"Bahkan disaat ada yang lebih baik darimu, aku masih dan tetap mencintaimu."
________
____Jam istirahat belum usai, kebanyakan siswa-siswi sedang berada diluar kelas, baik di kantin untuk mengisi perut ataupun di lapangan untuk memanaskan badan dengan berolahraga, namun tak sedikit juga yang berada dikelas bahkan perpustakaan.
Ara, bahkan Keynan dkk masih berada di kantin dengan kegiatan masing-masing.
Letta diam menatap Ara yang duduk dengan kaku di sana, ia menjauhkan tangan Keynan dari atas kepalanya, "Key jangan di sekolah," protes Letta.
"Tau nih Key modus banget," ujar Dery.
Bintang melirik meja Ara dkk, tepatnya pada gadis yang duduk bertopang dagu menunggu pesanannya, wajahnya tak seriang biasanya.
Ara menghembuskan napas gusar berkali-kali, belum juga masalah dengan Keynan selesai, kini ia harus menerima jika Letta bisa dekat dengan mudah bersama Keynan, bahkan diterima baik oleh cowok itu.
"Ra, kaki lo kenapa? Dan lo kemana kemarin? Untung aja gue absenin lo, gue bilang lo sakit, eh bener, lo hari ini malah pincang." Ralin memberikan pertanyaan beruntut, membuat Ara semakin pusing.
"Gue keserempet. Gue telat dan bolos. Jalan bareng Keynan."
Ralin, Fafa dan Lisa yang yang baru saja bergabung dengan membawa nampan berisikan makanan mereka melotot seketika.
"Lo, jalan sama Keynan? Keserempet? dan... pincang?" Ara mengangguk mengiyakan.
"Oh my god, Ra!" Lisa berteriak membuat Ara menutup telinganya.
Ara menyedu baksonya, sekali-kali melirik laki-laki yang sukses membuatnya kepikiran sepanjang waktu.
Lisa menyenggol bahu Ara pelan, menyadarkannya dari dunia khayal. "Lebih agresif lah Ra, jangan cuman diliatin gitu, diembat si Letta baru tau rasa lo, gue denger lo bar-bar kan dulunya?"
Perkataan Lisa membuat Ara berpikir keras, apa iya, ia harus agresif mendekati seorang Keynan? dan merubah lagi tampilannya.
Di meja lain, Keynan merasa sedikit kasihan, dia sempat melihat Ara yang berjalan tertatih memasuki kantin.
"Key. Si Devan dan antek-anteknya udah dipantau anak-anak, tinggal tunggu perintah lo buat nyerang." Jika soal adu fisik dengan geng Devan, semangat Yutha sangat berapi-api.
"Gak, jangan Key!" Letta menggeleng dengan tangannya yang menggenggam tangan kiri Keynan.
Lagi, untuk kesekian kalinya Ara melotot, sebegitu dekatnya kah Letta dengan Keynan, jarak meja yang terpisah jauh membuatnya tak dapat mendengar isi percakapan mereka, namun gerak gerik mereka terlihat jelas. Hawa sekitar Ara menjadi panas, ditambah bisikan-bisikan Lisa.
"Kenapa?" Keynan, dan keempat temannya menatap Letta penuh tanya.
"Gue gak mau lo ribut Key, gak perlu lo tauran-tauran kayak gitu." Letta menjeda ucapannya dan beralih menatap semua teman-teman Keynan. "Kalian bisa terluka, dan papa lo bakal marah Key tau itu."
"Oke, gue batalin." Bintang paham itu kalimat dusta agar Letta tak melaporkan rencananya kepada pak Aditama, bukannya Keynan takut akan papanya, hanya saja setiap ia berbuat onar dan diketahui papanya, maka mamanya yang akan menderita karena mendengar keributannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Prince
Teen Fiction"You are a dream I will achieve!" Zahra Olivia Wijaya, biasa dipanggil Ara, cewek pindahan dengan paras cantik, smart, dan ambisius, mempunyai senyum manis yang menambah kesan imut untuknya, bukan hanya itu, ia adalah cewek yang begitu ceroboh dalam...