Ali serasa mau copot melihat mobil itu stop mendadak membentur bahu jalan yang lebih tinggi daripada badan jalan.
"Iliyahhh!"
Digo Abdul Ali menarik gas motor untuk sampai lebih cepat kesamping mobil yang seketika membuat suara teriakan dan panik sekitarnya. Melompat dari motornya Digo Abdul Ali menghampiri mobil berwarna putih itu.
"Iliyahh!"
Ia mengetuk pintu mobil dimana terlihat gadis bercadar itu dibelakang stir. Tak nampak rautnya yang pucat tetapi dari matanya terlihat cemas. Sesungguhnya tadi ia takut membuka pintu mobil melihat banyak orang berlarian kearahnya. Tadi Iliy membanting stir karna ada sepeda motor yang menyalip didepannya padahal didepannya tidak kosong, ada mobil lain. Ia banting kekiri agar tak menyenggol motor itu karna ia terkejut.
"Abdul Ali?"
Seketika Iliyah lega setelah mengenali pengetuk kaca mobilnya. Kecemasannya memudar seketika. Ia seperti memiliki kekuatan membela diri setelah tadi agak cemas, takut tidak bisa menjelaskan dan disalahkan. Sedari tadi ia beristigfar lalu bershalawat untuk menenangkan dirinya.
"Ukhti, gak papa?"
Membuka pintu mobil pertanyaan pria itu membuatnya menggeleng.
"Neng gak papa? Motor yang nyelip tadi kabur neng!"
Seorang pria lain yang mendekat bertanya. Rupanya dia melihat kejadian hingga mengatakan motor yang menyelip itu kabur.
Kerumunan sempat membuat jalanan agak padat terlebih jam 5 sore jalanan cukup ramai karna waktunya pulang kerja. Tetapi kemudian orang-orang bubar dengan sendirinya dan kendaraan lain perlahan melanjutkan perjalanan.
"Bempernya penyok, neng!" Pria setengah baya itu seakan melaporkan sementara Abdul Ali masih fokus pada Iliyah.
"Gak papa mobilnya apa-apa, yang penting kamunya, gak kenapa-kenapa!"
Abdul Ali berkata spontan melihat kecemasan dari mata Iliyah saat memandangnya setelah dikatakan bempernya penyok. Sementara mendengarnya Iliyah merasa dadanya tersentuh ketenangan.
"Kamu masih mampu nyetir gak?"
Iliyah menggeleng. Rasanya lututnya masih gemetar. Tenaga terasa terlucuti saat ia terguncang didalam mobil saat membentur bahu jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Cinta Bershalawat
SpiritualDiantara shalawat yang berkumandang, diantara seruan cinta kepada Sayyidina Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam, diantara nada yang indah itu, menyusup keindahan dari rasa paling indah pada mahluk-mahluk ciptaanNya. "Semoga aku berjodoh dengannya...