7: Birthday Gift

6.4K 1.2K 142
                                    

"Om Injun ini pengangguran ya?"

"Hah?"

Bukan selayaknya tamu yang akan langsung dipersilahkan masuk begitu pintu dibuka, Jisung justru memberikan pertanyaan pada Renjun secara mendadak. Membuat pemuda Huang itu mengernyitkan keningnya tidak mengerti.

"Maksud lo?"

"Tiap hari main kesini mulu, emang nggak ada kesibukan lain apa selain ngerecokin Buna?"

"Emang lo siapa? Yang punya apartemen juga bukan. Awas-awas, minggir lo sana!"

Renjun menerobos masuk dengan mendorong sedikit badan Jisung yang menghalangi pintu, heran tiap kali dia main kemari selalu Jisung yang membukakan pintu.

Oh iya, ini sudah hari kelima sejak Jisung tinggal disini. Dan selama itu pula Renjun selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Lyra, tujuannya tentu saja untuk memastikan gadis itu aman dan baik-baik saja disini. Walau bagaimanapun juga Renjun belum bisa sepenuhnya percaya pada bocah asing bernama Jisung itu, meski benar kata Lyra kalau Jisung sama sekali tidak terlihat membahayakan. Tapi tetap saja Renjun memilih untuk waspada.

"Permen yupi pesanan Jisung tiga hari yang lalu mana? Kali ini Jisung nggak terima alasan ketinggalan atau nggak ingat beli lagi ya" tagih Jisung sambil mengulurkan tangannya pada Renjun.

"Astaga, gue baru juga duduk!" Renjun berseru kesal, dia melemparkan plastik putih bertuliskan logo minimarket pada Jisung yang langsung dipeluk anak itu dengan sigap. "Makan tuh sampe sakit gigi!"

"Kok cuma sembilan? Om Injun kan janjinya bakal beliin sepuluh pack!!"

"Di minimarket habis adanya tinggal sembilan. Protes mulu lo kayak mahasiswa, udah untung gue beliin!"

"Nggak mau tau pokoknya nanti beliin satu pack lagi!"

"Iya, bawel lo ah!" Renjun bangkit dari duduknya, kepalanya toleh kanan toleh kiri guna mencari keberadaan Lyra yang tidak kelihatan sejauh mata memandang. "Lyra mana?"

"Di kamar. Jangan gangguin Buna dulu, dia lagi sibuk ngerjain tugas"

"Lo siapa ngatur-ngatur gue?"

Jisung melongo sejenak sebelum dibuat berdecak kesal saat Renjun berkata begitu, bukannya menurut apa katanya pemuda Huang itu justru pergi ke kamar Lyra dan sama sekali tidak mengindahkan kata-katanya tadi.

"Ra"

Gadis dengan kaos putih kebesaran juga celana bermotif beruang yang kini duduk di meja belajar menghadap laptop itu menoleh, mendapati Renjun yang kini menutup pintu kamarnya lalu menjatuhkan dirinya sendiri di atas kasur Lyra.

"Lo sehari aja nggak ribut sama Jisung bisa nggak sih? Pusing gue denger bacotan kalian"

Renjun baru juga masuk udah ditodong omelan dari gadis itu.

"Salahin anak lo lah, makin hari makin kurang ajar aja. Mulutnya itu loh bikin gue kesel terus"

"Ya sifatnya mirip lo kan?"

Kening Renjun mengernyit tanda tak paham. "Maksudnya?"

"Mulut kalian sama-sama ngeselin, makanya cocok jadi partner debat"

"Idih apaan, males banget dah"

Tunggu, Renjun baru menyadari sesuatu atas ucapan Lyra barusan. Kalau Jisung punya sifat yang mirip sama dia, apakah itu artinya Jisung adalah anaknya juga?

Maksudnya, Lyra dan dirinya akan menikah di masa depan?

Tanpa sadar pemuda Huang itu tersenyum, hanya dengan membayangkan menikah dengan gadis itu saja sudah mampu membuatnya senang. Memang bukan rahasia umum lagi kalau seorang Huang Renjun menyukai Kim Lyra, hanya saja gadis itu tidak pernah peka dan selalu memperlakukannya sebatas teman biasa.

Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang