1. Awal

821 208 174
                                    

"Seindah apapun mimpimu itu tak akan terwujud jika kau hanya diam dan menatap dengan harap."

Keynan Putra Nugraha

***

Tok tok tok!!

2 menit kemudian.

Tok tok tok!!

"Ara!" Tidak ada sahutan.

"ZAHRA OLIVIA WIJAYA!!" Tetap tidak ada sahutan.

"Ara bangun!" teriak Cintya - bunda Ara yang terlanjur kesal karena telah mencoba membangunkan putri tidurnya berulang - ulang kali.

"Iya bun, ini aku mau mandi." Bukannya bangun untuk mandi, Ara malah kembali merebahkan tubuhnya.

"Ara cepetan atau kamu mau terlambat ke sekolah baru kamu, ini udah jam 06.30 Ra!" ucap sang bunda yang sudah sangat kesal.

"Iya bun iya." Ara menuju kamar mandi dan bersiap ke sekolah barunya.

Chintya belum beranjak dari kamar putrinya, ia mengetuk sekali lagi untuk memperingati, "Pakaian yang sopan, kamu sekarang di Indonesia, ingat itu."

Zahra olivia wijaya, perempuan yang sangat susah dibangunkan, anggap saja dia kebo, dia selalu bilang 'aku bukan males bun, hanya ingin menikmati waktu istirahat doang'.
Alibinya selalu sama.

Dia gadis yang pintar, cantik, dan juga ceroboh, dia merupakan anak satu - satunya dari Dimas Wijaya, pengusaha terkenal di Indonesia bahkan Asia. Cintya ary Wijaya, ibunda Ara, ia hanyalah ibu rumah tangga karena sang suamilah yang melarangnya bekerja dan hanya ditugaskan untuk menjadi istri dan ibu yang bertanggung jawab.

"Ara cepat turun, sarapan!" teriak sang bunda yang tengah berada di ruang makan.

"Iya." Ara menyapukan bedak tipis ke wajahnya dan mengoleskan lip balm dibibirnya, setelah dirasa sempurna Ara turun dan berjalan ke ruang makan.

"Princess ayah sangat cantik, gini dong Ra pakaian jangan yang kekurangan bahan," puji sang ayah ketika melihat Ara yang baru duduk di kursinya.

"Makasih yah."

"Ayah sama Ara berangkat bun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah sama Ara berangkat bun."

"Iya hati - hati." Ara mencium punggung tangan bundanya untuk pamit.

"Assalamualaikum bun," teriak Ara.

"Waalaikumsalam." Cintya menghela napas, anaknya selalu saja berteriak seperti di hutan.
Ya rumahnya memang sudah seperti hutan ketika Ara kembali ke Indonesia.

✨✨✨

Diperjalanan menuju sekolah barunya Ara terlihat menikmati pemandangan kota Jakarta dipagi hari, jalanan yang padat akan alat tranportasi, cukup 20 menit akhirnya mereka sampai di depan gerbang sekolah.

Perfect PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang