Sebenarnya tidak ada kewajiban bagi seorang Kim Lyra untuk menepati janjinya pada Jisung. Seharusnya begitu.
Memangnya Jisung siapa? Hanya seorang anak laki-laki yang asal usulnya saja tidak diketahui, belum lagi mengaku-ngaku sebagai anaknya dan sekarang menumpang di apartemen-nya.
Tapi kenapa Lyra justru merasa bersalah jika tidak bisa memenuhi janjinya tersebut?
Apa karena ia tau Jisung tengah menunggunya disana?
Atau karena hal lain?
Lyra turun dari bis di halte dekat apartemen-nya, salah satu alasan mengapa ia memilih untuk tinggal di apartemen-nya yang sekarang adalah karena dekat dengan halte juga kampus. Lyra tidak suka berpergian dengan kendaraan pribadi, makanya dia juga tidak punya motor ataupun mobil meski saat ia ulang tahun yang ke delapan belas Papanya membelikannya satu unit mobil yang sampai sekarang tidak pernah ia pakai.
Menurutnya naik angkutan umum seperti bis itu jauh lebih nyaman, harganya juga relatif murah. Selain itu ia juga bisa ikut berkontribusi dalam mengurangi polusi udara dan kemacetan di negaranya.
Suara pintu yang dibuka berhasil mengalihkan fokus Jisung yang semula menonton tv ke arah Lyra yang melepas sepatu, anak itu tersenyum lebar dengan satu bungkus keripik singkong di pelukannya.
"Udah pulang?" Tanyanya dengan semangat, tanpa sadar membuat Lyra menyunggingkan senyum tipis.
"Iya. Lo siap-siap gih, kita ke mall abis ini"
Kening Jisung mengerut, "Ngapain?"
"Beliin lo baju dan keperluan pribadi lo yang lain, nggak mungkin kan lo cuma pakai baju itu-itu aja setiap hari? Lagian gue juga perlu belanja bahan makanan"
Senyuman Jisung makin lebar saja, binar matanya bercahaya saking senangnya.
"Oke, Jisung mandi dulu"Setelahnya anak itu langsung ngibrit ke kamar mandi, melupakan bungkus keripik miliknya yang tergeletak begitu saja. Belum lagi bekas susu kotak dan permen yupi di sekitar sofa dan karpet bulunya, lain kali mungkin Lyra perlu mengajari Jisung untuk merapihkan bekas makannya tersebut.
Tapi kali ini biarkan saja, Lyra memungut sampah-sampah itu lalu memasukkannya ke dalam bak sampah yang berada dapur. Sambil menunggu Jisung selesai mandi, Lyra menyiapkan baju ganti untuk anak itu. Untungnya kaos putih kedodoran Renjun masih ada di lemarinya, sebenarnya sengaja ia bawa dari lemari rumahnya sebelum pindahan ke apartemen. Jadi kalau semisal Renjun mau mengambilnya lagi bisa langsung cari di lemari, tidak perlu pulang ke rumah dulu.
Sedangkan untuk bawahannya biarlah pakai celana training saja, kebetulan minggu lalu Lyra baru beli celana training baru secara online. Tapi sialnya ia malah salah klik ukuran, alhasil yang datang tidak sesuai dan berukuran cukup besar di kakinya. Tapi syukurlah setidaknya itu bisa Jisung pakai nanti.
"Oy!"
Ketukan di pintu kamar mandi membuat Jisung mematikan air shower, menunggu Lyra kembali bicara.
"Baju ganti lo gue taruh di gagang pintu, abis tuh lo langsung turun aja ke lobby. Gue tunggu disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...