12#Shalawat

2.9K 463 120
                                    

Ingat pesan Rasulullah saw, "Sebaik-baik wanita ialah bila engkau pandang, dia menyenangkan; bila engkau perintah, dia menaati ; dan bila engkau tidak ada, dia menjaga hartamu dan kehormatannya."
(HR. Nasa'i).

*****

"Sisi bisa belajar dari guru yang lain, belajar dari majelis-majelis yang diikutinya, Allah akan mengirim yang terbaik baginya!"

"Apa akhi sudah yakin? Akhi masih bisa mundur karna kita baru tahap taaruf, kalau sudah tahap khitbah, itu akan mengikat akhi untuk terus maju sampai nikah!"

"Apa ukhti sedang menolak?"

"Tidakk, akuuu..."

"Sedang cemburu pada Sisi?"

"Mmhhh..."

Sulit berkata kalau sudah bicara soal perasaan. Apalagi perasaan cemburu. Belum ada ikatan. Keinginan Ali untuk mengkhitbahnya saja belum ia jawab. Iliyah sepertinya belum yakin dan belum merasa pantas dikhitbah.

"Apa ukhti mau bertemu dengan Sisi? Sisi meminta bertemu dengan ukhti."

"Kenapa mau bertemu?" Ily mengeryit heran meskipun Ali tak melihat.

"Mau minta ijin, katanya kalau ukthi tidak bisa mengajarinya, dia minta ijin minta ajarinnya sama aku!" Jelas Ali membuat Ily makin mengeryit.

"Kok minta ijin sama aku?"

Bertanya, meski sesungguhnya ada degup didadanya.

"Aku yang bilang mau minta ijin dulu sama ukhti, karna aku sudah menolak tapi dia memaksa!"

Kenapa rasanya makin istimewa saja? Ily tersenyum sambil mengigit bibirnya.

"Kenapa dia ingin sekali belajar sama akhi? Bukankah guru mengaji banyak?" Ily bertanya dengan nada heran.

"Kurang ngerti ukhti, biar nanti aku bilang aja sama Sisi kalau ukhti melarang ya!" Ali memutuskan sendiri karna tak ingin Ily merasa tak nyaman.

"Akuuu, tidak melarang kok, akhi, kalau akhi mau, akhi bisaa saa....!" Ily merasa tidak enak kalau Ali merasa keberatan dilarang. Tapi sebelum ia selesai bicara, Ali sudah memotongnya.

"Tapi aku minta dilarang, ayolahh, larang akuuu."

Kekehan terdengar. Ily tak bisa menahan senyumnya. Sedari awal menelpon, Ali selalu membuatnya melting.

"Ta'aruf itu, laki-laki yang merapat keperempuan bukan sebaliknya, akupun tidak sempurna, dan sedang memantaskan diri diberikan Allah jodoh terbaik!" Ali menjelaskan maksud hatinya.

"Akhi tidak suka dengan yang agresif? Yang agresif itu sikap dan perasaannya terlihat jelas, khi, daripada yang sikapnya tertutup."

"Aku lebih nyaman dengan yang mampu mengontrol dirinya!"

"Benarkah?"

Iliyah menggigit bibirnya lagi. Sesungguhnya ia pun merasa tak sempurna. Mengontrol diri memang tak mudah. Ia saja didepan Uminya sendiri tak mampu mengontrol dirinya. Sepulang keluarga Ali dari rumahnya, ia hampir saja tak berhenti tersenyum. Bahkan senyum berubah jadi tawanya yang renyah kala umi menggodanya.

"Hmmm, ada yang berbunga-bunga!" Umi terkekeh melihat semu diwajah Iliyah.

"Umiiiiii......"

"Hmmm sudah lama nggak lihat pipinya cem pakai blush on, ngepink!"

"Aaaaa, umiiii, memangnya tidak bolehhh?"

"Bolehh, tapi jangan kebablasan!"

"Tidak kok umi!"

Saat Cinta BershalawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang