20#ShalawatComplete

4.3K 559 97
                                    

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." [Ar-Ruum : 21]

*****

"Hubby.....!"

Abdul Ali menoleh karna punggungnya dipeluk dari belakang. Hubby, terdengar seperti panggilan dalam bahasa Inggris tetapi sesungguhnya panggilan itu juga adalah panggilan berbahasa arab untuk suami yang berasal dari kata 'hubun', bermakna cinta.

Ia tersenyum mendengar panggilan manja yang berasal dari wanita yang tadinya dia panggil Ukhti. Yang artinya saudara perempuan, saat sudah halal menjadi pasangannya tidak mungkin lagi ia panggil seperti itu.

"Yaa Qalbi?"

Bukan hanya ujung hidung yang menyentuh pipinya saat suaminya menoleh yang membuat Iliyah tersenyum dengan wajah tersipu. Selalu begitu saat ia mendengar Ali menyebutnya 'Qalbi' atau 'Yaa Qalbi' yang berarti 'hatiku' atau 'wahai hatiku'. Karna panggilan itulah iapun membalasnya dengan memberinya panggilan kesayangan 'Hubby', cintaku.

"Hubby sayang sama aku?"

Ali bergidik geli bukan karna pertanyaannya, tetapi karna hidung runcing Ily mendarat mengendus lehernya. Ia membiarkan Ily memeluk lebih erat, mencium lehernya lagi lalu menyamgkutkan dagu dibahunya.

"Sayang tidak?" Suaranya manja menuntut jawab meskipun ia tahu jawabannya pasti sama setiap kali ia bertanya.

Ali menyentuh kepalanya dari samping dan membenturkan kedahinya.

"Ana uhibbuki, yaa qalbi!"

Ily tersenyum semringah, puas mendengar jawabannya. Terlebih, sentuhan dari indra yang berkata itu menjangkau sudut bibirnya.

"Ana uhibbuka, yaa hubby!" Ily membalas ucapannya setelah kenyalnya disesap berulang diiringi kata sayang yang juga berulang.

Sesungguhnya pertanyaan itu menjadi pertanyaan wajib setelah hari pertama mereka halal. Pertanyaan yang diajukan Ali padanya saat itu. Dan akhirnya menjadi guyonan sekaligus kebiasaan untuk saling tidak membuat moment terbaik selama mereka menjadi pasangan suami istri.

Iliyah, bukan seperti Iliyah yang tadinya terbatas karna belum halal. Bukan Iliyah yang menjaga jarak karna menjaga sikap sebagai perempuan tertutup niqab. Niqabnya pun selama dirumah tentu tidak pernah ia gunakan. Ia bebas dipandang sepuas hati. Belajar berdandan agar lebih nyaman dinikmati Ali.

"Kamu cantik sekarang!"

Ucapannya membuat lingkaran tangan ditubuhnya melonggar.

"Sebelumnya tidak, begitu?"

Astagfirullah. Salah bicara, Ali beristigfar dalam hati. Lalu ia menarik istrinya hingga duduk dipangkuannya.

"Bukan, maksudnya makin cantik!"

Iliyah terkekeh. Pura-pura ngambeknya berhasil. Ia memeluk leher Ali yang saat ini memeluk pinggangnya.

"Kata ustadz, berhias untuk suami adalah dianjurkan selagi dalam batas-batas yang tidak dilarang oleh syari'at, makanya aku belajar dandan, buat kamu, karna Allah!"

"Ustadz mana yang bilang begitu?"

"Ustadz Dai!"

Mereka sama-sama terkekeh. Teringat kalau Ali pernah mengajaknya kemajelis dimana ia yang berdakwah dan Ily ada diantara jemaah. Bertema istri sholeha yang menyenangkan bagi suaminya.

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang