Sesampainya di apartemen, Lyra langsung mempersiapkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk membuat hotpot. Karena hanya untuk dimakan berdua saja dengan Jisung, mereka memasaknya dengan panci kecil.
"Ini pancinya tolong diisi air terus direbus"
Lyra menyerahkan panci tersebut pada Jisung yang langsung patuh mengerjakan tugasnya.
"Airnya seberapa?"
"Penuhin aja, sisain tiga jari"
Jisung mengangguk lalu mulai mengisi air ke panci tersebut.
"Segini?" Katanya ragu, namun langsung tersenyum lebar kala Lyra mengangguk.
Ia meletakkan panci tersebut ke atas kompor untuk mendidihkan airnya, sedangkan Lyra sendiri sibuk memotong sayur yang akan ia gunakan nantinya.
Memasak hotpot tidaklah sulit, apalagi Lyra juga cukup sering membuat itu. Butuh waktu hampir setengah jam untuk memasak hotpot sampai akhirnya masakan mereka jadi.
Meskipun tidak banyak membantu, Jisung sudah merasa senang karena baru kali ini ia berkesempatan memasak bersama Lyra.
Suara bel pintu apartemen-nya berbunyi, Lyra yang semula mengangkat panci panas ke atas meja makan itu dibuat menoleh karenanya.
"Ada tamu tuh, bukain gih"
Jisung mengangguk patuh, dengan cepat menuju pintu dan langsung mendapati Renjun di depan sana.
"Loh? Kok lo masih disini?" Bingung pemuda Huang itu.
"Emang kenapa kalau Jisung masih disini?" Agaknya anak itu merasa tersinggung.
Renjun mengamati Jisung dari atas ke bawah dengan tatapan menilai, kemudian sedikit mendorong badan anak itu agar memberi celah untuk dirinya masuk.
"Anak itu kenapa masih disini sih?" Tanya Renjun ketika menghampiri Lyra di dapur.
"Oh, ternyata lo? Iya, dia tinggal disini"
"Ra, seriusan? Lo udah gila ya?"
Jisung yang semula berdiri di depan pintu itu mendengus, ia melangkah menghampiri keduanya setelah memastikan pintu tertutup.
"Anak ini.." Renjun memandang aneh pada Jisung yang kini berdiri di sebelah Lyra. "Kita bahkan nggak tau asal-usulnya darimana, kalau ternyata dia orang jahat gimana? Perampok?"
"Jisung nggak kayak gitu!" Protes anak itu.
"Penjahat mana ada sih yang mau ngaku" sinis Renjun.
"Jisung itu anak baik-baik, Jisung bukan penjahat!"
"Jun, udahlah" tegur Lyra sebelum pemuda itu kembali ingin mendebat.
Renjun menghela napas kesal. "Gue rasa akal pikiran lo lagi nggak sehat. Gimana bisa lo biarin orang asing tinggal satu atap sama lo? Cuma berdua pula, kalau sampai dia ngapa-ngapain lo gimana?"
"Jisung--"
Kalimat Jisung terputus karena Lyra menusuk pinggangnya dengan siku, anak itu cemberut lalu mendengus kesal. Pandangan matanya tajam ke arah Renjun yang juga menatapnya tidak suka.
"Lo berlebihan, Jun. Gue rasa Jisung nggak seberbahaya itu kok"
"Zaman sekarang mana bisa menilai orang hanya dari tampang dan penampilannya, menipu!"
Renjun melipat tangannya di dada, memandang angkuh pada Jisung yang dibuat makin kesal.
"Udah-udah, jangan mikirin itu dulu" Lyra menarik kursi untuknya duduk. "Lo udah makan malam belum? Gue barusan masak hot pot, kesukaan lo kan?" Tanyanya pada Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...