9#shalawat

3K 500 67
                                    

Rasulullah SAW bersabda,  “Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

*****

"Bagaimana bisa sampai kerumah Iliyah? Qadarullah, tanpa rencana akhirnya Allah mengirimmu kesana dengan caraNya ya, Abdul!"

Digo Abdul Ali lantas menceritakan kejadian yang menimpa Iliyah lalu ia membantunya pergi kebengkel hingga sampai dirumahnya dan akhirnya diajak sholat berjamaah dan makan malam.

Digo Abdul Ali masih ingat ucapan uminya kala itu, "Qadarallah, Allah mempertemukan kalian dengan caraNya yang tak disangka, padahal kamu sepertinya, ragu melangkah, kenapa? Apa kamu punya pilihan lain?"

Digo Abdul Ali menggeleng. Pilihan lain? Rasanya tidak ada. Iliyah sebetulnya type perempuan lembut yang bersahaja terlebih tertutup dengan niqab. Tidak agresif, bahasa tubuhnya tak bisa terlalu dinilai. Bahkan ia khawatir justru gadis itu yang jengah karna didorong-dorong untuk dekat dengannya. Bersama Iliyah, ia lebih dominan. Tidak seperti dengan Sisi.

Hei. Kenapa saat itu ia teringat Sisi? Terlebih setelah itu, gadis itu tak muncul lagi. Ia tak bisa menghubungi untuk mengatakan ia belum menemukan guru untuknya. Sisi yang menyimpan nomor telponnya, tetapi tak pernah menghubungi untuk sekedar bertanya, apakah guru mengaji sudah ia dapatkan.

Apakah minta ajarkan mengaji hanya modus? Jadi, ketika ia menolak menjadi guru mengajinya, Sisi sebetulnya kecewa, hingga sampai saat ini tak menghubungi seperti janjinya. Bahkan dia juga tak ada saat majelis dihari itu. Saat dimana ia bersama Iliyah pergi bersama. Apa dia melihatnya bersama Iliyah lalu diam-diam tak muncul? Astagfirullah. Ia ingin berprasangka baik, kalau Sisi sedang baik-baik saja.

Digo Abdul Ali mengusap wajahnya. Seketika ia merasa tak enak pada Sisi. Meski sebetulnya ia tak pernah memberi harapan. Selama ini Sisi yang ekspresif. Apa adanya dengan kekurangannya tanpa jaim. Hal itu yang membuatnya memilih lebih banyak tersenyum saat berinteraksi dengannya. Ia yang tak nyaman karna merasa terpepet.

Sebaliknya ketika dengan Iliyah, gadis itu lebih terkontrol sikapnya. Tenang, hingga iapun merasa aman disampingnya. Tidak khawatir dengan pandangannya, karna ia tertutup niqab. Tidak khawatir bila berjumpa dengannya karna sikapnya yang tenang, tidak seperti Sisi yang asik tapi terkesan berisik.

"Jika seorang wanita memilih calon suami, tentu ia memilih calon suami yang bisa menjadi imam yang baik, Abdul! Dan umi anjurkan, pilihlah calon istri yang baik dan patuh!"

Perkataan uminya membuat Digo Abdul Ali tersenyum. Tentu ia tahu uminya benar. Pria manapun berharap istrinya baik dan patuh. Sebab setelah dinikahi seorang pria, wanita menjadi tanggung jawab pria itu, bukan lagi tanggung jawab orangtuanya.

"Berarti kalau aku berdo'a supaya berjodoh dengan seseorang, Allah pasti akan kabulkan, ustadz?"

Seketika seruan Sisi yang saat itu bertanya kepada Ustadz yang sedang memberi kajian terngiang. Terbayang wajahnya yang optimis dan berbinar-binar. Ekspresinya sungguh bisa dirasakan dan ditebak.

"Insya Allah, Allah akan seperti prasangka hambaNya...." jawab Ustadz Jafar saat itu sambil tersenyum.

"Walaupun seseorang itu sudah punya pilihan?" Gadis itu bertanya lagi. Sepertinya ia sangat tertarik membahasnya.

"Kalau takdirnya begitu!" Sahut ustadz lagi tanpa menanggalkan senyumnya.

"Aamiin, semoga aku berjodoh dengannya, ustadz, selamat dunia dan akhirat bersamanya, aku akan amalkan shalawat seperti kata ustadz, jazakallah khairan!" Seruannya membuat ruangan hening. Ada teriakan Aamiin mendukungnya dari jemaah lain.

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang