"Whoa~"
Lyra memekik takjub pada permandangan yang ia lihat sekarang. Lampu-lampu kota juga bangunan pencakar langit terpampang nyata di depan matanya, belum lagi langit malam yang dihiasi bintang menambah kesan keindahan. Lyra suka tempat seperti ini, sangat.
"Sejak kapan lo tau tempat ini?" Tanya gadis itu pada Jisung, mereka sedang berdiri bersisian dekat pembatas rooftop.
"Tadi pagi Jisung iseng jalan ke sekitar apartemen, terus nggak sengaja nemuin tempat ini" Anak itu menoleh, memandang pada Lyra yang semenjak kedatangannya kemari senyumnya belum juga luntur.
"Buna suka?""Suka!" Lyra menjawab cepat.
Hal itu berhasil menciptakan rona bahagia di wajah Jisung. Memangnya apa lagi yang bisa membuat Jisung merasa senang selain melihat Buna-nya tersenyum seperti sekarang?
"Ayo duduk"
Jisung menarik lembut pergelangan tangan Lyra menuju meja satu-satunya yang ada disana, karena kaki mejanya terbilang pendek seperti kursi jadi mereka duduk di atasnya. Disitu sudah terdapat berbagai macam makanan ringan juga susu kotak serta air mineral yang Lyra yakini pasti Jisung ambil di kabin dapur, tidak terkecuali roti isi yang dibeli gadis itu dua hari yang lalu juga ada disana. Disusun bertumpuk di sebuah piring lalu diberi lilin kecil yang ditancapkan di atasnya.
Berhubung rooftop tidak memiliki penerangan yang memadai, jadi Jisung juga menyalakan lima buah lilin yang ia letakkan di sekeliling meja. Bukan jenis lilin aesthetic beraroma terapi seperti yang biasa Lyra lihat di televisi, melainkan lilin putih biasa yang ia gunakan saat mati lampu. Lyra yakin pasti Jisung juga mengambilnya di kabin dapur karena Lyra selalu menyimpan stoknya disana.
Tidak lupa Jisung juga menyiapkan dua buah bantal dan selimut di meja itu, pasti seru kalau tiduran sambil melihat pada hamparan bintang juga bulan di atas sana.
"Jisung, semua ini apa?"
Karena jujur, Lyra masih tidak paham untuk apa Jisung mempersiapkan ini semua?
"Surprise yang Jisung maksud. Selamat ulang tahun bunaa"
"Ulang tahun?" Kening Lyra mengernyit. "Ulang tahun gue kan udah lewat dua minggu yang lalu"
"Tau kok, anggap aja ini hadiah ulang tahun dari Jisung buat buna. Maaf ya Jisung baru bisa kasih sekarang" katanya sambil memandang nanar pada kalung lotus di leher Lyra. Jisung tau itu Renjun yang berikan, makanya dia iri karena tidak bisa memberikan hadiah ulang tahun yang lebih baik pada gadis itu.
"Astaga Jisung, padahal gue nggak masalah kalaupun lo nggak ngasih hadiah apapun ke gue" gadis itu memandang pada netra gelap milik Jisung, matanya berkilau indah terkena sorotan lilin. "Bagi gue, kehadiran lo itu udah termasuk hadiah. Gue senang karena ada lo disini, sama gue"
Kedua sudut bibir Jisung terangkat melawan gravitasi. "Jisung senang kalau buna juga senang"
"Anak baik, Jisung anak baik" Lyra tergerak untuk mengusak rambut lebat milik Jisung, membuat senyum anak itu kian melebar saja.
"Kalau gitu sekarang buna tiup lilin dulu"
Jisung mengambil salah satu lilin di sisi kanannya, mendekatkan apinya ke lilin kecil yang berada di atas tumpukan roti isi hingga berhasil menyala. Setelah itu dia menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan riang gembira, rasanya seperti melihat anak kecil di badan orang dewasa seperti Jisung terlihat lucu sekali. Lyra tidak kuasa menahan tawanya sembari ikut bertepuk tangan dan bernyanyi.
"Waktunya tiup lilin!! Tapi sebelum itu buna make a wish dulu"
Lyra menurut, memejamkan kedua matanya sambil dalam hati merapalkan doa. Begitu selesai, dia menunduk untuk meniup lilin di atas roti isi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...