11#Shalawat

3.3K 505 131
                                    

Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.

(HR. Muslim)

*****

"Assalamualaikum, ukhti ii!"

Menerima panggilan dan mendengar suara diujung telpon, Iliyah menggigit bibirnya. Ii? Wow, ada kemajuan, panggilan yang hanya dari keluarganya, saat ini sudah terdengar dari oranglain. Seorang pria yang semalam bersama keluarganya berada dirumah.

"Ukhti?"

"Mhhh, Wa'alaikumsalam, akhi ai!"

Disebrang sana Abdul Ali meremas bantal yang ada dipangkuannya. Ai? Panggilan Ii padanya sepertinya dibalas. Ia tahu Iliyah dipanggil Ii dirumah karna mendengar Abu Daud dan Ummu Salma, orangtuanya memanggil seperti itu.

"Kenapa, khi?"

Pertanyaan Iliyah membuyarkan lamunannya.

"Maaf mau nanya..."

"Nanya apa?

"Aku tadi nyari tasbih aku, tapi gak ada, terakhir masih ada, waktu jemput ukhti dipanti, maaf, aku pikir ketinggalan dimobil ukhti."

Mendengar pertanyaan Ali, Ily meremas benda yang ada digenggamannya.

"Iya, ini ada diaku, aku barusan mau kasih tau eh keduluan," Ily memandang tasbih yang barusan digunakannya untuk bershalawat.

Ia menemukan tasbih itu tergantung dikaca spion tengah. Ia tahu itu bukan miliknya. Dan pikirannya memang langsung kepada Ali karna yang terakhir membawa mobilnya adalah pria itu. Setelah melepasnya dari spion, ia menggenggamnya. Seketika ia membayangkan Ali menggenggam dan menggunakan tasbih itu untuk berzikir dan bershalawat. Tanpa disadari ia menggenggam sambil berzikir dan bershalawat. Lalu tersenyum sendiri saat bayangan Ali berkelebat.

"Kelamaan mau ngasih taunya, pasti dipandangi dulu!"

Dari ujung telpon, Abdul Ali terdengar terkekeh. Ily menutup mulutnya. Tawanya hampir saja meledak. Ia tahu dari nadanya Ali bercanda.  Astagfirullah. Ia sempat beristigfar dalam hati, beruntung tidak terdengar tergelak, tak baik terdengar seorang pria disebrangnya. Tetapi memang bila didekat Ali, ia sering kehilangan kontrol. Beruntung dengan menutup mulut yang sudah tertutup niqab, ia mampu meredam tawa dan gejolak rasa dalam dadanya.

Ali memang lebih dominan. Ali mungkin paham karna ia seperti tak punya bahan untuk berkata. Ia bukan yang memiliki kepribadian berisik. Meski ia bisa saja seperti itu, tetapi ia memilih mengontrol dirinya. Dia seorang perempuan, kalaupun ia bisa ekspresif, itu hanya sebatas feedback-nya pada sikap Ali.

"Aku curiga, sengaja ya ninggalin tasbihnya biar aku pandangi?"

Iliyah berusaha membalas ucapan Ali dengan menuduhnya balik. Nadanya terdengar setengah tertawa. Ali menyadari itu.

"Iya, biar ingatnya cuma sama aku bukan sama suami orang!"

Ups. Astagfirullah. Kali ini Ali yang menutup mulutnya. Kenapa suami orang dibawa-bawa?

"Idihh...."

Tanpa Ali ketahui, Iliyah menutup mulutnya yang tak berniqab didalam kamarnya itu sekali lagi. Sedari tadi dada Ily pegal karna menahan tawa. Ia sama sekali tak tersinggung dengan ucapan bernada menggoda Ali. Ada debaran didadanya mendengar nada posesif disana.

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang