17. Labirin

223 37 36
                                    

"Kau akan paham setelah semua terlambat untuk dirangkai kembali."

***

"Ssssttttt! Ciii."

"Cii liat jawaban lo dong." Dery berbisik menatap Radit penuh harap.

"Woy! kelinci!"

"Berasa ada yang ngomong." Radit bergidik ngeri, mengangkat bahu acuh dan melanjutkan kerjaannya.

Dery mencebik kesal, "aah elah si bangsate pura-pura gak denger!"

"Ssstt, Dit! Raditt!!"

"Sssttt, Ck. budeknya kambuh nih orang." Dery geram, kekesalannya mulai memuncak.

Dery mendekatkan tubuhnya dengan Radit.

Taakk!

Sebuah jitakkan tepat mengenai kepala Radit.

"Apaan sih lo!"

"Gue mau liat jawaban yah yah." Dery mulai merengek memegang lengan Radit sambil menunjukkan puppyeye-nya, Radit yang melihat itu merasa jijik dan menepis kasar tangan Dery.

"Yaudah nih, dasar lo otak udang!" cibir Radit.

Bunyi bel istirahat berbunyi, beberapa siswa memekik senang, termasuk Dery.

"Akhirnyaaa istirahat juga." Senyum mengembang dibibir Dery, "capek gue dari tadi mikir mulu."

"Eeh Bambang, lo dari tadi mana ada mikir, waktu dikasih soal latihan aja lo nyontek gue." Radit menatap jengah dan menoyor pelan kepala Derry.

"Ya lo kan tau sendiri masalah hitung-hitungan gue gak bisa." Dery menyengir polos menatap Radit yang membereskan alat tulisnya.

"Mending gue ke kantin dah." Radit berjalan keluar meniggalkan Dery.

"Weey, tungguin gueee!"

Sesampainya mereka di kantin, sudah ada Bintang dan Yutha disana, dengan pasti Dery dan Radit berjalan ke arah mereka, menempati kursi kosong di samping Yutha.

"Si bos mana? Kok gak ada?" Dery melihat-lihat sekitar, ia tak menemukan Keynan.

"Gak masuk dia," jawab Yutha.

"Kok bisa, kenapa?" Kini Radit yang bertanya.

Bintang dan Yutha hanya membalas dengan mengangkat bahu singkat pertanda mereka juga tidak tau.

"Tumben si bos gak masuk, gak ada kabar juga, tau gitukan gue juga gak masuk hari ini." Dery berkata lirih memasang wajah sendu.

"Eeh kalo lo gak masuk kapan lo pintarnya." Radit lagi-lagi menoyor kepala Dery.

"Tega emang, mending gue pesen makanan."

Radit berdiri memegang tangan Dery, Dery mengangkat satu alis bertanya, "nitip dong gue."

"Nitip ding gui," Dery mengejek mengikuti perkataan Radit,"sekarang aja pegang - pegang tangan gue lo!"  DERY menepis tangan Radit sama seperti yang dilakukan Radit sebelumnya.

"Yaah pesenin sekaliaan."

"Iya iya, kurang baik apa sih gue sama lo," ujarnya dan berlalu pergi.

"Bu Dery ganteng ini mau peseee...."

"Bu baksonya tiga sama es tes manisnya tiga," sela seseorang ditengah ucapan Dery.

"Oke neng."

Perfect PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang