Hujan kemarin siang rupanya bertahan sampai malam, meski sore harinya sempat mereda namun tetap saja rintik hujannya masih ada. Alhasil mereka tidak jadi pergi ke amusement park, gantinya mereka baru akan pergi akhir pekan nanti. Awalnya Jisung nampak kecewa, namun ia berusaha untuk mengerti dan tidak keberatan kalau harus diundur.
Renjun sudah berada di apartemen Lyra pagi ini, tengah sibuk memainkan ponsel di sofa sambil menunggu gadis itu bersiap. Mereka akan berangkat kuliah bersama karena kebetulan hari ini kebagian jadwal di jam yang sama. Jisung duduk di sofa yang berbeda dengan Renjun itu melipat tangannya di dada, jangan lupakan ekspresi permusuhan yang ia tunjukkan terang-terangan.
Awalnya pemuda Huang itu cuek saja, namun lama-kelamaan dia risih juga dipandangi sebegitunya.
"Kenapa sih ngeliatin gue? Masalah Yupi? Iya janji besok gue bawain kesini"
"Nggak usah!" Tolak anak itu tanpa pikir panjang.
Renjun mengernyit keheranan, "Tumben, kemarin aja nagih ke gue karena kurang satu pack"
"Jisung nggak mau itu Om Injun jadikan alasan buat main kesini"
"Kenapa sih lo nggak suka banget gue kesini?" Seperti biasa, Renjun mulai terpancing.
"Karena Om Injun ngerebut Buna dari Jisung! Jisung cemburu tau? Jisung nggak suka!"
"Dih, lo siapa emang sok nggak suka gitu?"
"Jisung kan anak buna dari masa depan!"
"Kalau gitu seharusnya lo ketemu Lyra di masa depan, bukan sekarang!"
Perkataan Renjun berhasil membuat Jisung terdiam. Dia tersinggung, tentu saja. Memangnya pemuda Huang itu tau apa sih tentang dia?
Intensitas ketidaksukaan Jisung pada Huang Renjun makin meningkat saja. Padahal di masa depan Lyra sering cerita betapa baiknya pemuda Huang itu padanya, namun nyatanya tidak sebaik yang Jisung kira.
Huang Renjun menyebalkan!
Pintu kamar milik Lyra terbuka, disusul kemunculan gadis itu yang sudah siap dengan tas ransel kecil juga laptop di tangannya. Renjun yang semula sibuk dengan ponsel itu mendongak seraya berkata,
"Lama amat, ngapain aja sih?"
"Bukan gue yang lama, lo-nya yang kecepetan datang!" Dumel gadis itu lalu menenggak susu cokelat di atas meja makan yang sudah dibuatkan Jisung, sebelah tangannya yang bebas mengambil dua tangkup roti tawar yang sudah diberi selai Nutella kesukaannya.
Ada kemajuan, seminggu tinggal disini anak itu sudah bisa menyiapkan sarapan untuknya. Ya meskipun cuma sekedar roti dan susu cokelat saja.
"Gue hari ini pulang agak siang soalnya mau ke perpustakaan dulu buat nugas, lo kalau lapar ngemil dulu aja ya pulang ngampus baru gue masakin makan siang"
"Iya bunaa, Jisung paham kok. Tiap kali mau pergi pesannya itu terus"
Lyra terkekeh lalu mendekat pada Jisung untuk mengacak rambutnya gemas.
"Gue tinggal dulu"
"Buna" Jisung menahan pergelangan tangan Lyra. "Mau peluk boleh?"
Renjun mendengus seraya merotasikan bola mata, sedangkan Lyra hanya tersenyum maklum lalu memeluk Jisung seperti yang dia inginkan.
"Modus lo bisa banget" sinis pemuda Huang itu setelah pelukan keduanya terlepas.
Jisung memandang Renjun tidak kalah sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...