15. Bekal Makanan

217 38 39
                                    

"Perbaiki pelan-pelan.
beri waktu,
Luka tidak cepat tuk kering."

***

Jakarta, 15 Januari 2018, 15.03 WIB.

"Kamu habis menangis, kenapa?" tanya seorang laki-laki melihat gadisnya menunduk dengan mata yang memerah.

"Biasa, masih karna hal yang sama." Gadis itu masih berucap dengan kondisi menunduk.

"Aku paham." Ia mendekap gadisnya dipelukkan yang hangat, gadis itu menyenderkan kepalanya didada bidang cowok itu.

"Jangan pergi, jangan seperti papa ku." Ia menitikkan kembali air matanya teringat akan kejadian beberapa jam lalu.

Cowok itu tak menjawab, ia hanya mengeratkan pelukannya, seperti akan berpisah lama.

Iya terus mengusap lembut punggung sang gadis, setelah dirasa tenang ia ingat alasan ia mengajak gadis ini bertemu, "sebenarnya aku minta kamu kesini ada hal yang mau aku bicarakan Ra."

"Ada apa?" Ia mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan laki - laki yang sedang memeluknya.

Cowok itu melepaskan pelukannya dan memberi jarak antar mereka untuk lebih mudah menatap gadis yang masih yang berstatus sebagai kekasihnya, "Aku minta maaf Ra, aku tau ini bakal buat kamu makin tersakiti, tapi percaya Ra, aku pun sama, maaf aku mau kita putus."

"Kenapa?, kenapa harus disaat aku terpuruk kamu juga memilih pergi?!" Gadis itu nangis terisak, seakan dunianya dalam sehari hancur tanpa menunggu ia untuk bangkit.

"Aku juga gak mau Ra, tapi ini harus, maaf."

***

Pagi-pagi buta Ara sedang berada di dapur dengan celemek yang ia kenakan, mengiris dan memasak berbagai macam bahan makanan.

"Non Ara ngapain non? biar bibi aja yang masak non."

Ara sedikit kaget akan kedatangan bi Ina hingga jarinya teriris, "Eh bi Ina, bibi masak aja buat sarapan, kalo yang ini spesial," jawab Ara dengan senyum mengembang walau dengan sedikit meringis merasa perih.

"Ra kamu ngapain? tumben banget bangun sendiri, pagi-pagi buta gini lagi, itu tangan kenapa sampai berdarah gitu?" ucap Cintya terheran melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

Ara mencuci tangan dan membersihkan lukanya, mencari kotak P3K dan memasangkan Hansaplast

"Mau buat bekel bun," kata Ara yang kembali berkutat dengan sayuran yang ia potong-potong kecil.

"Buat kamu sendiri itu?" tunjuk Cintya kearah bekal Ara yang kini sudah rapi dengan hiasan cantik dari berbagai sayuran.

"Nggak, tapi buat Key."

Cintya menyerngitkan alisnya, "Keynan?"

"Hm, ucapan makasih udah sering bantu Aku."

Perfect PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang