10#Shalawat

2.5K 441 90
                                    


"Wahai para pemuda, barangsiapa yang sudah sanggup menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu obat pengekang nafsunya”

(HR. Bukhari no. 5056, Muslim no. 1400).

*****

Assalamualaikum, Dai!

Ini nomer aku

Sisi

Chatt melalui salah satu aplikasi obrolan bertanda gagang telpon berwarna hijau itu baru saja terbaca, saat punggung Digo Abdul Ali, merapat ke spring bed-nya.

Dilihat dari waktunya, chatt tersebut dikirim saat ia dan keluarga berada dirumah Iliyah. 19.05. Selesai sholat magrib.
Tidak ada pembicaraan yang mengarah pada pendesakan pada mereka berdua saat itu.

Rupanya orangtua kedua keluarga, benar-benar memanfaatkan waktu tersebut sebagai ajang silaturahmi. Bisa jadi pendekatan agar lebih akrab, mengandung menjodoh-jodohkan tetapi tipis-tipis karna masih memberi mereka kesempatan untuk menentukan sendiri.

"Kami menyarankan pada Ily untuk mengurangi waktu beraktivitas diluar rumah sementara ini...." cerita abu Daud.

"Tetapi kalau terbiasa beraktivitas mungkin bagi dia ada yang kurang ya, abu, kalau dirumah aja!" Sahut ummu Salma uminya Iliyah.

"Perbanyak ibadah juga bisa disebut aktivitas, sholat sunah, ngaji, ngurus suami...."

Kalimat Abu Daud, membuat semua yang ada disana terkekeh, sementara saat itu Iliyah masih didalam dan beberapa saat kemudian keluar dengan membawa nampan berisi 5 cangkir dengan kepulan asap dipermukaannya.

Digo Abdul Ali ikut tersenyum mendengar kata terakhir Abu Daud, 'ngurus suami'. Apakah itu kode? Abu Daud sedang menyentilnya-kah?

"Sudah tidak panas sekali seperti kapan lalu bukan?"

Kali ini Iliyah yang nampak menunduk malu sambil menaruh cangkir dan tatakannya didepan masing-masing yang ada diruang tamu itu mendengar seruan ayahnya.

"Memangnya kapan lalu panas sekali? Biar lama-lama, sambil menunggu tehnya dingin yaa, Masya Allah....." Abi Daim menyahut disela kekehan Abu Daud.

"Nak Abdul Ali, banyak aktivitas dimajelis shalawat?"

"Ya Abu, mulai banyak, rutin di majelis mesjid An-nur, terbaru dipondok pesantren Yanabi, sesekali dimesjid lain mengikuti majelis guru Jafar!" Jelas Abdul Ali mengungkap kegiatannya.

"Ohh ya ya," Abu Daud manggut-manggut, "Jumat depan penutupan MTQ, ditutup shalawatan lagi, Insya Allah bertemu!"

"Insya Allah, abu!" Sahut Ali lagi.

Obrolanpun mengalir begitu saja. Mereka duduk bersama dengan orangtua. Pembicaraan ia dan Iliyah yang nyaris tak ada, sempat terselip diantara obrolan orangtua yang tak fokus pada mereka.

"Jadi, tadi dilamar istri mantan?"

Iliyah melebarkan mata mendapatkan pertanyaan dadakan Abdul Ali padanya. Sedari diperjalanan didalam mobil dimana ia membawa mobil Iliyah sendirian saja, pikiran Ali sudah berkelana menyimpulkan kalimat demi kalimat diantara drama yang tercipta didepannya.

Dari ucapnya ia tahu Iliyah menolak. Tetapi tetap saja pertanyaan itu harus lolos darinya. Keceplosan. Jujur,  pertanyaan, bagaimana perasaan Iliyah sebenarnya terhadap suami dari wanita yang sudah berusaha melamarkan Iliyah untuk suaminya, mendesak-desak sedari tadi didalam pikirannya. Rasanya, ada sebuah rasa yang sedari tadi mengobrak-abrik dadanya. Rasa apa? Rasa tak rela jika Ily masih memendam sesuatu pada suami orang tersebutkah? Astagfirullah.

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang