"Buka pintunya atau gue dobrak sekarang?"
Ancam Renjun setelah beberapa menit terakhir ini dibuat darah tinggi. Ini hampir jam dua belas malam, Renjun sedang bergadang mengerjakan tugas saat Jisung menelpon. Pemuda Huang itu merasa sangat lelah setelah berjam-jam berkutat dengan buku juga laptop yang menyakiti mata, dan sekarang harus menghadapi sikap Lyra yang tidak kunjung keluar kamar. Gadis itu mengunci kamarnya entah sejak kapan, padahal tadi saat Jisung masuk untuk menyuruhnya makan pintunya tidak dikunci.
"Kim Lyra! Gue tau lo belum tidur, lo nggak bakalan bisa tidur kalau lampunya masih nyala!!"
Memang benar, Lyra tidak tidur. Dia sibuk menutup telinganya dengan bantal saat suara Renjun terdengar lagi.
"Bukan gini caranya menyelesaikan masalah. Dengan cara mengurung diri dan menolak buat makan, lo pikir masalah lo bakalan kelar? Jangan bodoh Kim Lyra!"
Gadis itu masih diam, membiarkan saja pemuda Huang itu mulai menendang pintu kamarnya dengan kaki. Bisa Lyra dengar Jisung langsung berkata,
"Om Injun, jangan ditendang gitu pintunya nanti kalau rusak emang mau ganti?"
"Bodo amat, segedungnya gue beli juga bisa!" Renjun menyahut super ketus, sampai-sampai Jisung tidak berkutik.
"Sekali lagi gue tanya, lo mau keluar atau gue dobrak pintunya?!"
"Pergi Renjun, gue nggak butuh lo!" Seru Lyra dari dalam kamar.
"Terus lo butuhnya siapa?! Gue lo suruh pergi, Jisung juga lo suruh pergi. Mau minta bantuan siapa kalau terjadi sesuatu sama lo? Kak Lani? Dia sibuk kerja. Papa Mama lo? Emang mereka perduli sama lo? Sadar dong tolol lo sendirian disini! Kalau nggak ada gue sama Jisung lo bisa apa??!"
Oke, kata-kata Renjun memang menyakitkan. Tapi Lyra tidak mampu mengelak karena ucapannya memang benar adanya.
Dia sendirian, itu fakta.
Akhirnya dengan segala keterpaksaan Lyra bangkit dari kasur, berjalan pelan ke arah pintu lalu membukanya. Wajah marah Renjun dan khawatirnya Jisung langsung menyambutnya disana.
Kesal, Lyra tendang kaki Renjun tanpa aba-aba. Membuat pemuda Huang itu meloncat kesakitan sambil memegangi tulang keringnya sendiri.
"Jahat!"
"Karena lo tolol, lo cewek paling tolol yang pernah gue temui!" Renjun mendorong pertengahan kedua alis Lyra dengan jari, membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang.
Lyra belum makan apapun selain red velvet cake-nya tadi siang, itupun tidak sampai membuatnya kenyang karena memang potongannya sangat kecil. Sekarang Lyra baru sadar, badannya lemas.
Konyol sekali, seharusnya saat tadi Jisung menyuruhnya makan dia menurut saja. Setelah itu dia bisa kembali mengurung diri di kamar lalu menangis semalaman, tidak masalah bersedih yang penting perutnya terisi. Kalau begini kan Lyra jadi terlihat menyedihkan sekali. Mana sekarang wajahnya pasti terlihat semrawut, rambut acak-acakan karena tidak sempat disisir, ditambah mata dan hidungnya yang memerah karena kebanyakan menangis.
Gadis itu menghela napas berat, betapa menyedihkannya hidup sebagai seorang Kim Lyra.
Bisakah dia bertukar hidup saja dengan orang lain?
"Buna nggak apa-apa?" Tanya Jisung khawatir, terlebih wajah Lyra terlihat pucat sekarang.
"Nggak, gue cuma lapar"
"Makanya kalau disuruh makan tuh ya makan, nggak usah sok!" Renjun kembali mendorong dahi Lyra, membuat gadis itu memberengut kesal.
"Jisung udah pesenin makanan lagi tadi, ayo makan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Son From The Future ✓ [SUDAH TERBIT]
Fanfic[TELAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT OLYMPUS - SEBAGIAN PART DIUNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Apa jadinya jika kamu yang baru menginjak usia 20 tahun justru sudah memiliki anak berumur 15 tahun? Aneh? Tentu saja, terlebih saat dia mengaku anakm...