Jisung tau, pasti rasanya melelahkan kuliah dari pagi dan baru pulang ketika jam menunjukkan pukul tiga sore. Maka dari itu tidak mengherankan kalau Lyra terlihat sangat lesu sekarang, dia hanya memberikan senyuman singkat pada Jisung saat anak itu menyambutnya pulang sebelum akhirnya masuk ke kamarnya sendiri.
Maka sebagai anak yang baik Jisung langsung pergi ke dapur untuk membuatkan susu cokelat hangat untuk gadis itu, tadinya dia mau buatin makanan mana tau Lyra lapar kan. Namun ia urungkan begitu sadar kalau dia saja tidak bisa memasak, yang ada nanti malah berujung Jisung membakar dapur.
Tok Tok!
Anak itu mengetuk pelan pintu kamar Lyra, setelah mendapat sahutan dari dalam barulah Jisung memberanikan diri untuk masuk.
Lyra sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai sekarang, wajahnya basah mungkin habis cuci muka yang kini gadis itu keringkan dengan handuk kecil.
"Kenapa?"
Jisung tersenyum, menyerahkan segelas susu cokelat di tangannya pada Lyra. "Buna pasti capek, keliatan nggak mood gitu tadi. Ini Jisung bikinin susu cokelat buat Buna"
Pandangan mata Lyra beralih dari wajah Jisung ke gelas di tangannya, ada rasa haru yang menyeruak di dadanya saat menatap susu cokelat itu. Rasanya, sudah lama dia tidak diperhatikan seperti ini.
"Thanks" Lyra menerima susu tersebut lalu meminumnya.
Hangat juga manis, Lyra tersenyum dibuatnya.
"Oh iya"
Kini Jisung nampak sibuk merogoh sesuatu di saku celananya, begitu ketemu anak itu meraih tangan kiri Lyra yang bebas lalu meletakkan sesuatu itu di atasnya.
"Yupi?" Bingung gadis itu, ada sekitar lima bungkus yupi di tangannya sekarang.
"Harusnya sih cokelat. Tapi Jisung nggak punya cokelat dan nggak punya uang buat beli, jadi Jisung kasih itu aja. Lagian yupi juga nggak kalah manis kok, pasti bisa buat balikin mood Buna jadi lebih baik"
Kedua sudut bibir Lyra terangkat melawan gravitasi, pandangannya jatuh pada permen yupi di tangannya sebelum beralih menatap anak laki-laki di hadapannya sekarang.
Diletakkannya permen yupi juga susu cokelat tadi ke atas meja belajar, gadis itu mendekat pada Jisung lalu mengulurkan tangannya untuk menepuk pelan kepalanya. Jisung sempat menegang, mungkin karena terkejut namun beberapa saat kemudian mulai terbiasa.
"See? Lo anak baik Jisung, nggak ada alasan buat gue benci sama lo. Gue senang lo ada disini, sama gue"
"B-buna senang?"
"He'em"
Senyum anak itu mengembang, namun terselip rasa salah tingkah yang membuat Lyra gemas sendiri dibuatnya.
"Jisung"
"Hm?"
"Mau ikut gue ke minimarket nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...